Semua Bab Semalam Dengan Sepupumu: Bab 51 - Bab 60

83 Bab

51. Konspirasi

Bima senyum smirk mengingat perdebatan tadi. Semakin kelihatan bagaimana Rama dan Malika sangat tidak mendukung dan menyudutkan dirinya. Kehadirannya tidak diharapkan karena menjadi saingan Rama. Mungkin Denis mengajaknya dating hanya untuk sandiwara karena ulahnya mulai terkuak.“Tunggu saja saatnya, kalian terpuruk dan aku akan sangat senang melihat itu.”Mobil yang dikendarai sudah terparkir di basement. Bima berjalan sambil bersiul dengan tangan kanan menenteng paper bag berisi sarapan sehat untuk ibu hamil. Siapa lagi kalau bukan untuk Anya.Tidak sarapan dan sengaja pergi lebih awal hanya untuk menunjukan kalau pernikahannya sedang bermasalah, Bima sangat mendukung keputusan Anya tersebut. Itulah mengapa dia terlihat senang pagi ini. Meskipun perdebatan saat sarapan cukup sengit. Namun, moodnya masih bagus karena Anya.“Mas Bima,” panggil seseorang saat Bima keluar dari lift.“Yup.”“Hm. Nanti makan siang bareng ya, aku mau--”“Wah, kebetulan saya sudah ada janji. Sorry ya,” uja
Baca selengkapnya

52. Ulah Bima

Selly memang sudah ditalak, tapi dia masih sekretaris Rama. Pria itu bisa bersikap profesional, bekerja seperti biasa. Namun, tidak untuk Selly. Ia tidak rela statusnya kini janda dari Rama. Apalagi pernikahan mereka hanya secara siri, tidak bisa menuntut apapun.Kurang fokus karena memikirkan nasib, membuat Selly melakukan kesalahan. Tentu saja Rama marah dan menegurnya, semakin membuat Selly tidak terima. Ia bertekad harus mendapatkan Rama kembali.“Mau kemana?” tanya Selly yang sudah berdiri karena Rama sudah berdiri di hadapannya, lengkap dengan jas kerja. Biasanya pria itu akan melepas dan menggantung jas di belakang kursinya selama berada di ruangan.“Pulang, waktu kerja sudah selesai lagipula tidak ada urusan lagi. Biasakan panggil aku pak, selama di kantor.”Selly mengangguk pelan dan menelan saliva, entah sudah berapa kali teguran Rama hari ini.“Bisa kita bicara?” Selly mohon izin.“Tentang apa?” tanya Rama sambil melirik arloji di tangannya. “Kalau urusan pribadi, aku tidak
Baca selengkapnya

53. Lepaskan Aku

Rama memijat pelipisnya. Hari ini sangat menguras emosi, dimulai di meja makan saat sarapan sampai tadi saat Selly mengajaknya bicara. Ia harus pikirkan cara dan alasan untuk memindahkan Selly atau pecat sekalian. Dengan kompensasi nominal yang lumayan mungkin saja berhasil membuat wanita itu menghilang dan tutup mulut selamanya.“Suntuk amat sih," ujar pria di samping Rama. Rama berdecak dan menggeser gelasnya yang sudah kosong pada bartender. Saat ini ia sudah berada di club, masih terlalu sore karena sahabat-sahabatnya belum tiba. Hanya ada seorang yang memang manager tempat tersebut.“Kayaknya berat masalah lo, kalau nggak mana mungkin tiap malam nongkrong di sini lagi.”“Berisik,” sentak Rama lalu menenggak isi gelas sampai tandas.Kemumetan Rama bukan hanya urusan Selly dan Anya, tapi juga posisinya terancam oleh Bima. Apalagi Denis sudah mengultimatum agar bersiap untuk pertarungan dengan saudaranya sendiri. Seperti masa lalu.Sempat penasaran ada apa dengan kisah orang tuanya
Baca selengkapnya

