All Chapters of Kukira Istri Keempat Ternyata aku Istri Pertama Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

11. Berarti

"Masa dicariin? kan Elva bukan anak kecil!" sahutku tak yakin, sambil melenggang memasuki rumah."Masa suami gak nyariin istrinya?" bapak balas bertanya."Ya kan Elva istri keempat Pa, kalaupun Elva terlambat, apa mungkin dia sadar, kan masih ada tiga perempuan yang masih menemaninya dirumah?" jawabku ragu, seolah mengeluhkan ketidaknyamanan saat harus tinggal satu rumah dengan madu lainnya. Risih ... tentu saja, namun aku tak bisa berbuat apa-apa selama ketiga wanita itu merasa aman-aman saja."Mau istri keberapapun, kalau hatinya ada sama kamu, gak mungkin dia lupa!" bapak coba menengahi karena tahu aku pasti mulai tertekan dengan hidupku.Mungkin bapak lumayan kasihan melihat pengorbananku demi membebaskannya walau entah ini bisa disebut pengorbanan atau tidak."Gimana mau ada hati, nikah aja baru hitungan hari!"Aku hanya bisa menanggapi sanggahan bapak dengan mendesah berat, karena rasanya itu tak mungkin. Bukankah selama ini hubungan yang terjalin antara kami berdua hanya seba
Read more

12. Because of That

"Elva, bangun!" samar-samar kudengar suara seseorang memanggilku, entah itu siapa aku tak bisa melihatnya. Bukan tak bisa ... namun aku tak sanggup untuk membuka mata yang sudah merekat rapat ini.Bahkan, aku merasakan sebuah tangan besar yang menggoyang-goyang tubuhku lalu kemudian menyesap kebawah punggung dan lutut seperti ingin mengangkatnya.Akan tetapi, semua itu tiba-tiba terhenti dan suara panggilan itupun rasanya mulai menjauh pergi.Kulanjutkan kembali menyamankan diri, bahkan niatku yang hendak pulang pun kuabaikan, siapapun pasti tahu rasanya mengantuk berat dan apapun itu sudah tak dihiraukan lagi, bukan?Derap langkah kemudian terdengar kembali diantara kesadaranku yang mulai lemah dan menghilang. Seperti ada suara seorang pria yang sedang bicara namun tak lama tubuhku terasa mengayun keudara dan semakin mengantarkan aku ke tempat yang lebih indah dan nyaman."Wangi!" dalam hatiku bicara sembari kedua tanganku langsung memeluk sesuatu yang paling dekat didepanku dengan
Read more

13. Marah Tanpa Sebab

Pertanyaan dengan suara bariton itu menginterupsi obrolan antara aku dan Bapak. Akupun terkesiap ketika menyadari, pertanyaan itu berasal dari Mas Azka yang melangkah mendekat untuk menghampiri kami berdua. "Kak Abi! ... Kamu punya kakak?" tanya suamiku mencecar. "Kenapa saya tidak tahu kalau kamu punya kakak laki-laki?" tuntutnya lagi, penuh penekanan pada kami berdua. "Ehmm bu-bukan, dia hanya..." "Hanya teman Elva." bapak segera menjawab. "Hanya teman, atau teman dekat?" selidiknya lagi melihat ke arah aku dan bapak bergantian. "Kak Abi hanya-" Dengan takut-takut, aku mencoba tersenyum didepan mas Azka, meski kutahu pria itu sedang menatapku tajam sekali. "Jangan khawatir, dia hanya teman biasa yang sering memberi tumpangan setiap Elva pulang kerja." bapak pun menyambar. Meski tahu ada raut ketidaksukaan di wajah suamiku, namun bapak tak serta merta membantuku untuk menutupi sosok pria yang kami bicarakan. Dengan entengnya bapak malah memberitahu jika sosok yang
Read more

