Home / Romansa / Janda Tapi Perawan / Berdua Denganmu

Share

Berdua Denganmu

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Ada-ada saja. Aku baru mengalami kecelakaan dan kamu malah mengajak bukan madu," keluh Aira.

"Ya, nanti kalau sudah benar-benar sembuh, akan kuajak kamu ke tempat-tempat indah yang bisa dijadikan obyek foto," cetus Manggala.

"Memangnya kamu mau mengajakku ke mana?" Kening Aira berkerut. Sedikit banyak, ajakan berbulan madu cukup membuatnya antusias. Mengingat di pernikahannya terdahulu, Aira tak pernah menjalani bulan madu, ataupun manisnya hubungan suami istri bersama Jati.

"Terserah. Kamu ingin ke mana?" Manggala malah balik bertanya.

"Ke New Zealand. Aku ingin melihat peternakan sapi terbesar dari dekat," jawab Aira asal.

"Boleh. Makanya, kamu harus cepat sembuh," ujar Manggala seraya mencium bibir Aira.

Perlakuan pria tampan itu semakin baik dan hangat di setiap harinya. Aira jadi merasa bahwa pernikahan keduanya itu benar-benar nyata dan tak ada kepalsuan sama sekali di dalamnya.

"Tidurlah." Manggala berbaring di samping Aira sambil mengusap lembut dahi sang istri.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janda Tapi Perawan   Jatuh

    Berjalan menggunakan kruk, semacam tongkat yang digunakan sebagai alat bantu berjalan, ternyata cukup merepotkan Aira, karena dirinya tak terbiasa. Sebenarnya, Kartika dan Sinta sudah melarangnya untuk mengantar ke bandara. Namun, Aira keras kepala. Lagipula, ada Mira di sampingnya. "Kamu kuat berjalan ke area parkir?" tanya Mira. "Aira tidak selemah itu, Tante," kelakar wanita cantik itu seraya tertawa. Dia berhasil membuktikan bahwa dirinya kuat berjalan hingga tiba di depan mobil Mira. "Ra, kamu merasa aneh nggak sih, sama Manggala?" celetuk Mira sesaat setelah mereka berdua duduk dengan nyaman di dalam mobil. "Aneh gimana?" "Entahlah. Instingku mengatakan kalau dia menyembunyikan sesuatu," jawab Mira. "Coba deh, kamu pikir, Ra. Dua hari lalu, Manggala cuma mengantarmu ke rumahku, terus dia pulang ke rumahnya sendiri. Dia meninggalkanmu begitu saja, padahal kamu masih dalam kondisi sakit," papar Mira. "Angga sibuk, Te. Dia tidak bermaksud meninggalkanku sendiri. Ang

  • Janda Tapi Perawan   Tanda Cinta

    Tengah malam, Aira terjaga. Perutnya yang keroncongan memaksanya untuk bangun dan turun dari ranjang. Sejenak, diamatinya Manggala yang tertidur pulas dalam posisi miring menghadap Aira. Pria itu hanya memakai celana tidur dan bertelanjang dada. Aira terpaku menatap tanda bekas percintaan semalam. Ah, tidak. Sebagian tanda itu bukan hasil perbuatannya. Beberapa titik merah sudah tercipta sebelum dia dan Manggala bercinta. Alergi? Aira tersenyum miring. Satu sisi batinnya berbisik. Jika memang benar alergi, kenapa bentuknya sama persis dengan tanda cinta yang dia buat. "Ah." Aira mendesah pelan. Dia harus bisa mempercayai Manggala. Mereka sudah menjadi pasangan suami istri seutuhnya, dan yang terpenting, Aira tak ingin mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. "Angga berbeda dengan Jati," gumamnya lirih. Kalimat itu terus Aira tanamkan di benak, seiring langkah kakinya keluar kamar menuju dapur di lantai satu, dengan bantuan kruk tentunya. Tak disangka, sesampainya di dapur,

  • Janda Tapi Perawan   Demi Aira

    "Ini seperti bukan dirimu, Manggala. Sampai detik ini, aku masih yakin jika kau bukanlah laki-laki brengsek," isak Cynthia. "Sayangnya iya. Aku memang brengsek," timpal Manggala. "No!" Tangis Cynthia terdengar makin kencang. "Berhentilah menangis. Aku sangat tidak layak kau tangisi," bujuk Manggala. Terbersit rasa bersalah dalam hati karena telah mempermainkan wanita sebaik dan secantik Cynthia. "Dengar, sebulan lagi ayahmu akan mengadakan evaluasi kerja di kantor pusat. Saat itu, datanglah bersama beliau. Aku juga akan datang ke sana, sebab ada hal penting yang ingin kusampaikan di depan kalian berdua," tutur Manggala. "Kita harus bertemu sekarang!" paksa Cynthia. Manggala tak menjawab. DIa menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka perlahan. Tatapannya terpaku pada tubuh molek berbalut handuk yang hanya menutupi dada sampai bagian atas paha. Manggala menelan ludahnya kasar. "Maaf, Ngga. Aku tadi lupa mengambil baju," ucap Aira malu-malu. "Manggala! Aku mau berte

