Beranda / Romansa / Janda Tapi Perawan / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Janda Tapi Perawan: Bab 31 - Bab 40

55 Bab

Demi Aira

"Ini seperti bukan dirimu, Manggala. Sampai detik ini, aku masih yakin jika kau bukanlah laki-laki brengsek," isak Cynthia. "Sayangnya iya. Aku memang brengsek," timpal Manggala. "No!" Tangis Cynthia terdengar makin kencang. "Berhentilah menangis. Aku sangat tidak layak kau tangisi," bujuk Manggala. Terbersit rasa bersalah dalam hati karena telah mempermainkan wanita sebaik dan secantik Cynthia. "Dengar, sebulan lagi ayahmu akan mengadakan evaluasi kerja di kantor pusat. Saat itu, datanglah bersama beliau. Aku juga akan datang ke sana, sebab ada hal penting yang ingin kusampaikan di depan kalian berdua," tutur Manggala. "Kita harus bertemu sekarang!" paksa Cynthia. Manggala tak menjawab. DIa menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka perlahan. Tatapannya terpaku pada tubuh molek berbalut handuk yang hanya menutupi dada sampai bagian atas paha. Manggala menelan ludahnya kasar. "Maaf, Ngga. Aku tadi lupa mengambil baju," ucap Aira malu-malu. "Manggala! Aku mau berte
Baca selengkapnya

Gunung Cinta

Setelah melalui perjalanan darat dan menaiki feri, Manggala dan Aira tiba di pulau Rangitoto pada sore hari. Mau tak mau, mereka harus menunggu hingga besok untuk melakukan pendakian. Manggala pun memesan satu penginapan yang berada paling dekat dengan kaki gunung. Meskipun sederhana, tapi tempat itu tampak bersih dan rapi. "Kita beruntung, Ra. Masih tersisa satu kamar di sini," ucap Manggala. "Kudengar, beberapa orang di belakang kita harus mencari penginapan lain, sedangkan penginapan yang lain juga penuh," lanjutnya. "Hm." Aira tak begitu menanggapi. Tatapannya malah kosong tertuju pada pemandangan di luar jendela kamar yang mereka sewa saat itu. "Ada apa?" Manggala yang khawatir sekaligus curiga, segera mendekati istrinya. Arah pandangannya mengikuti tatapan Aira. "Kira-kira aku masih sanggup nggak, ya?" gumam Aira. "Tenang saja, Ra. Medan pendakian di gunung Rangitoto termasuk mudah. Ada anak tangga menuju puncak juga, lho!" jelas Manggala. "Jadi kita tidak perlu repot-repot
Baca selengkapnya

Dalam Gelap

"Gawat! Baterai ponselku lemah. Tidak ada sinyal pula," gerutu Aira. "Pakai cahaya dari ponselku saja, Ra," cetus Manggala seraya menyalakan tombol senter di telepon genggamnya. Dalam sepersekian detik, suasana di sekeliling mereka berubah dari gelap gulita menjadi sedikit terang. "Kok ruangannya aneh begini, ya?" Aira bergidik ngeri melihat belasan kepala rusa yang diawetkan dan dipajang di dinding bunker atau ruang bawah tanah. "Di sini saja, Ra! Jangan jauh-jauh!" Manggala sigap mencekal lengan Aira saat wanita itu hendak menyentuh hiasan dinding. "Kamu dengar itu, Ngga?" desis Aira. Manggala tak menanggapi. Dia merengkuh tubuh Aira sambil menajamkan pendengaran. "Itu suara angin, Ra. Rupanya badai semakin kencang," ujar Manggala. "Barang-barang kita di penginapan gimana, ya? Aku khawatir dengan kameraku," gumam Aira. "Aku yakin aman, Ra. Penginapan kita sudah dilengkapi asuransi," tutur Manggala menenangkan. Dia menggandeng Aira, lalu mengajaknya duduk di lantai. "T
Baca selengkapnya

