Semua Bab Semalam Dengan Sepupumu: Bab 101 - Bab 110

127 Bab

101. Terjebak

Gerbang rumah Anya terbuka setelah dua kali klakson. Mobil Selly perlahan memasuki pekarangan rumah yang ditempati Anya. Setelah memarkir mobil dengan benar, Selly gegas keluar. Anya menggendong Dewa dan menyambut di beranda rumah.“Dewa, ini onty datang.”“Heh, jangan dekat-dekat dulu. Mandi sana, baru boleh pegang.”“Dih, lihat doang,” rengek Selly menghampiri Anya. “Ya ampun, sudah makin montok. Udah besar pasti ganteng deh.”“Masuk gih, minta Mbak Ela tunjukan kamar kamu.”Selly pasrah demi bisa mencium dan menggendong Dewa. Kembali ke mobil mengambil tas berisi pakaian ganti. Sudah berencana akan mengunjungi Anya dan menginap.“Tunggu ya ganteng, onty mandi dulu.” Selly gegas ke dalam rumah menuju kamar tamu.Tidak sampai lima belas menit, ia sudah selesai membersihkan diri dan berganti piyama. Dewa sudah berada di ruang keluarga bersama Anya juga Ira.“Yah, kok bobo sih.” Selly duduk di lantai menatap Dewa yang dibaringkan di sofa beralas kain dan bantal bayi.“Bayi kerjanya Cum
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

102. Serangan

Masih dengan degup jantung tidak karuan dengan peristiwa tadi, Anya masih mendekap Dewa yang mulai menangis.“Sayang, kaget ya. Ini Mama, nak. Mbak Ira, kamu ….”“Saya nggak pa-pa. Ayo pak, lebih cepat. Mobil di belakang masih ngikutin.”Ira menghubungi seseorang dengan ponsel di telinganya sambil menoleh ke belakang.“Kalian di mana? Kami diikuti, motor dan mobil,” ujar Ira lalu diam dan mengernyitkan dahi. “Hah?”“Pegangan Bu.”Brak.Mobil kembali ditabrak dari belakang. Wajah Anya pucat dan panik, tapi tetap berusaha untuk tenang. Dewa semakin rewel. Sempat menatap sekeliling, di mana pula mereka berada. Terdengar decit ban mobil, rupanya mobil di belakang berusaha menyalip.Ira kembali menghubungi seseorang, masih terdengar nada tunggu.“Pegangan,” seru sopir.BrakMobil di mana Anya berada sengaja dipepet dan kembali dibenturkan. Ira memasang seatbelt Anya dan melepaskan ponselnya begitu saja. Wanita itu ikut memegang Dewa sambil memperhatikan mobil di samping.Prank.Kaca jendel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

103. Tidak Mudah Terjerat

Rama sudah mendengar kejadian yang menimpa Anya dan bayinya. Meski kronologi rincinya belum tau seperti apa. Sudah bisa dipastikan ini ulah Denis. Yang membuatnya semakin geram, Selly menjadi korban dengan kondisi yang lumayan parah.Mengecek jadwalnya tidak ada pertemuan darurat, Rama meminta Ibu Rahma menghandle pekerjaannya dua hari kedepan kalau sampai dia tidak datang ke kantor. Meninggalkan kantor, Rama menuju kediaman orang tuanya.“Ya,” ucap Rama saat menerima telepon dari Bima. Ia baru saja tiba di rumah, bahkan mobil baru saja parkir carport.“Selly sudah dalam perawatan, gue nggak bisa jelasin. Lo datang aja, ini juga laporan dari orang-orang gue. Bentar lagi gue sampai,” tutur Bima di ujung sana.“Kok bisa orang-orang kamu kecolongan begini.”“Nggak ngerti, gue pengen habisin juga mereka. Jaga Anya sama Dewa aja nggak becus. Lo di mana?” tanya Bima.“Baru sampai.”“Hah, sampe mana?” tanya Bima lagi.“Kediaman Denis Hardana,” sahut Rama lalu mematikan mesin mobil, melepas s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

