Home / Rumah Tangga / Semalam Dengan Sepupumu / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Semalam Dengan Sepupumu: Chapter 81 - Chapter 90

127 Chapters

81. Rumah Sakit (2)

“Sabar ya, sebentar lagi kita sampai,” ucap Selly sambil fokus dengan kemudi. Sesekali pandangannya menatap Anya yang masih meringis melalui center mirror.“Kok bisa jatuh sih,” gumam Selly meski bukan bertanya secara langsung.“Kepleset, kayaknya aku nggak hati-hati.”‘Memang seharusnya kamu nggak sendirian, harusnya kamu ada di tengah keluarga,’ batin Selly.“Pas aku datang, udah lama kamu jatuh?” Selly bertanya lagi, paling tidak ia bisa menjelaskan kondisi Anya pada petugas medis saat mereka sudah tiba di rumah sakit.“Mungkin lima atau sepuluh menit, aku nggak berani langsung bangun.”Selly kembali fokus dengan jalanan. Meski tidak macet seperti di Jakarta, tapi di sini banyak jalan belum rata dan berlubang. Jadi, dia harus menghindar atau memilih jalan yang baik agar Anya tidak semakin kesakitan.“Oke, belokan depan terus kita sampai. Langsung ke UGD, aku akan panggil perawat. Kamu masih oke?” tanya Selly lagi dan Anya hanya menjawab dengan ringisan.Mobil berhenti tepat di depa
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

82. Rumah Sakit (2)

Pagi itu Rama mendapat kabar dari sekretarisnya kalau Bima tdk ada di kantor, padahal hari ini ada jadwal bertemu. Bukan hanya urusan bisnis, Rama juga akan berdiskusi masalah Anya. Namun, tidak adanya Bima di kantor membuatnya penasaran untuk menghubungi langsung sepupu yang sekarang menjadi atasannya.Dua kali panggilan tidak dijawab, Rama pun menghubungi Umar. Nyatanya mereka sedang berada di luar kota. Meski tidak menanyakan ada urusan apa karena rasanya tidak elok, tapi Rama curiga jangan-jangan ada hubungannya dengan Anya.“Nanti siang aku hubungi lagi, semoga saja benar Anya sudah ditemukan,” gumam pria itu.Sampai di bawah, Rama harus menghela nafasnya mendapati Denis yang mengoceh tidak karuan. Sudah biasa seperti itu, tapi akhir-akhir ini lebih parah bahkan Malika kadang tidak bisa menghentikan suaminya.“Pah, udah pah,” ucap Rama. “Papa bisa stroke kalau begini terus.”“Gimana papa nggak stroke, kemana istri kamu pergi bawa cucuku? Dia yang akan bantu kita, Rama.”“Pah, aku
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

83. Bertemu

Bima mengernyitkan dahi, mengingat-ingat apa dia mengenal wanita itu. Mendadak wanita di hadapannya seperti terkejut lalu gegas menutup pintu.“Dia kenapa?” tanya Bima dan Umar hanya mengedikan bahu.Tangan Bima menekan handle pintu kamar ternyata dikunci dari dalam.“Hei, kenapa dikunci,” keluh Bima kembali menekan-nekan handle pintu.Sedangkan di dalam, Selly menghampiri Anya dengan raut wajah bingung.“Kenapa? Kayaknya ada yang teriak,” ucap Anya beranjak duduk. “Apa ada pasien baru?” tanyanya karena pasien satu kamar dengannya sudah boleh pulang belum lama.“Anya, di depan ada … Pak Bima.”“Hah, yang bener kamu?” Selly menjawab dengan anggukan kepala.“Gimana ini, dia pasti maksa masuk. Kita nggak bisa kunci pintu seterusnya dan sembunyi di sini.”“Aku pikir nggak akan ketemu, kok bisa ya.”“Hei, buka pintunya.” Terdengar teriakan lagi dan ketukan pintu. Anya dan Selly sama-sama menatap ke arah pintu.“Gimana?” tanya Selly dengan raut wajah bingung.Tidak ingin menjadi keributan,
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