  • Janda Tapi Perawan   Gunung Cinta

    Setelah melalui perjalanan darat dan menaiki feri, Manggala dan Aira tiba di pulau Rangitoto pada sore hari. Mau tak mau, mereka harus menunggu hingga besok untuk melakukan pendakian. Manggala pun memesan satu penginapan yang berada paling dekat dengan kaki gunung. Meskipun sederhana, tapi tempat itu tampak bersih dan rapi. "Kita beruntung, Ra. Masih tersisa satu kamar di sini," ucap Manggala. "Kudengar, beberapa orang di belakang kita harus mencari penginapan lain, sedangkan penginapan yang lain juga penuh," lanjutnya. "Hm." Aira tak begitu menanggapi. Tatapannya malah kosong tertuju pada pemandangan di luar jendela kamar yang mereka sewa saat itu. "Ada apa?" Manggala yang khawatir sekaligus curiga, segera mendekati istrinya. Arah pandangannya mengikuti tatapan Aira. "Kira-kira aku masih sanggup nggak, ya?" gumam Aira. "Tenang saja, Ra. Medan pendakian di gunung Rangitoto termasuk mudah. Ada anak tangga menuju puncak juga, lho!" jelas Manggala. "Jadi kita tidak perlu repot-repot

  • Janda Tapi Perawan   Dalam Gelap

    "Gawat! Baterai ponselku lemah. Tidak ada sinyal pula," gerutu Aira. "Pakai cahaya dari ponselku saja, Ra," cetus Manggala seraya menyalakan tombol senter di telepon genggamnya. Dalam sepersekian detik, suasana di sekeliling mereka berubah dari gelap gulita menjadi sedikit terang. "Kok ruangannya aneh begini, ya?" Aira bergidik ngeri melihat belasan kepala rusa yang diawetkan dan dipajang di dinding bunker atau ruang bawah tanah. "Di sini saja, Ra! Jangan jauh-jauh!" Manggala sigap mencekal lengan Aira saat wanita itu hendak menyentuh hiasan dinding. "Kamu dengar itu, Ngga?" desis Aira. Manggala tak menanggapi. Dia merengkuh tubuh Aira sambil menajamkan pendengaran. "Itu suara angin, Ra. Rupanya badai semakin kencang," ujar Manggala. "Barang-barang kita di penginapan gimana, ya? Aku khawatir dengan kameraku," gumam Aira. "Aku yakin aman, Ra. Penginapan kita sudah dilengkapi asuransi," tutur Manggala menenangkan. Dia menggandeng Aira, lalu mengajaknya duduk di lantai. "T

  • Janda Tapi Perawan   Jujur

    Aira berkali-kali melirik suaminya yang tampak fokus mengemudi mobil sewaan. Sudah dua jam mereka dalam keadaan saling diam. Manggala masih tak mau membuka mulutnya terkait pertanyaan Aira tadi.Semua terasa semakin mengecewakan ketika Manggala membatalkan rencana pendakian mereka ke Gunung Rangitoto. "Stop!" seru Aira tiba-tiba.Manggala melirik ke arah istrinya sekilas sebelum kembali menatap lurus ke jalan raya bebas hambatan di depannya."Kalau kamu tetap bersikap seperti ini, lebih baik aku turun!" sentak Aira.Manggala mengembuskan napas kasar, lalu memelankan kendaraan. Kebetulan beberapa meter di depannya, terdapat rest area. Tanpa berpikir dua kali, dia memutar kemudi dan menghentikan mobil di area parkir khusus. "Kamu mau aku gimana, Ra?""Jawab pertanyaanku! Apa yang kamu sembunyikan dariku, Ngga!" desak Aira dengan nada tinggi.Manggala terdiam sejenak. Otaknya berpikir keras, menimbang dan merangkai kata-kata yang tepat untuk memberi penjelasan pada istrinya yang tengah d