14. Salah Sangka

"Kenapa kau menahannya, biarkan saja dia memukul, Chandra memang anak yang nakal dan tidak tahu diri, sama persis dengan papanya!" ungkap mbak Sonia lantang, ia tak mempedulikan aku yang terus mengingatkan.Wanita itu kemudian mendekat dan menghampiri kami."Bukankah darah lebih kental daripada air? Jadi tak usah heran jika anak sekecil ini sudah bisa membuatmu marah!" ucap mbak Sonia lagi, namun kali ini ia menatap tajam ke arah Mas Azka."Momm!" seru Chandra yang langsung memeluk kaki ibunya namun Sonia pun tetap bergeming, ia tak memandang bocah itu sama sekali, tatapannya sayu beralih padaku seperti mengisyaratkan sesuatu tapi sayangnya aku tak mengerti."Masuk Chandra!" titah mbak Sonia sudah menepis tangan putranya yang melingkar.Namun, bocah itu kukuh tak ingin melepaskan sang Mommy dan makin bergelayut, terlebih ia mulai ketakutan karena memahami situasi yang memanas terutama pada raut wajah Papanya."Kamu pilih menuruti ibumu, atau hukuman dariku!" ancam Mas Azka yang seper
Read more

15. Pergi Tanpa Izin

Bagaimana aku tidak seketika mematung dan tertahan saat hendak meninggalkan pintu kamar mbak Damai yang masih tertutup itu.Kupikir, ia sedang bersama atau sedang bertukar kabar dengan suamiku melalui panggilan suara dan video. Namun, aku dibuat blank gara-gara sebuah nama yang asing tiba-tiba terdengar.Parahnya lagi, mereka memang terdengar sangat mesra dan sepertinya mbak Damai dan si Roy itu sudah saling berkaitan satu sama lain sejak lama.Haruskah aku berbalik dan melabraknya?Sempat meragu dan ada rasa takut, akupun memutuskan untuk mengabaikannya walau dalam hatiku ada rasa kasihan pada mas Azka.Ya, entah mengapa dia yang berkhianat tapi aku yang kecewa. Oh, aku tidak perlu sedramatis ini harusnya.Akupun menuju tempat Chandra berada, dimana ketika aku memberitahunya jika akan mengajaknya jalan-jalan, bocah lima tahun itu segera menyeret Laila menuju kamar, ia ingin bersiap dengan tampilan yang memukau. Sungguh anak ini membuatku merasa miris, miris sekali. Mengapa hanya kare
Read more

16. Tak Diakui

"Kalian ngajak Chandra jalan-jalan tadi siang?" tanya Mas Azka dengan mata melotot padaku yang tertunduk didepannya.Pria itu terlihat sangat murka mendengar laporanku dan Laila yang memberitahu jika Chandra diculik orang tak dikenal."I... iya mas, maaf!" "Siapa yang ngasi kamu izin?" suara Mas Azka menggelegar menghardikku lagi."El ... Elva gak sempet minta izin, mas!" sahutku sesungguhnya meski bibir ini terus bergetar.Mas Azka mendengkus kasar lalu mengalihkan pandangannya cepat kearah mbak Damai. Wanita itu terlihat gugup dan takut-takut."Mbak Damai juga gak tau, aku emang gak bilang karna kupikir ...""Dengar baik-baik Elva, ini peringatanku yang pertama dan terakhir untukmu." lanjutnya lagi, tanpa memberikan kesempatan padaku memberikan penjelasan saat ingin membela, bukan membela demi melindungi kesalahan yang mbak Damai lakukan, lebih tepatnya aku tidak ingin mencampur aduk masalah dan makin mempersulit suasana, biarlah kami fokus pada pencarian Chandra saja saat ini.Aku
Read more

17. Tak Kusangka

Pertanyaan lelaki dominan yang kuduga papanya mbak Sonia itu membuatku mengernyit. Mulanya, aku sedikit terkejut mendengar jawaban suamiku yang sungguh tega, akan tetapi aku perlahan sadar jika ini adalah kemauanku. Andai aku tidak memaksa ikut maka tak akan ada orang yang mempertanyakan tentangku. Dan jika dilihat lagi, wajar jika mbak Sonia dan mas Azka terlihat sangat berhati-hati dalam berbicara karena sepertinya keluarga mbak Sonia juga bukan orang sembarangan. Pantas saja, selama dimobil tadi mereka terus bertukar pikiran dan kadang berdebat kecil, kurasa ini semua pasti ada sebabnya dan keterlibatan Chandra pun tak bisa dianggap remeh. Mencoba menerima pengakuan itu demi Chandra, akupun melapangkan dada dan ikut saja dengan alur yang mereka buat. Sebab aku tahu memang tidak mudah untuk mas Azka mengatakan jika dia telah beristri lagi pada sang mertua, dan tentu saja keluarga mbak Sonia pun tak serta merta mau menerimanya begitu saja. "Ya... saya hanya perawat Chandra."
Read more

