Home / Pernikahan / Semalam Dengan Sepupumu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Semalam Dengan Sepupumu: Chapter 61 - Chapter 70

88 Chapters

61. Siapa Pria Itu?

Rama pamit meninggalkan kamar saat ibu mertuanya datang. Niat hati hendak pergi agak jauh, tapi urung karena ingin tahu interaksi kedua wanita di dalam kamar.“Bu,” panggil Anya. Wajar seorang anak ingin menyampaikan kalau dia sedang tidak baik-baik saja.Bukannya mendapat perlakuan yang baik, Ibu Anya malah berdiri bersedekap menatap putrinya dengan luka perban di dahi dan lengan. Lalu berdecak dan menggeleng pelan.“Makanya nurut sama orangtua. Disuruh balik ke Rama malah kabur, kayak gini jadinya. Bikin malu saja.”“Ibu nggak ngerti perasaan aku.”“Justru karena Ibu dan Ayah tahu yang terbaik untuk kamu, tinggal patuh aja. Rama itu sudah yang terbaik untuk kamu, sampai kamu tua nanti.”Rama yang mendengarkan percakapan dari balik pintu, tersenyum mendengar hal itu. Ternyata meskipun brengsek masih ada orangtua yang mempercayakan putrinya. Yah, sudah pasti karena tingkat sosial mereka.“Aku harus pisah dengan Mas Rama, aku nggak pantas untuk dia … Bu.” Suara Anya terdengar lirih dan
Read more

62. Tinggal Kenangan

“Aku harus bagaimana?” tanya Anya.“Ya, katakan saja yang sebenarnya. Kalau aku yang sudah menghamilimu.”“Jangan bercanda, posisiku sekarang serba salah dan akan tambah masalah.”Bima tidak terlalu peduli masalah Rama yang penasaran siapa pria yang sudah menggagahi sang istri. Yang jelas dia merasa lebih hebat dari Rama. Meski statusnya suami, tapi tidak pernah mau menyentuh Anya.Lebih tertarik membahas kondisi kandungan dan luka-luka yanga da disekujur tubuh Anya, terutama di dahi wanita itu.“Kenapa kemari?” tanya Anya.“Ck, aku sudah dari tadi bahkan hampir tertidur. Baru tanya alasan kemarin,” jawab Bima lalu menggeser kursi semakin dekat ke ranjang.“Yang jelas aku mau pastikan kamu dan bayi kita dalam keadaan aman.”“Bukannya kalian sekarang satu kantor. Gimana kalau Mas Rama cari kamu dan bisa saja Mas Rama tiba-tiba pulang.”“Tidak akan. Dia sedang sibuk. Dua hari kemarin nggak nongol di kantor, banyak yang ditunda dan sekarang lagi mumet di meja kerjanya. Kerjaan setumpuk d
Read more

63. Mengalah Untuk Menang

Rama sudah rapi dengan setelan kerja dan siap berangkat. Namun, tertahan lalu mengurus Anya yang mengalami morning sickness. Meski sudah boleh turun ke toilet, tapi pria itu tetap berdiri tidak jauh.Sedang membungkuk mengeluarkan isi perutnya, Wajah Anya terlihat pucat. Tangan Rama terus memijat pelan tengkuk wanita itu. Bahkan mengambilkan handuk kecil saat Anya mencuci muka berkumur.“Ayo, balik ke ranjang. Kamu pasti lemas.”Anya hanya bisa pasra saat Rama memapahnya kembali untuk berbaring, apalagi kepalanya berdenyut membuat ingin segera memejamkan mata.“Mau makan apa? Sarapanmu sudah keluar lagi.”“Nanti saja, Mas.”Baru kali ini Rama menyaksikan langsung ternyata memiliki keturunan tidak mudah dirasakan oleh perempuan. Ini baru morning sickness bagaimana kelanjutannya nanti. Pantas saja orang tuanya tidak memberikan dia adik, mungkin dimasa lalu mereka terlalu sibuk.“Mas berangkat saja, aku nggak pa-pa.”“Hm.” Rama jadi ingin punya keturunan sendiri, darah dagingnya.Meliha
Read more