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Tak Bersegi

    Manggala memutuskan untuk menginap semalam di motel yang terdapat di wilayah rest area. Motel sederhana, tapi terlihat rapi dan bersih. "Hanya ada satu bed berukuran kecil, Ra. Tidak apa-apa, ya," ujar Manggala."Tidak masalah. Aku kalau tidur, tidak pernah bertingkah, kok," sahut Aira."Hm." Manggala mengulum senyum. Dalam hati, dia menertawakan perkataan Aira. "Iya, kamu anteng kalau tidur." Padahal kemarin malam, lutut Aira sempat menendang pusakanya."Aku tidur dulu ya, Ngga. Capek sekali punggungku," pamit Aira seraya memukul pelan bagian belakang tubuh menggunakan tangan kiri yang terkepal."Selamat tidur, Sayang." Manggala menangkup wajah cantik itu, kemudian mencium kening dan bibir Aira penuh perasaan. Dia menuntun Aira, hingga sang istri berbaring nyaman di ranjang.Manggala menyelimuti tubuh Aira hingga ke dagu sebelum berlalu keluar kamar dan mengunci pintunya dari luar. Dia lalu menuruni tangga dan duduk di sebuah bangku taman yang berada di sisi samping motel.Udara mala

  • Janda Tapi Perawan   Akhir Perjalanan

    Sudah dua batang rokok yang Manggala habiskan, tapi perasaan gelisah masih juga mengganggu hatinya.Dia berniat menyulut sebatang lagi. Namun, panggilan dari seseorang membuat kegiatannya terhenti. Rokok Manggala terselip di sudut bibir, sementara satu tangannya sibuk menekan tombol hijau di layar ponsel. "Yes, Mr. Williams," sapanya pada si penelepon.Manggala masih mengingat dengan jelas nama pemilik penginapan yang sudah disewanya selama sebulan ke depan itu. "Apakah ada masalah?" tanya Manggala sedikit tegang."Begini, Tuan. Sejak Anda pergi diam-diam dari penginapan, setidaknya sudah ada lima orang misterius yang mencari anda. Mereka bahkan memaksa meminta nomor kamar Anda," jelas si pemilik penginapan."Apakah Anda memberitahu mereka nomor kamarku?" "Tentu saja tidak, Tuan. Itu adalah privasi penyewa kamar. Saya tidak akan mengatakannya pada orang asing," tegas Williams.Mendengar hal itu, Manggala mengempaskan napas lega. "Syukurlah, dan sungguh-sungguh kuucapkan terima kasih

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   Janda Dan Duda

    Hari berganti tanpa terasa. Kini, putra tampan Aira genap berusia satu bulan. Sayangnya, bayi malang itu masih juga belum diberi nama. "Yang salah itu suamimu, Ra. Anakmu tidak berdosa. Kasihan kalau dia harus terkena dampaknya," tutur Kartika melalui panggilan telepon. "Memangnya Aira sudah berbuat apa sih, Ma?" Wanita cantik itu mendengkus kesal. "Beri anakmu nama, Ra!" hardik Kartika. "Kalau kamu tidak mau, setidaknya biarkan Mama, Tante Mira atau kakakmu yang memberi nama. Jangan semuanya kamu larang!" "Ah." Aira mendesah pelan. "Tunggu satu bulan lagi ya, Ma. Siapa tahu Manggala tiba-tiba muncul." Kartika pun membisu. Lama Aira menunggu, sampai dikiranya sang ibu sudah mengakhiri pembicaraan. "Ma? Halo?" panggilnya. "Ra, apa Mama boleh tanya sesuatu?" "Tanya saja, Ma. Kenapa memangnya?" Aira balas bertanya. "Apa kamu masih mau menerima Manggala kembali?" Jantung Aira berdetak lebih cepat saat mendengar pertanyaan sang ibu. Cukup lama dia berpikir, sampai akhir

  • Janda Tapi Perawan   Mendekatimu

    Aira kembali menemui Jati setelah bayinya tertidur. Dia duduk di samping Catherine, menghadap tepat ke arah pria tampan yang pernah menjadi suaminya selama dua tahun itu. Sementara itu, Brandon memilih untuk pulang ke apartemennya yang terletak di sebelah apartemen Aira dan Catherine. "Bukankah Kak Jati sedang mengembangkan usaha peternakan di Australia? Kenapa sekarang tiba-tiba pindah ke Amerika? Jadi bos pula! Sungguh tidak masuk akal," selidik Aira. Jati tertawa kecil. "Aku membatalkan rencana kerjasama di Australia dan ingin fokus dengan usaha yang telah kurintis bersama dengan rekanku sejak lama," jawabnya. "Apa itu cuma alasan saja?" kejar Aira. "Atau Kak Jati memang sengaja mengikutiku?" ketusnya. "Itu juga menjadi salah satu alasan," jawab Jati enteng. "Astaga!" Aira menepuk dahi, sedangkan Catherine hanya terbengong-bengong. Dia sama sekali tak mengerti bahasa Indonesia. "Apa Kak Jati tidak memikirkan perasaan Senja? Sebagai sesama perempuan, aku paham bagaimana rasa s