18. Tak Bisakah

Tak kusangka papanya mbak Sonia bisa mengucapkan kata sedemikian kejam dengan entengnya.Kutatap reaksi mas Azka yang cukup kesal hingga kedua tangannya mengepal, lalu mbak Sonia yang kulihat terus bersikap acuh pada putranya. Mengapa?"Selamanya aku tidak akan pernah tinggal di neraka ini lagi, cukup sudah kau menekan kehidupanku." sahut mbak Sonia."Kalau begitu jangan salahkan aku jika suatu saat kalian akan terpisah di dua alam." ancamnya lagi."Kau tidak perlu mengotori tanganmu, bukankah dia bukan siapa-siapa, kenapa harus takut!" tutur mbak Sonia yang membuatku bingung setengah mati. Sebenarnya apa yang mereka bahas?"Satu lagi, namamu juga akan kucoret dari daftar warisan, jadi jangan berharap si Cacan-cacan itu bisa mendapatkan bagian warisan dariku." tukas si tua."Tak ada yang mengharapkannya sekalipun kau limpahkan semua hartamu pada orang lain, lagipula kau bisa lihat sendiri, kan? Suamiku yang dulu kau hina sekarang sudah menjadi arsitek kelas tinggi dan rancangannya beg
Read more

19. Bukan Pelakor 1

"Triing!" suara ponselku berdering nyaring saat panggilan yang berasal dari Tini baru saja kuabaikan. "Elvaaaa... angkat tuh telponnya, berisik!" teriak mbak Damai pagi ini saat aku tengah sibuk didapur membantu Laila menyiapkan menu sarapan. Sebenarnya ponselku sudah kusimpan didalam kamar, namun aku lupa mengecilkan volume dering saat tak sengaja mengaturnya full. "Iya mbak, sebentar lagi!" sahutku bergegas mengaduk segelas susu yang sengaja kubuat untuk Chandra. Setibanya mbak Sonia, Damai dan Lena di meja makan, aku bergegas meletakkan semua menu yang sudah disiapkan Laila ke hadapan mereka. Setelahnya, akupun pergi ke kamar demi melihat ponselku yang memang berisik sekali. "Duh siapa sih!" gumamku yang merutuk ponsel tersebut sembari menghempas tubuh diatas tempat tidur. Kulihat, sebuah panggilan masuk itu berasal dari nomer yang tidak tersimpan di kontak. Sembari mengernyit heran dan ragu-ragu untuk menerimanya. Jadi sebelum aku memutuskan mengangkat atau tidak, a
Read more

20. Bukan Pelakor 2

"Oh iya kak, boleh ditunggu sebentar! Silakan duduk dulu!" Tini sedang melayani salah satu pelanggan yang datang dan meminta barangnya kembali, karena memang sudah tertera di kertas nota jika pakaian yang ia serahkan tempo hari akan selesai hari ini."El, tolong ambilin punya kak Putri donk!" pinta wanita itu dari luar seraya meneriakiku yang masih sibuk dengan setrikaan di bilik lain."Iya bentar ih, nunggu mbak Riri kelar deh." balasku lagi, ikut berteriak karena menyetrika sebenarnya adalah pekerjaan karyawan baru itu. Berhubung ia tadi sakit perut, akupun inisiatif menggantikan tugasnya sementara ini.By the way semenjak aku yang sempat tidak pulang kerumah gara-gara kesorean dihari kerja, mbak Lena tiba-tiba saja menambah lowongan untuk sepuluh orang karyawan baru, juga menambah beberapa unit mesin cuci kualitas tinggi dan alat-alat keperluan lainnya dengan alasan agar usaha laundry ini semakin berkembang.Namun, aku sempat curiga jika perluasan jangkauan usaha kami ini ada campu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status