54. Ketakutan Anya

Siapapun itu yang menghubungi Rama, Anya sangat berterima kasih. Sepertinya Rama memang membedakan dering ponsel untuk orang-orang tertentu karena ia langsung terdiam dan mengumpat pelan lalu menjauh dari tubuh Anya dan merogoh kantong celana mengeluarkan ponselnya.Mendapati celah, Anya langsung beringsut menjauh. Bersandar pada headboard dengan kedua kaki ditekuk dan selimut ia tarik menutupi tubuhnya.“Hm,” ucap Rama saat menjawab panggilan dan pandangannya tertuju pada sang istri yang terlihat ketakutan membuatnya mengernyitkan dahi. Padahal Rama hanya ingin mendapatkan haknya kenapa Anya bersikap seolah ia ingin menodai.“Selly mencari anda di club,” ujar seseorang di ujung sana dan Rama kembali mengumpat. Apa ancamannya kurang jelas sampai dihiraukan begitu. Ternyata Selly masih punya nyali.“Ikuti saja, kabarkan aku perkembangannya. Kalau dia mulai mencari informasi tentangku, hentikan saja!”“Oke.”Panggilan diakhiri, tapi fokus Rama masih pada ponselnya. Ada pesan dari Denis
Baca selengkapnya

55. Saling Mengancam

Anya sengaja tidak tidur, takut Rama memaksa masuk ke kamarnya. Sempat tertidur, tapi tidak lama. Suara apapun membuatnya terjaga. Alhasil pagi ini wajahnya terlihat lelah dan mata panda.Baru pukul enam pagi dia sudah keluar dari kamar bahkan menyeret koper sambil melangkah pelan dan hati-hati, berharap Rama tidak keluar. Sempat ke dapur hanya membuat susu hamil yang diakui ke asisten rumah tangga sebagai susu bubuk biasa.“Pakai tumbler saja bik, aku mau berangkat.”“Loh, mbak Anya tidak ikut sarapan? Lagian ini masih pagi, Mbak.”“Nggak Bik, aku ada banyak kerjaan. Kemarin malas lembur.” Anya beralasan hanya karena menghindari Rama juga mertuanya.Tidak akan mudah melepaskan dari hubungan dengan keluarga Hardana, apalagi orang tuanya juga tidak mendukung pilihannya untuk berpisah dengan Rama. Kejadian semalam membuat Anya yakin kalau dia harus pergi, Rama sangat menyeramkan dengan gairahnya.“Astaga,” pekik Anya ketika membuka pintu utama dan ada Bima duduk di sofa beranda.Bima me
Baca selengkapnya

56. Diusir

“Sebaiknya jaga sikapmu,” ujar Rama lagi. “Posisi kamu akan digantikan dengan yang lain, tenang saja kami tidak memecatmu hanya mutasi.”Selly masih bergeming di tempatnya sambil memandang Rama dengan raut wajah takut. Ada apa dengan Rama, pria itu seperti orang lain. Sebelumnya dia bisa dengan mudah membuat Rama bertekuk lutut di hadapannya.Mutasi lebih baik daripada dipecat. Apalagi nominal gaji Selly saat ini masih lumayan dari pada dia harus mencari pekerjaan baru. Dana kompensasi karena Rama menalaknya juga masih bisa digunakan beberapa tahun ke depan. Masih ada cadangan perhiasan dan tas branded dengan surat lengkap dan bisa dijual sewaktu-waktu.“Jadi, jangan pernah berpikir untuk cari gara-gara dengan keluarga Hardana. Kamu mengerti?”Mulut Selly seakan terkunci, lidahnya kelu. Ia hanya sanggup mengangguk pelan.“Apartemen silahkan kamu tempati, aku sudah proses balik nama untukmu,” jelas Rama kemudian melambaikan tangan seakan mengusir wanita itu.“Aku perlu tahu,” ucap Sell
Baca selengkapnya

57. Persaingan Bima dan Rama

Untungnya koper belum Anya turunkan masih di bagasi. Dia tidak diterima di rumah, malah diminta pulang ke Rama untuk selesaikan masalah. Intinya dia diusir. Bagai tertusuk pisau, hatinya begitu sakit. Berharap akan mendapatkan perlindungan, nyatanya ia salah.Citra yang sesama perempuan bahkan tidak berempati apalagi simpati ketika Anya mengatakan dia tidak bahagia dan Rama menikah lagi. Ujung-ujungnya malah dirinya yang disalahkan.Sudah berada dalam mobil, tapi belum jalan. Anya sedang menenangkan hatinya. Sejak tadi air mata seakan tidak terkontrol untuk terus mengalir.“Aku harus ke mana,” gumam Anya lalu menyalakan mesin mobil. Setelah meninggalkan kawasan tempat tinggal Ayahnya, Anya sempat menepi lalu membuka ponsel.Ternyata banyak pesan dan panggilan tidak terjawab. Dari Naina menanyakan kenapa dia pergi, Anya abaikan untuk sementara. Lalu Rama, dari pesan berisi minta maaf sampai menanyakan di mana posisinya juga diabaikan.Ada pesan dari Denis, meski ragu Anya membuka dan
Baca selengkapnya