  • Janda Tapi Perawan   Status

    "Ini. Hadiah untuk bayi kamu, Ra!" Jati menyodorkan beberapa paperbag berukuran besar. "Wildan mengatakan kalau bayimu laki-laki. Jadi, kubelikan barang-barang yang sesuai. Kuharap kamu menyukainya," ucap Jati tulus. "Terima kasih." Aira menerima pemberian dari Jati tersebut lalu meletakkannya di sofa ruang tamu. Sejenak, dia ragu hendak mempersilakan masuk. Namun, mengingat Jati berniat baik, Aira pun terpaksa menawarinya duduk. "Di mana suamimu, Ra?" Jati mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan. Tatapannya kemudian berhenti pada Brandon yang juga tengah menatapnya tajam. Sementara, Aira juga tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Siapa laki-laki aneh ini?" tanya Jati dalam bahasa Indonesia yang tentu tak dapat dimengerti oleh Brandon. "Dia Brandon, teman sekaligus penolongku. Brandon lah yang membantuku mengurus bayi selama di sini," beber Aira. "Kenapa pria lain yang mengurus bayimu? Memangnya, suamimu ke mana, Ra?" cecar Jati bingung. "Manggala ... pergi." Aira

  • Janda Tapi Perawan   Dua Lelaki

    Sudah seminggu sejak Aira keluar dari rumah sakit. Brandon sampai harus menyewa apartemen tepat di samping apartemen Catherine. Pria itu selalu bersemangat membantu merawat bayi Aira. Terlebih ketika Catherine berangkat kerja dan Aira sendirian. Seperti pagi ini, Brandon membantu memandikan bayi tampan Aira yang belum diberi nama. "Apa kau tidak ada kerjaan lain?" tanya Aira heran. "Kau sekarang pengangguran, ya?" terkanya. Brandon terbahak mendengar hal itu. "No! Aku punya pekerjaan. Sebuah proyek besar," ujarnya sambil memandikan tubuh mungil yang tampak sangat rapuh itu. Brandon sangat berhati-hati menyentuh putra pertama Aira. "Lihatlah. Wajahnya sangat mirip dengan Manggala." "Iya." Aira tersenyum tipis. Sorot matanya mendadak berubah sendu. "Kenapa dunia selucu ini?" racaunya. "Maksudmu?" "Di saat aku sangat ingin melupakan Manggala dan mencoba melangkah ke depan, Tuhan malah memberikanku seorang bayi yang wajahnya mirip sekali dengan Manggala," desah Aira. "Mu

  • Janda Tapi Perawan   Bayi Tampan

    Sudah dua bulan sejak Kartika pulang ke Indonesia. Kini, Aira menjalani kehamilannya seorang diri. Meskipun ada Catherine, tetapi perempuan cantik itu tak bisa 24 jam di samping Aira, karena Catherine juga bekerja. Di satu sisi, Aira juga mengkhawatirkan keadaan sang kakak. Akibat insiden jatuh di kamar mandi waktu itu, Sinta terpaksa melahirkan prematur. Beruntung, Sinta dan bayinya berada dalam kondisi baik. Namun demikian, bayi prematur harus mendapatkan perawatan dan penanganan yang lebih intens. Itulah sebabnya Kartika tetap tinggal di Jakarta untuk mengawasi perkembangan cucu pertamanya. "Aira, kau tidak apa-apa kan, kutinggal sendiri?" tanya Catherine, membuyarkan lamunan Aira. "Memangnya kau mau ke mana?" Aira yang tengah sibuk menyiapkan peralatan memotretnya, langsung menoleh ke arah Catherine. "Aku harus mendampingi atasanku. Kami ada perjalanan bisnis ke luar kota untuk dua hari ke depan," jelas Catherine. "Oh, tidak masalah. Aku tidak selemah yang kau kira," k