Jujur

Aira berkali-kali melirik suaminya yang tampak fokus mengemudi mobil sewaan. Sudah dua jam mereka dalam keadaan saling diam. Manggala masih tak mau membuka mulutnya terkait pertanyaan Aira tadi.Semua terasa semakin mengecewakan ketika Manggala membatalkan rencana pendakian mereka ke Gunung Rangitoto. "Stop!" seru Aira tiba-tiba.Manggala melirik ke arah istrinya sekilas sebelum kembali menatap lurus ke jalan raya bebas hambatan di depannya."Kalau kamu tetap bersikap seperti ini, lebih baik aku turun!" sentak Aira.Manggala mengembuskan napas kasar, lalu memelankan kendaraan. Kebetulan beberapa meter di depannya, terdapat rest area. Tanpa berpikir dua kali, dia memutar kemudi dan menghentikan mobil di area parkir khusus. "Kamu mau aku gimana, Ra?""Jawab pertanyaanku! Apa yang kamu sembunyikan dariku, Ngga!" desak Aira dengan nada tinggi.Manggala terdiam sejenak. Otaknya berpikir keras, menimbang dan merangkai kata-kata yang tepat untuk memberi penjelasan pada istrinya yang tengah d
Baca selengkapnya

Cinta Tak Bersegi

Manggala memutuskan untuk menginap semalam di motel yang terdapat di wilayah rest area. Motel sederhana, tapi terlihat rapi dan bersih. "Hanya ada satu bed berukuran kecil, Ra. Tidak apa-apa, ya," ujar Manggala."Tidak masalah. Aku kalau tidur, tidak pernah bertingkah, kok," sahut Aira."Hm." Manggala mengulum senyum. Dalam hati, dia menertawakan perkataan Aira. "Iya, kamu anteng kalau tidur." Padahal kemarin malam, lutut Aira sempat menendang pusakanya."Aku tidur dulu ya, Ngga. Capek sekali punggungku," pamit Aira seraya memukul pelan bagian belakang tubuh menggunakan tangan kiri yang terkepal."Selamat tidur, Sayang." Manggala menangkup wajah cantik itu, kemudian mencium kening dan bibir Aira penuh perasaan. Dia menuntun Aira, hingga sang istri berbaring nyaman di ranjang.Manggala menyelimuti tubuh Aira hingga ke dagu sebelum berlalu keluar kamar dan mengunci pintunya dari luar. Dia lalu menuruni tangga dan duduk di sebuah bangku taman yang berada di sisi samping motel.Udara mala
Baca selengkapnya

Akhir Perjalanan

Sudah dua batang rokok yang Manggala habiskan, tapi perasaan gelisah masih juga mengganggu hatinya.Dia berniat menyulut sebatang lagi. Namun, panggilan dari seseorang membuat kegiatannya terhenti. Rokok Manggala terselip di sudut bibir, sementara satu tangannya sibuk menekan tombol hijau di layar ponsel. "Yes, Mr. Williams," sapanya pada si penelepon.Manggala masih mengingat dengan jelas nama pemilik penginapan yang sudah disewanya selama sebulan ke depan itu. "Apakah ada masalah?" tanya Manggala sedikit tegang."Begini, Tuan. Sejak Anda pergi diam-diam dari penginapan, setidaknya sudah ada lima orang misterius yang mencari anda. Mereka bahkan memaksa meminta nomor kamar Anda," jelas si pemilik penginapan."Apakah Anda memberitahu mereka nomor kamarku?" "Tentu saja tidak, Tuan. Itu adalah privasi penyewa kamar. Saya tidak akan mengatakannya pada orang asing," tegas Williams.Mendengar hal itu, Manggala mengempaskan napas lega. "Syukurlah, dan sungguh-sungguh kuucapkan terima kasih
Baca selengkapnya

Pisah

"Apa semua gara-gara postingan di sosmedku, Ngga? Seharusnya aku ingat kalau keberadaan kita tak boleh diketahui," sesal Aira. "Apa?" Manggala mengernyit tak mengerti. "Kamu sempat mengunggah foto-foto kita?" "Bukan! Aku tidak mengunggah foto-fotomu. Hanya pemandangan saja," ralat Aira. Rasa sesalnya makin menggunung tatkala melihat raut sedih Manggala. "Ya, sudah. Tidak apa-apa. Kita berkemas sekarang, ya." Manggala mencoba untuk tersenyum, meskipun tampak kaku. "Aku minta maaf, Ngga. Saking bahagianya, aku lupa untuk menyembunyikan lokasi kita." Aira menangkup kedua tangannya di dada. Dia sungguh menyesali kecerobohannya. "Nggak, Ra. Kamu nggak salah. Memang sudah waktunya orang-orang mengetahui status kita," hibur Manggala. Dipeluk dan diusapnya punggung sang istri. "Sekarang, kita siap-siap, ya. Aku sudah memesankan tiket pesawat menuju Brisbane untuk nanti malam." Aira mengangguk sambil sesekali terisak. "Brandon tadi telepon, Ngga. Dia juga menyarankan agar aku cepat
Baca selengkapnya