104. Menemani (1)

Rama tiba hampir jam tujuh malam, langsung menemui Bima dan Anya. Memastikan sendiri kondisi Anya dan Dewa baik-baik saja. Sempat berbincang sebentar dengan Bima lalu pamit menuju rumah sakit.Sebenarnya Bima sudah menyampaikan kalau Selly sudah sadar, kondisinya tidak separah Edi dan Ira. Namun, tetap saja Rama khawatir. Sudah mendapatkan info di mana Selly dirawat. Tiba di depan kamar, bertepatan dengan Ela keluar dari kamar itu.“Pak Rama,” sapa Ela.“Ada siapa di dalam?” tanya Rama.“Hanya ada mbak Selly, saya diminta cek Mbak Ira. Kata Mbak Selly dia nggak masalah ditinggal.”“ya sudah, Mbak Ela fokus dengan Ira saja. Biar Selly saya yang jaga.”Ela pun mengangguk dan permisi. Rama membuka pintu kamar dan hendak melangkah masuk saat mendengar suara Selly.“Tutup lagi pintunya Mbak, dingin banget.”Selly belum tahu kalau Rama yang datang. Posisinya berbaring miring membelakangi arah pintu dan sedang fokus dengan ponselnya. Rama yang sudah berdiri di samping ranjang tepat di belaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

105. Pernyataan Rama

Rama hanya tidur dua jam itu pun tidak lelap sempurna. Melihat kondisi Selly dan selalu meringis dalam tidur, seakan merasa bersalah. Bagaimana tidak, Papanya yang membuat Selly terluka. Meski ditujukan bukan untuk wanita itu, tetap saja semua salah Denis.Masih terpejam dengan kepada disandarkan pada sisi ranjang. Selly terjaga dan terkejut ada Rama di depannya. Tangannya terulur untuk mengusap kepala pria itu dan membuat Rama terjaga.“Sudah bangun? Mau ke toilet?” cecar Rama masih dengan suara serak khas bangun tidur.“Harusnya aku yang tanya, kamu tidur di sini apa tidak pegal.”“Masih lebih pegal kamu, bergerak juga sakit.” Rama menggeliat dan meregangkan otot tubuhnya lalu membantu Selly yang beranjak duduk dan menyodorkan gelas.“Tolong panggilkan perawat, aku mau ke toilet sekalian bersih-bersih.”“Aku bantu,” ujar Rama bersiap menggeser tiang infus.“Rama, panggilkan perawat aja.” Selly menolak usul Rama. Hubungan mereka saat ini tanpa status dan ia ingin hidupnya lebih baik,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

106. Rencana (2)

Ira dan Edi masih dalam perawatan di rumah sakit. Selly sudah memaksa pulang meski lebam di tubuhnya masih ada. Rama memaksa wanita itu untuk tinggal di rumah Anya untuk sementara dan saat ini mereka sedang bicara serius di ruang keluarga.Anya sejak tadi hanya menunduk dengan jemari tangannya saling terpaut, Bima yang duduk di sampingnya mengusap punggung tangan Anya seraya mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.Selly selalu mengenakan piyama dengan alasan mudah mengenakan dan tidak terlalu menyakitkan saat tersentuh ke kulit yang masih lebam. Rama duduk di sampingnya.“Aku tidak akan memaksa, semua terserah kamu. Kalau ingin melanjutkan masalah ini, aku temani ke kantor polisi untuk membuat laporan,” tutur Bima. “Rama juga tidak ada masalah.”Tentu saja Anya ragu dan harus pertimbangan benar keputusan yang akan diambil. Meskipun bukti dan saksi bisa menjerat pelaku, kemungkinan apapun bisa terjadi dan Bima sudah menyampaikan masalah itu. Bisa jadi para pelaku akan mengaku kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

107. Karma (1)

“Dari mana kamu?” tanya Denis saat melihat putranya datang.“Pah, ingat tekanan kamu.” Denis hanya berdecak dengan teguran istrinya, padangan pria itu tetap tertuju pada putranya. Sudah berubah, begitulah kesimpulan dalam benak Denis menilai Rama. Putranya sudah berubah, membangkang dan berani.Bukan berubah, Rama hanya ingin papanya sadar kalau selama ini rencana dan yang sudah dilakukan itu salah. Merampas hak orang lain bahkan menjadi dalang dari kematian seseorang. Ia tidak bisa membayangkan kalau papanya dipenjara untuk membayar semua kesalahan yang sudah diperbuat.“Aku menyelesaikan kekacauan yang sudah papa buat.”“Halah, seharusnya kamu bantu Papa menghabisi bayi itu juga semua yang menghambat kita.”“Pah, hidup itu tidak selalu harta dan tahta. Tidak akan kita bawa mati.”“Kamu tahu apa Rama, selama ini kamu biasa hidup enak dari lahir. Tidak pernah merasakan susah seperti yang aku rasakan dan sekarang semua yang sudah kita pertahankan akan direbut oleh Bima. Papa tidak teri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