  • Janda Tapi Perawan   Tragedi

    Ditemani oleh Catherine, Arunika mendatangi seorang dokter kandungan. "Usia janin diperkirakan sembilan minggu," jelas sang dokter sembari mengusapkan tranducer pada perut Aira. Air mata mulai mengembun. Haru sekaligus bahagia Aira rasakan saat pertama kali mendengarkan detak jantung janinnya. Tanpa bisa berkata-kata, dia menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangan. Begitu pula Catherine yang ikut terharu. "Kita harus memberitahukan berita gembira ini pada keluargamu," cetus Catherine saat mereka berada dalam perjalanan pulang. "Entahlah. Aku ragu, apakah harus mengatakan kehamilanku atau tidak," gumam Aira lirih. "Apa maksudmu? Tentu saja kau harus mengatakannya!" timpal Catherine. Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya Aira memutuskan untuk menelepon sang ibu. Setibanya di apartemen dan membersihkan diri, Aira meraih ponsel. Bergetar jemarinya saat menekan kontak Kartika. Tak membutuhkan waktu lama sampai sang ibunda mengangkat telepon. "Halo, Sayang. Apa k

  • Janda Tapi Perawan   Menghilang

    Aira terpaksa mengajukan cuti dua hari. Dirinya sedang kacau. Pikiran kalut dan mental sedang tidak baik-baik saja. Dipaksa bekerja pun tak akan bagus hasilnya. "Hei, apa kau mau kuantarkan ke rumah sakit?" tawar Catherine. "Tidak usah, Cat. Aku baik-baik saja," tolak Aira halus. "Tapi, kupikir kau harus memeriksakan kandunganmu," saran Catherine khawatir. Aira terdiam. Diusapnya perut yang masih rata itu. Hatinya bimbang. Haruskah dia menghubungi Manggala dan memberitahukan kehamilannya, atau menyembunyikan semua dari pria yang masih menjadi suaminya tersebut. "Aira?" panggil Catherine. Dia sedikit was-was karena teman satu apartemennya itu tak menimpali, dan malah menatap kosong ke lantai. "Ya?" Aira baru tersadar. Dia segera menoleh ke arah Catherine. "Kau dengar kan, apa yang kukatakan barusan? Kita harus pergi ke dokter dan memeriksakan kandunganmu," ulang Catherine. "Ah, aku harus menelepon Manggala!" cetus Aira tiba-tiba. Lincah jemarinya mengetikkan nomor Mangga

  • Janda Tapi Perawan   Hamil?

    Sengaja Aira memilih penerbangan malam untuk berjaga-jaga supaya tidak dibuntuti oleh Manggala. Aira takut, bisa saja pria itu masih bersembunyi di sekitaran rumahnya. Meskipun kamera CCTV di sekeliling rumah menunjukkan sebaliknya. Manggala sudah tak ada lagi di sana. Sejak diusir oleh Mira, dia pergi menggunakan mobil dan tak kembali lagi. "Ah," desah Aira lirih. Setiap kali dirinya memikirkan pria tampan berambut gondrong itu, kepalanya selalu terasa pening. Ada rasa yang mengganjal dalam hati. Sedih, kecewa dan marah, bercampur menjadi satu. Sampai detik ini, adegan percintaan yang dilakoni oleh Manggala bersama Cynthia, terus membayangi benak Aira. Dan yang lebih menyakitkan, mereka melakukan itu saat dirinya terlibat kecelakaan. Terlepas dari apapun alasan Manggala, Aira tak bisa membenarkan hal itu. Daripada pikirannya semakin kalut, Aira pun memutuskan untuk tidur, sebab 22 jam perjalanan udara, sangatlah berat. Hingga waktu berlalu tanpa terasa. Setelah mengalami transit

  • Janda Tapi Perawan   Menyambut Mimpi

    Aira hanya bertahan selama seminggu di rumahnya. Dia sudah bertekad bulat untuk mengejar kesempatan bekerja di New York, Amerika. Setelah menyiapkan semua dokumen dan persyaratan, kini Aira disibukkan dengan berburu tiket pesawat termurah. Beruntung, dia mendapatkan satu tiket kelas ekonomi. "Dua hari lagi Aira berangkat, Ma," ucap Aira saat menghampiri sang ibu yang tampak serius merawat tanaman hias di halaman belakang. Kartika langsung menghentikan kegiatannya dan membalikkan badan. "Mama akan selalu mendukungmu, Sayang. Mama tidak akan pernah memaksakan kehendak lagi." "Ma ...." Air mata haru, luruh tanpa bisa ditahan. Aira menghambur ke pelukan ibunya. Dari dulu, usapan penuh kasih sayang dan kecupan lembut di pucuk kepala, selalu menjadi obat mujarab bagi kesedihan Aira. "Apa Mama percaya dengan keputusan Aira?" tanyanya pilu. "Mama akan selalu percaya dan mendukungmu, Nak," jawab Kartika sambil membelai lembut punggung putri bungsunya. "Tapi, Tante Mira dan Kak Sint

DMCA.com Protection Status