64. Rencana Anya

Denis dan para kuasa hukum sudah meninggalkan ruangan meeting. Begitu pula dengan Pram dan Rama. Bima diikuti oleh Umar menuju ruangannya. Umar heran dengan sikap Bima yang terlihat begitu resah bahkan berjalan mondar-mandir di ruangannya.“Sebaiknya anda duduk!”“Kau dengar tadi, tua bangka serakah itu bilang kalau posisiku bisa terancam setelah dia memiliki 45% saham. Dia memang sengaja ingin menguasai sendiri, kematian Ayah sudah pasti karena dia. Dari awal aku yakin dia sudah tahu isi surat itu, lalu dia rubah dan usir Ayah.”“Dari awal anda tidak minat dengan isi wasiat, kenapa sekarang terdengar … berbeda?”“Bukan berapa bagianku yang jadi masalah, tapi mereka sudah senang duluan. Merasa dengan Anya hamil lalu 30% itu akan menjadi milik mereka. Rama tutup mata dengan hal ini, padahal ….”“Padahal apa?” tanya Umar. “Hei, mau kemana?” tanya pria itu lagi saat Bima malah keluar dari ruangannya. Berjalan cepat menuju ruangan Rama.Brak.Rama yang sedang bicara dengan ibu Rahma sekre
Read more

65. Mengekang

Brak.Selly melempar tas kerja ke atas kasur, nyatanya mental dan ke pinggir terkena lampu tidur di pinggir kasur. Bukan tanpa arti, sejak tadi siang Selly menahan kesabarannya. Malah dilampiaskan di rumah dan berhasil memecahkan bohlam.“Ck, jadi kerjaan deh. Harus beli bohlam baru, mana udah sore,” keluh Selly.Mau tidak mau, ia keluar dari rumah kontrakan hendak ke toko atau minimarket dan itu berarti harus menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit berkendara dengan mobilnya.“Hah, sepertinya aku harus beli motor,” gumam Selly memandang ke arah jalan.Mengganti wedges dengan sandal dan membawa dompet serta ponsel, Selly berjalan menuju jalan utama meski bukan jalan raya.Terlihat penghuni kamar petak di bangunan depan rumah kontrakan dirinya, cukup ramai. Bahkan beberapa tinggal bersama keluarga termasuk anak mereka.“Mau kemana Mbak?” tanya seorang ibu yang sedang menggendong sambil menyuapi anaknya yang masih batita. “Mau ke depan,” jawab Selly sambil meringis, entah depan
Read more

66. Melarikan Diri

Ternyata sulit keluar dari kediaman Denis, ada beberapa pekerja yang ditugaskan mengawasi Anya. Sejak tadi, ia tidak melihat celah bisa melarikan diri. Berada di beranda menatap sekeliling sambil berpura-pura fokus dengan ponselnya.Malika pagi tadi pamit keluar dan tersenyum melihat gelang melingkar di pergelangan tangan Anya. Padahal setelah wanita itu pergi, segera Anya lepas dan simpan di kantongnya.“Bik,” panggil Anya.Bibi tergopoh-gopoh menghampiri. Ada tiga wanita yang mengurus rumah dan semua Anya panggil bibi.“Ada apa mbak Anya, butuh sesuatu?”“Kayaknya enak makan bakso. Keluar yuk,” ajak Anya.“Biar saya belikan, Mbak Anya tunggu sini saja.”Sesuai dugaanku, tidak akan mudah. Solusi itu yang akan ditawarkan oleh bibi, batin Anya. “Nggak enak kalau dibungkus. Makan langsung di tempat lebih nikmat, ayo Bik.”“Jangan Mbak, saya tidak berani. Nyonya pasti marah. Mbak Anya di rumah saja, apalagi belum sehat. Lihat itu luka perbannya.”Anya tidak memaksa, ia mengurungkan niat
Read more

67. Pilihan Ketiga

Bima sudah tiba di apartemennya. Bergegas masuk dan mendapati Anya di sofa.“Anya, are you okay?” tanyanya sambil memindai wanita itu.“I’m okay,” jawab Anya. “Ada hal penting yang harus kita bicarakan.“Ada yang ikuti kamu kemari?” Jangan sampai ada yang datang menjemput Anya, bagaimanapun wanita itu masih istri pria lain. Rasanya Bima ingin segera mengakhiri hubungan Anya dan Rama lalu segera menikahi wanita itu.“Aku sudah tinggalkan benda yang mungkin saja ada pelacaknya. Kemari pun aku sembunyi-sembunyi. Mungkin sekarang yang di rumah sudah tahu kalau aku kabur. Setelah menghubungi kamu, aku matikan ponsel.”Bima mengangguk pelan. Ia memastikan dulu keadaan Anya dan meminta orang kepercayaannya selain Umar untuk belanja kebutuhan Anya.“Kita harus bicara, ini penting.”“Tenang, kamu istirahat dulu. Kita pasti bicara. Tempat ini seharusnya aman untuk kamu, bukan atas namaku jadi tidak mungkin terlacak.” Bima berbicara sambil fokus dengan ponselnya karena laporan dari Umar.“Rama s
Read more