108. Karma (2)

“Papa kamu sudah sadar?” tanya Malika dan Rama hanya menggeleng pelan sambil mengusap wajahnya.Baru saja dari toilet membersihkan diri dan berganti pakaian, tidak menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Namun, Malika tidak sabar langsung menanyakan kondisi suaminya.“Mama baiknya pulang, istirahat di rumah. Biar Papa Aku yang jaga.”Malika hanya menjawab dengan gelengan kepala. Ibu dan anak itu semalaman terjaga, menunggu proses operasi dan observasi. Sampai dengan pagi ini ternyata Denis belum juga sadar.“Kamu bersih-bersih terus sarapan, nanti gantian,” seru Malika.Rama pun beranjak. Ia memang perlu cuci muka dan segelas kopi. Pikirannya mumet mengingat kondisi Denis yang masih belum sadar dan segala macam yang berhubungan dengan pria itu.Urusan kantor masih bisa dihandle dari jauh untuk sementara, harapan Rama agar papanya segera pulih. Belum lagi ia masih memikirkan Selly yang masih dalam proses pemulihan.“Selly,” panggil Rama saat sambungan telepon terjawab.“Pak Denis gima
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Season 2 - Menghindar

“Selly, gimana kabarmu?”“Hah.”Rasanya Selly ingin mengumpat menyadari sudah ada Jana di sana, bahkan langsung duduk di sampingnya tanpa bertanya ia keberatan atau tidak.“Sudah sehat?” tanya Jana lagi dan Selly masih belum bersuara hanya tersenyum canggung.“Ya … begini,” sahut Selly lirih. Sempat menatap sekitar, mencari siapapun di sana berharap diselamatkan.“Kenapa pesanku tidak pernah dibaca? Padahal mau banget jenguk kamu.”“Gimana ya, kemarin itu ponsel aku disita. Jadi, aku nggak tahu ada telpon atau pesan dari siapapun.” Tentu saja itu hanya alasan Selly, siapa juga yang menyita ponselnya.“Disita polisi?” tanya Jana.“iya, disita polisi.” Kejadian kemarin Selly adalah korban kejahatan, meski akhirnya tidak ada pelaporan. Alasan itu lebih masuk akal daripada harus berbohong yang aneh-aneh.Selly kembali fokus pada ponselnya dan menyadari Jana menggeser duduk semakin dekat.“Kenapa sendirian di sini?”“Aku malas keluar, tadi sudah titip makan sama Bu Yeni. Kayaknya bentar la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Season 2 - Ancaman Jana

“Kamu yakin?” tanya Anya lagi saat Selly menyampaikan akan tinggal di rumah kontrakan.“Iya, yakin. Kontrakan aku dekat ke sini kok, jadi bakal sering datang untuk melihat Dewa.”Anya membaca ada hal lain yang Selly sembunyikan. Bisa jadi masalah dengan Rama, tapi tidak berani bertanya karena Selly pun enggan bercerita. Mungkin saja tidak enak karena hubungan Anya dan Rama saat ini masih terikat pernikahan.“Ya sudah, tapi kalau ada apa-apa cerita ya. Kita udah bareng-bareng selama ini, kamu banyak bantu aku dan sampai luka-luka demi menyelamatkan Dewa.” Anya bicara sambil menggenggam tangan Selly yang ada di pangkuan wanita itu.“Apa sih, kayak aku mau kemana aja.” Lalu mereka terkekeh bersama.Sengaja tidak membahas masalah Rama, Anya pun tidak tahu bagaimana kejelasan hubungan mereka berdua. Yang pasti ia akan selalu mendukung apa keputusan Selly dan Rama.Obrolan kedua wanita itu terhenti karena suara tangisan Dewa, Anya pun pamit untuk melihat putranya. Sedangkan Selly menuju kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status