58. Belum Ada Judul

Niat mencari hiburan ia malah menjadi bulan-bulanan dan hiburan Doni dengan hujatannya. Akhirnya Selly pulang ke apartemen. Menangis bukan gayanya, tapi merenung dan meratapi hidup juga tidak akan mengembalikan semua sesuai keinginan.Berharap cepat terlelap dan terjaga seakan semua yang terjadi hanya mimpi, nyatanya ia malah tidak bisa memejamkan mata.“Hah.” Selly beranjak duduk. Kepalanya sudah mumet dengan masalah Rama, pekerjaan dan juga Doni.Satu-satunya solusi adalah ia segera mendapatkan surat tugas mutasi dan memulai semuanya dari awal. Kalaupun harus hidup sederhana, setidaknya tiada yang mengenal.Sedangkan di tempat berbeda. Hampir tengah malam saat Bima tiba di kediaman Denis setelah sesorean mencari keberadaan Anya. Tentu saja dia khawatir, apalagi Anya sedang hamil. Berharap menemukan di café, nyatanya tidak ada.Masih berada di beranda sambil menikmati sebatang rokok saat mobil memasuki gerbang. Ternyata bukan hanya dia yang pulang terlambat, Rama juga. Apa Rama menca
Baca selengkapnya

59. Terungkap (1)

Rama tidak menyangka kalau Anya sebenci itu dengan dirinya. Menghindar sampai tidak melihat situasi. Ia menyaksikan sendiri bagaimana tubuh Anya terpental setelah tertabrak. Apalagi ia tidak bisa merengkuh untuk mencegah kejadian itu, membuat rasa bersalah semakin menjadi.“Anya, astaga.” Rama memeluk tubuh Anya yang sudah tidak sadar, ada darah di wajah wanita itu. Entah luka di bagian mana.“Ambulance, panggil ambulance!”Perasaan Rama semakin tidak karuan, apalagi Anya tidak merespon saat petugas medis mencoba menyadarkannya. Beruntung letak rumah sakit tidak jauh dari lokasi kecelakaan. Rama masih mendampingi saat brankar yang membawa Anya menuju ke UGD.“Bapak tunggu di luar.”“Saya suaminya, biar saya--”“Maaf Pak, tunggu di luar saja.”Rama harus pasrah menunggu di luar UGD meski resah luar biasa. Bahkan ia sampai menyugar rambutnya.“Anya, maafkan aku,” gumam pria itu. Segera ia menghubungi orang tuanya menyampaikan kondisi Anya.Tidak sampai tiga puluh menit, Denis dan Malika
Baca selengkapnya

60. Mutasi vs Hukuman

“Sayang,”panggil Bima menghampiri Anya yang terkejut dengan kehadiran pria itu.Anya menatap ke arah pintu kamar, memastikan tidak ada Rama.“Kamu … kenapa ke sini?” tanya Anya khawatir berusaha beranjak duduk, tapi ditahan oleh Bima agar tetap berbaring.“Ck. Kenapa tidak mengabariku? Seharusnya tidak begini, kalau kamu kasih kabar.” “Aku sedang menghindar dari keluarga Mas Rama dan juga keluargaku,” jelas Anya lirih. “Sebaiknya kamu pergi, situasinya tidak memungkinkan. Mas Rama akan--"“Aku tetap di sini. Rama harus tahu kalau kamu mengandung anakku.” Bima mengusap perut Anya. “Dia … baik-baik saja ‘kan?”“Dokter bilang masih dalam observasi. Kecelakaan kemarin aku … Mas Rama sebentar lagi datang, kamu pergi dulu. Paling tidak besok pagi saja datang lagi. Keadaan sudah kacau, jangan menambah masalah.”“Ck. Ponselmu, jangan abaikan aku!”Anya mengangguk pelan, menduga Bima akan lekas pergi nyatanya pria itu malah mendekat lalu mencium keningnya.“Ada orang yang akan mengawasimu, j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status