Share

68. Kerja sama

Author: dtyas
last update Last Updated: 2024-11-10 05:47:22

“Aku coba cari. Mungkin di apartemenku atau temannya. Dengan kondisi Anya sekarang, tidak mungkin dia sendirian.”

“Ya sudah, carilah!” titah Malika. “Pastikan anak kalian baik-baik saja. Kalau bukan sedang mengandung, rasanya Mama ingin menjambak rambut Anya. Dikasih hidup enak kok malah kabur, bodoh sekali dia.”

Denis bergeming, meskipun masih kesal dengan putranya. Rama bergegas meninggalkan pasangan yang sudah melahirkannya ke dunia. Tidak ingin mendengarkan makian atau teriakan dari sang Papa.

“Sial! Kemana si Anya,” gumam Rama sudah berada di dalam mobil. Pria itu menuju apartemen yang pernah ditempati bersama Anya. Nyatanya tidak ada siapapun, tampak hening dan sepi. Bahkan tanda-tanda pernah didatangi Anya pun nihil.

Rama menghubungi Bagas, mertuanya sudah tahu kalau Anya ternyata kabur lagi. Mungkin dapat info dari Denis.

“Ayah juga sedang cari, anak itu memang bikin masalah saja,” keluh Bagas di ujung sana. Rama mendengus mendengar ucapan Bagas. Belum tentu pria itu benar men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Semalam Dengan Sepupumu   69. Apa Dia Tahu

    Rama fokus mendengarkan Anya. Meski yang dipilih adalah rencana pertama, sangat menguntungkan di masa depannya. Namun, syarat yang disampaikan cukup membuatnya menarik nafas.Anya ingin diberikan kesempatan untuk bisa berkomunikasi dengan ayah sang bayi dan Rama tidak boleh bertanya siapa pria itu sampai bayi lahir dan mereka bercerai.“Kalau Mas keberatan, aku akan menggugat cerai dan aku pastikan setelah ini kalian tidak akan bisa menemukanku.” Ancaman Anya sangat beresiko. Denis bisa mengamuk kalau tahu Anya kabur lagi. Kerajaan bisnis keluarga Hardana ada di tangan sang bayi.Yang membuat kepala Rama pusing karena bayi itu bukan anaknya, tapi akan dimanfaatkan. Bagaimana kalau dimasa depan akan jadi masalah.“Anya--"“Aku tidak mau negosiasi. Take it or leave it.” Anya sudah berdiri, Rama tidak percaya kalau dia sekarang berada di bawah tekanan wanita itu. “Aku tidak ingin melakukan ini, tapi Mas yang paksa aku. Kita tidak akan melewati ini, kalau mas talak aku sebelum pisah denga

  • Semalam Dengan Sepupumu   70. Dia Pergi

    “Apa Anya tahu soal surat wasiat itu?” tanya Denis kala Rama baru saja duduk.“Kamu nggak cerita masalah ini ke Anya ‘kan?” tanya Malika lagi.Rama menatap bergantian kedua orangtuanya, kenapa mereka hanya memperdulikan soal surat wasiat saja. Padahal yang mereka tahu kalau Anya mengandung anaknya atau cucu mereka.“Sepertinya tidak. Aku tidak pernah bahas masalah itu. Kalaupun tahu bisa dipastikan bukan dari aku. Anya bukan perempuan matre, kalau dia tahu menjadi kunci masalah ini. Bisa-bisa dia minta mundur, niat cerainya akan kembali bulat.”“Bagus kalau dia tidak tahu. Masalah saham hanya kita dan Bima yang tahu, kuasa hukum sudah pasti tidak akan membocorkan.”“Apa Bima bisa dipercaya? Bagaimana kalau dia kasih tahu Anya?” Malika masih mengkhawatirkan masalah saham.“Apa manfaatnya Bima kasih tahu hal ini ke Anya, hanya akan merugikan dirinya,” pikir Denis. “Pastikan istrimu di rumah saja, tidak usah terlibat dengan urusan perusahaan.”Rama mengangguk pelan.“Mulai minggu depan p

  • Semalam Dengan Sepupumu   71. Di mana dia?