84. Ada Apa Dengan Kalian?

“Anya, mana yang sakit?” tanya Bima panik.Selly langsung menekan tombol darurat untuk memanggil dokter. Tidak ingin ulahnya diketahui pihak rumah sakit dan menjadi masalah. Bima gegas membuka nametag palsu juga jubah dokternya dan dihempaskan ke atas sofa.“Sakit,” keluh Anya sambil meringis.Bima terus menanyakan mana yang sakit sambil mengusap perut Anya.“Ya perutnya yang sakit, memang pak Bima pikir apa yang sakit?”“Ish, mana dokternya,” keluh Bima berbarengan dengan pintu kamar terbuka dan masuklah dokter dengan seorang perawat.“Sakit dok, katanya sakit,” ujar Bima lalu bergeser membiarkan dokter memeriksa Anya.“Sus, cek pendarahannya.” Perawat meminta Bima dan Selly menjauh lalu menarik tirai dan melakukan pemeriksaan.“Kenapa kita tidak boleh lihat,” gumam Bima.“Ck. Sudah deh, tunggu aja apa kata dokter.”Bima menoleh dan menatap Selly lalu mengernyitkan dahinya. “Kamu siapa sih? Kayaknya nggak asing.”“Bukan siapa-siapa, bagus kalau bapak nggak kenal saya.”Dokter menyara
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

85. Antara Anya, Bima dan Rama

“Tunggu di sini, aku harus tanya dulu apa Anya mau bertemu denganmu atau tidak.” Selly melarang Rama ikut masuk ke dalam kamar rawat inap. “Jangan mengintip, duduk saja disitu!” titah Selly karena Rama akan melongokan kepalanya saat pintu dibuka.“Iya,” sahut Rama kemudian duduk. Entah mengapa dia begitu patuh pada Selly. Padahal bisa saja ia memaksa masuk.Selly merapatkan pintu, menuju lemari cabinet di samping ranjang menyimpan kain dan pakaian ganti untuk Anya. Bima masih setia duduk di samping ranjang, sedangkan Anya terlihat memejamkan matanya.“Dia tidur?” tanya Selly.“Hm. Tadi dokter visit lalu disuntik obat, tidak lama dia bilang ngantuk.” Bima bicara lirih agar tidak mengganggu Anya yang sedang terlelap.“Pak Bima, kemari!” Selly menunjuk sofa untuk mengajak pria itu bicara. Tentu saja membicarakan kedatangan Rama. Selly menduga Bima akan terkejut atau panik mendengar Rama datang, nyatanya tidak terduga.“Sudah datang dia, aku pikir tidak akan sampai sini.”“Loh, kalian mem
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

86. Akhirnya ....

“Jangan negatif dulu, apa yang terjadi tidak seperti yang kamu bayangkan,” ujar Bima dan Selly hanya menggeleng.“Aku tidak mengerti dan tidak tahu, itu urusan kalian.”“Nah, bagus. Memang seharusnya begitu, jangan mengusik kehidupan orang lain.” Bima bicara pada Selly, tapi pandangannya tetap tertuju pada Rama dan Anya. “Bicarakan apa dia, kenapa berbisik begitu,” keluhnya membuat Selly ikut menatap ke arah Rama.Akhirnya Bima dan Selly malah memperhatikan dua orang lainnya yang berada di kamar itu. Rama beranjak dari duduknya karena ponselnya bergetar, ternyata panggilan dari kantor. Sebenarnya hari ini ada jadwal rapat dan dia menjanjikan akan melakukan teleconference.Di sofa, Rama sibuk rapat online dan Bima fokus pada tablet. Anya tetap berbaring dan Selly keluar mencari angin. Satu ruangan dengan Rama membuat dadanya sesak, entah penyesalan atau memang masih ada perasaan pada pria itu.Duduk di kursi taman tidak jauh dari kamar perawatan Anya, Selly menatap orang yang lalu lala
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

87. Penasaran

Anya cemberut sedangkan Bima terkekeh, sejak tadi berhasil menggoda dan mengeluarkan rayuan gombal.“Gombal, nggak mempan di aku,” seru Anya masih dengan wajah cemberut.“Bagus deh kalau nggak mempan, karena aku nggak pandai ngegombal,” sahut Bima.Anya melirik jam dinding, sudah cukup lama tidak melihat Selly. Bima mengatakan sedang pergi keluar, tapi kemana.“Ada apa?” tanya Bima melihat wajah Anya mendadak resah.“Selly kemana? Apa pulang ya.”“Keluar, terus si Rama nyusul. Biarin aja, mana tahu lagi pedekate lagi mau CLBK,” ejek Bima lalu tergelak.“Ih, ngaco. Bisa aja Selly udah ada pacar atau calon suami, kenapa malah dijodohkan sama Mas Rama lagi.”“Emang Selly bilang sudah ada gantinya Rama?” Anya hanya bisa menjawab dengan gelengan. Semenjak bertemu, Selly tidak pernah menceritakan masalah pribadinya.Sedang dibicarakan, orangnya malah muncul. Selly datang bersama Rama dan langsung menjadi bahan candaan oleh Bima sampai Anya harus menegurnya.“Biarin aja, biar dia senang keta
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