68. Kerja sama

“Aku coba cari. Mungkin di apartemenku atau temannya. Dengan kondisi Anya sekarang, tidak mungkin dia sendirian.”“Ya sudah, carilah!” titah Malika. “Pastikan anak kalian baik-baik saja. Kalau bukan sedang mengandung, rasanya Mama ingin menjambak rambut Anya. Dikasih hidup enak kok malah kabur, bodoh sekali dia.”Denis bergeming, meskipun masih kesal dengan putranya. Rama bergegas meninggalkan pasangan yang sudah melahirkannya ke dunia. Tidak ingin mendengarkan makian atau teriakan dari sang Papa.“Sial! Kemana si Anya,” gumam Rama sudah berada di dalam mobil. Pria itu menuju apartemen yang pernah ditempati bersama Anya. Nyatanya tidak ada siapapun, tampak hening dan sepi. Bahkan tanda-tanda pernah didatangi Anya pun nihil.Rama menghubungi Bagas, mertuanya sudah tahu kalau Anya ternyata kabur lagi. Mungkin dapat info dari Denis.“Ayah juga sedang cari, anak itu memang bikin masalah saja,” keluh Bagas di ujung sana. Rama mendengus mendengar ucapan Bagas. Belum tentu pria itu benar men
Read more

69. Apa Dia Tahu

Rama fokus mendengarkan Anya. Meski yang dipilih adalah rencana pertama, sangat menguntungkan di masa depannya. Namun, syarat yang disampaikan cukup membuatnya menarik nafas.Anya ingin diberikan kesempatan untuk bisa berkomunikasi dengan ayah sang bayi dan Rama tidak boleh bertanya siapa pria itu sampai bayi lahir dan mereka bercerai.“Kalau Mas keberatan, aku akan menggugat cerai dan aku pastikan setelah ini kalian tidak akan bisa menemukanku.” Ancaman Anya sangat beresiko. Denis bisa mengamuk kalau tahu Anya kabur lagi. Kerajaan bisnis keluarga Hardana ada di tangan sang bayi.Yang membuat kepala Rama pusing karena bayi itu bukan anaknya, tapi akan dimanfaatkan. Bagaimana kalau dimasa depan akan jadi masalah.“Anya--"“Aku tidak mau negosiasi. Take it or leave it.” Anya sudah berdiri, Rama tidak percaya kalau dia sekarang berada di bawah tekanan wanita itu. “Aku tidak ingin melakukan ini, tapi Mas yang paksa aku. Kita tidak akan melewati ini, kalau mas talak aku sebelum pisah denga
Read more

70. Dia Pergi

“Apa Anya tahu soal surat wasiat itu?” tanya Denis kala Rama baru saja duduk.“Kamu nggak cerita masalah ini ke Anya ‘kan?” tanya Malika lagi.Rama menatap bergantian kedua orangtuanya, kenapa mereka hanya memperdulikan soal surat wasiat saja. Padahal yang mereka tahu kalau Anya mengandung anaknya atau cucu mereka.“Sepertinya tidak. Aku tidak pernah bahas masalah itu. Kalaupun tahu bisa dipastikan bukan dari aku. Anya bukan perempuan matre, kalau dia tahu menjadi kunci masalah ini. Bisa-bisa dia minta mundur, niat cerainya akan kembali bulat.”“Bagus kalau dia tidak tahu. Masalah saham hanya kita dan Bima yang tahu, kuasa hukum sudah pasti tidak akan membocorkan.”“Apa Bima bisa dipercaya? Bagaimana kalau dia kasih tahu Anya?” Malika masih mengkhawatirkan masalah saham.“Apa manfaatnya Bima kasih tahu hal ini ke Anya, hanya akan merugikan dirinya,” pikir Denis. “Pastikan istrimu di rumah saja, tidak usah terlibat dengan urusan perusahaan.”Rama mengangguk pelan.“Mulai minggu depan p
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status