    Rama masih tidak habis pikir, kemana Selly mengabaikan apartemen yang memang diberikan untuknya. Apa wanita itu sudah mendapatkan pria yang bisa menjamin kehidupannya seperti yang pernah Rama lakukan.“Terserah dia mau gimana, sekarang fokus aku adalah anak dalam kandungan Anya.”Rencana Rama adalah membuat Anya jatuh cinta padanya, sehingga kedepannya tidak ada masalah baru kalau wanita itu mengajak pisah. Mereka bisa membuat anak lagi yang benar-benar anak dari Rama.Mendapatkan kabar kalau Anya dikunjungi ibunya membuat Rama khawatir. Bisa saja mereka bertengkar atau Anya menjadi bulan-bulanan ibunya.“Anya,” panggil Rama saat memasuki kamar dan mendapati wanita itu sudah terlelap membuatnya menghela lega. Mendekat ke ranjang lalu mengusap pelan kepala istrinya. “Kamu … cantik,” ucap Rama.Pandangan Rama perlahan turun pada perut Anya yang masih rata. Ia memikirkan siapa sebenarnya pria itu, ayah dari janin yang berada dalam kandungan Anya.“Siapapun dia, aku siap menerima Anya da

  • Semalam Dengan Sepupumu   72. Makan Malam

    Anya menghentak tangan Rama dan hendak melangkah, lagi-lagi ditahan oleh Rama. Mereka saling tatap.“Duduk!” titah Rama.“Aku mau pulang.”“Duduk, kita harus bicara. Lantai dua ini sudah aku booking, pembicaraan kita akan aman.”Meskipun tidak mau, Anya mengikuti perintah Rama. Mereka memang harus bicara, apalagi pria itu sudah ingkar janji.“Alasan kamu pergi untuk bertemu denganku, nah ini kita bertemu,” ujar Rama lalu terkekeh.Bukannya ikut tertawa, Anya malah mengalihkan pandangan dari pria di hadapannya. Bahkan acuh saat Rama menanyakan ingin makan apa. Rama memesan makanan dan memberikan buku menu pada pelayan, lalu kembali menatap Anya yang masih membuang pandangannya.“Aku ingin bertemu pria itu.”“Kamu sudah menyalahi kesepakatan kita,” seru Anya masih enggan menatap Rama.“Tidak menyalahi, hanya saja kita perlu bicarakan ulang.”Anya sudah berdiri, enggan melanjutkan pembicaraan itu. Namun, Rama lagi-lagi menahannya.“Kali ini aku tidak gunakan ancaman, tapi kamu harus tahu

  • Semalam Dengan Sepupumu   73. Terungkap (2)

    Beberapa jam sebelumnya, di kediaman Denis. Rama pulang lebih cepat karena Denis dan Malika mengundang makan malam. Bukan hanya mereka ada juga kerabat Malika yang lain.Anya sempat menolak dengan alasan tidak sehat, tapi Rama janji hanya sebentar dan mereka akan pulang kalau Anya tidak nyaman.“Ada kerabat Mama kembali ke Jakarta dan akan menetap, jadi ini seperti pertemuan keluarga besar. Kita harus hadir, walaupun nanti terlalu lama atau kamu tidak nyaman, aku yang akan pamit. Ayolah,” bujuk Rama dan Anya pun akhirnya luluh.Sebenarnya hubungan mereka masih tidak baik setelah Rama ingkar janji, Anya masih acuh pada pria itu. Menjawab seperlunya, terkadang hanya menggelengkan kepala atau mengangguk saja.Mengenakan dress dengan kerutan dan aksen pita di perut, menyesuaikan dengan kondisinya yang sedang hamil. Memoles tipis make up dengan rambut digerai dan di jepit sebelah kanan. Alas kaki yang nyaman menyesuaikan dengan penampilan dan acara lengkap hand bad.Dalam perjalanan Anya d

  • Semalam Dengan Sepupumu   74. Terungkap (3)

    “Dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Bima. Pandangan mereka bertemu dan saling tatap, tanpa tahu ada orang lain melihat interaksi dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan.Anya menarik nafas, tidak ingin berdebat lagi. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah ucapan Bima bisa dipegang atau tidak. Kalaupun ternyata rencana yang mereka susun ternyata kacau, yang jelas Anya tetap ingin fokus dengan kebahagiaannya di masa depan dan bukan dengan Rama.“Buktika saja,” ucap Anya lirih.“Pasti, pasti akan aku buktikan.”“Aku … Mas Rama pasti menunggu.”Sedangkan sejak tadi, Rama berada di balik tembok tidak jauh dari tempat Bima dan Anya bicara. Sengaja menyusul istrinya, khawatir terjadi sesuatu apalagi wanita itu merasa tidak nyaman. Nyatanya dia menemukan hal menarik dan jawaban dari pertanyaan yang selama ini diajukan untuk Anya.Bima, ternyata pria itu yang sudah menghamili istrinya. Jelas masalah mereka bertiga semakin rumit. Mendengar Anya ingin beranjak, Rama pun gegas meninggalkan