88. Penasaran (2)

Semalaman tidak tidur dengan pikiran yang entah membuat penampilan Rama berantakan, terlihat sangat lelah. Selly yang tadi keluar membeli sarapan sudah kembali dengan membawa tiga porsi bubur ayam. Menawarkan pada Rama dan Bima.Rama hanya berdehem, sedangkan Bima sedang menemani Anya sarapan. Sesekali pria itu mengeluarkan rayuan dan candaannya. Mendengar hal itu Rama hanya berdecak, bukan karena cemburu melainkan kesal ia tidak bisa melakukan hal itu pada perempuan lain. Saat ini statusnya mungkin masih seorang suami, tapi kesepian.Menoleh ke samping, Selly sedang menikmati sarapannya sambil fokus pada ponsel. Sesekali ia tersenyum, mungkin saja berbalas pesan dengan Mas Sena. Siapa pria itu semakin membuat Rama penasaran.“Makan dulu, terus mandi atau cuci muka. Penampilan kamu udah kayak orang sakit,” ujar Selly, tapi pandangannya tetap pada ponsel.Rama mengambil porsi miliknya.“Pacaran mulu,” ejeknya lirih, nyatanya didengar oleh Selly yang langsung melirik ke arahnya.“Siapa
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

89. HUbungi Selly

Rama mengesampingkan image karena terlalu kepo dengan urusan Selly yang saat ini bukan siapa-siapanya. Namun, kembali ke Jakarta dengan pikiran berkecamuk penasaran dengan hubungan Selly dan Sena, membuatnya terpaksa harus mencari kejelasan.Ia pun tidak tahu atas dasar apa dirinya terlalu ingin tahu. Anggap saja kepedulian karena mereka pernah dekat. Tidak ingin Selly menjalani hubungan bebas seperti sebelumnya. Kelihatannya wanita itu sudah berubah, tidak ada salahnya ia sedikit peduli.“Hah, Mas Sena?” tanya Selly dan Rama bergeming masih dengan menatap tajam padanya. “Kamu kok tau Mas Sena?”Bukan menjawab Rama malah berdecak mendengar Selly menyematkan panggilan Mas pada pria itu. Sedangkan mereka sudah pernah saling cinta bahkan menikah walau secara siri, tapi tidak ada Selly memanggilnya dengan sebutan sayang seperti itu.“Pacar kamu ‘kan?” Rama kembali bertanya. Selly awalnya diam lalu tergelak membuat Rama keheranan.“Mas Sena itu udah punya istri dan bukan pacar aku.”“Ngapa
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

90. Benar-benar Cinta

Anya baru saja masuk ke dalam kamar, Ira asisten wanita itu sudah mengantar dan memastikan majikannya nyaman di dalam kamar. Selly sempat melirik saat Ira menutup pintu kamar Anya.Hari ini sepulang kerja, selly langsung ke rumah Anya dan memutuskan untuk menginap. Meski sudah ada Ira yang menemani, rasanya agak khawatir apalagi sudah dekat persalinan dan tadi siang mereka sempat berkirim pesan di mana Anya mengeluhkan perutnya sering kram dan kontraksi palsu.Bima pun sempat menghubungi Selly agar mengawasi Anya dan terus mengabari kalau siap melahirkan. Sesuai dengan janji pria itu, mobil datang dan stand by di kediaman Anya.“Sudah tidur mbak?” tanya Selly saat Ira menutup pintu kamar.“Sudah, Mbak,” jawab Ira.Selly mengangguk pelan, berbaring di ruang tamu yang memang hanya ada karpet dan kasur lipat akan digunakan untuk tidur dirinya juga Ira. Masih memainkan ponsel menscroll media sosial dan online shop. Dahinya mengernyit saat ada panggilan masuk. Sebenarnya bukan hal yang ane
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status