Hilang

Aira berdiri gelisah di depan lift pribadi. Gugup dirinya menunggu hingga pintu lift itu terbuka. Dan ketika dia melihat sosok Helen keluar dari sana, Aira merasa begitu terintimidasi. Tatapan Helen begitu tajam dan seakan penuh permusuhan. Wanita cantik berambut pirang itu melangkah pelan, mendekati Aira sambil menenteng tas tangan dan satu tas laptop. "Selamat pagi, Nyonya," sapa Helen seraya memaksakan senyum. "Manggala sedang tidak ada di rumah," ujar Aira dengan nada bicara kaku. "Aku tahu! Dia sedang mengikuti rapat evaluasi," sahut Helen sinis. Sorot matanya menyapu setiap sudut ruangan. "Jadi ini apartemen yang selalu dia rahasiakan dariku?" celetuknya tiba-tiba. Helen melanjutkan langkah. Tanpa sungkan, dia berjalan menuju ruang makan yang bersisian dengan dapur. "Hm!" Helen meletakkan dua tas bawaannya di meja marmer berukuran besar yang terdapat di tengah-tengah ruangan dapur. "Manggala memang bodoh!" cibir Helen. "Apa maksudmu?" geram Aira yang tak terima
Baca selengkapnya

Selamat Tinggal

Ruang rapat terasa begitu sepi. Hanya ada Frederick dan Manggala di sana. Semua orang sudah membubarkan diri. Begitu pula dengan Brandon yang sempat mengacaukan suasana hati Frederick. Teringat olehnya, kalimat jahat yang sempat dilontarkan kepada Brandon, hanya supaya pria itu pergi. "Apakah aku salah, Manggala?" ucap Frederick tiba-tiba. Manggala yang awalnya terpekur, langsung menoleh ke arah pria paruh baya tersebut. "Tentang apa?" tanyanya. "Jujur saja. Keberadaan Brandon sungguh menyiksaku. Sosoknya selalu mengingatkanku akan kesalahan besar yang pernah ku perbuat di masa lalu," beber Frederick. "Anak itu lahir ke dunia karena pengkhianatanku terhadap istriku. Aku berselingkuh dengan seorang wanita. Martha namanya," papar Frederick. "Berbulan-bulan lamanya kusembunyikan kenyataan itu, sampai akhirnya Martha hamil anakku, dan lahirlah Brandon," imbuhnya. "Kesalahan Anda menjadi semakin besar karena sudah bersikap tak adil terhadap Brandon. Setidaknya, jangan tunjukkan
Baca selengkapnya

Tak Kan Kembali

"Sial!" Manggala segera berlari ke kamar Aira. Dia sedikit lega saat melihat baju-baju istrinya masih rapi tersimpan di dalam lemari. Namun, pikirannya kembali kacau ketika tak mendapati Aira di manapun. "Kau tak akan menemukannya di sini, Sayang! Sudah kukatakan dia pergi, tanpa membawa apapun. Ponsel pun tak dia bawa," cerocos Helen yang dalam keadaan setengah mabuk. Manggala terdiam. Benaknya langsung terarah pada rumah Mira. "Aira pasti berada di sana," gumamnya. Tak ingin membuang waktu, Manggala berlari hendak memasuki lift pribadi. Tatkala satu kakinya hampir memijak lantai lift, terdengar Helen berseru nyaring. "Aku mencintaimu, Manggala! Satu-satunya alasan aku mengalah dan memilih untuk tidak memperjuangkanmu adalah supaya kau bisa bersatu dengan Cynthia! Kurelakan kau hanya demi bersama sahabatku! Aku tak akan menerima perempuan lain selain dia!" Manggala menghentikan langkah dan berbalik ke arah sang sekretaris. "Kau gila, Helen!" umpatnya. "Aku tak akan kembali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status