  • Semalam Dengan Sepupumu   75. Terserah

    “Mas Rama, kamu janjikan perceraian setelah aku melahirkan. Setelah kalian dapatkan saham itu?”“Tidak Anya.”“Memang begitu,” seru Bima. “Memang begitu niatmu dari awal.” Tangan Bima menunjuk wajah Rama.“Memang itu niatku, tapi aku menawarkan kehidupan normal untuk kami berdua. Memulai semua dari awal. Aku tanya siapa ayah kandung bayi itu, untuk menyelesaikan masalah ini.” Entah hanya sekedar pembelaan atau memang niat Rama tulus. Anya menggeleng pelan lalu mengusap pipinya dari air mata.“Bima. Kamu tawarkan rencana untuk menghentikan rencana Mas Rama dan juga menguntungkan dirimu sendiri. Begitu ‘kan?” kali ini pertanyaan Anya ditujukan untuk Bima.“Tidak dan kamu tahu aku tidak begitu. Aku memang ingin menggagalkan rencana mereka bukan untuk diriku, tapi menyelamatkan kamu. Aku akan bertanggung jawab Anya, percaya aku!”Bima hendak mendekat, tapi tangan Anya tertahan agar tidak melakukan itu.“Ini skandal, sebaiknya kalian tutup mulut dari pada keluarga Hardana menanggung malu.

  • Semalam Dengan Sepupumu   76. Sudah Muak

    “Anya, tunggu!” Rama urung berangkat, lebih memilih mengejar Anya setelah Denis dan Malika meninggal rumah. Ia harus bicara dengan istrinya.Tidak ingin tergesa dan tergelincir saat menaiki tangga, ternyata Anya menuju pintu samping.“Anya, kita harus bicara,” ujar Rama mengekor langkah Anya yang sudah hampir sampai di gazebo tidak jauh dari kolam renang.“Tidak ada yang harus dibicarakan. Mas Rama sebaiknya berangkat,” seru Anya menatap arah kolam, lebih tepatnya melamun.“Sumpah aku tidak ingin memanfaatkan kamu,” tutur Rama dan sudah duduk di samping Anya yang masih cuek. “Situasi yang buat kita begini. Aku sudah minta izin Papa untuk melepaskan kamu dan ya … begitu.”“Kita boleh cerai setelah aku melahirkan dan kalian dapatkan warisan itu?”Pertanyaan Anya sukses membuat Rama terdiam, memang begitu kenyataannya. Denis menyarankan hal itu.“Bagaimana kalau Papa kamu tahu ini bukan anakmu? Bagaimana kalau papa kamu tahu ini anak …Bima?”“Jangan sampai dia tahu,” sahut Rama. “Untuk k

Latest chapter

  • Semalam Dengan Sepupumu   83. Bertemu

    Bima mengernyitkan dahi, mengingat-ingat apa dia mengenal wanita itu. Mendadak wanita di hadapannya seperti terkejut lalu gegas menutup pintu.“Dia kenapa?” tanya Bima dan Umar hanya mengedikan bahu.Tangan Bima menekan handle pintu kamar ternyata dikunci dari dalam.“Hei, kenapa dikunci,” keluh Bima kembali menekan-nekan handle pintu.Sedangkan di dalam, Selly menghampiri Anya dengan raut wajah bingung.“Kenapa? Kayaknya ada yang teriak,” ucap Anya beranjak duduk. “Apa ada pasien baru?” tanyanya karena pasien satu kamar dengannya sudah boleh pulang belum lama.“Anya, di depan ada … Pak Bima.”“Hah, yang bener kamu?” Selly menjawab dengan anggukan kepala.“Gimana ini, dia pasti maksa masuk. Kita nggak bisa kunci pintu seterusnya dan sembunyi di sini.”“Aku pikir nggak akan ketemu, kok bisa ya.”“Hei, buka pintunya.” Terdengar teriakan lagi dan ketukan pintu. Anya dan Selly sama-sama menatap ke arah pintu.“Gimana?” tanya Selly dengan raut wajah bingung.Tidak ingin menjadi keributan,

  • Semalam Dengan Sepupumu   82. Rumah Sakit (2)

    Pagi itu Rama mendapat kabar dari sekretarisnya kalau Bima tdk ada di kantor, padahal hari ini ada jadwal bertemu. Bukan hanya urusan bisnis, Rama juga akan berdiskusi masalah Anya. Namun, tidak adanya Bima di kantor membuatnya penasaran untuk menghubungi langsung sepupu yang sekarang menjadi atasannya.Dua kali panggilan tidak dijawab, Rama pun menghubungi Umar. Nyatanya mereka sedang berada di luar kota. Meski tidak menanyakan ada urusan apa karena rasanya tidak elok, tapi Rama curiga jangan-jangan ada hubungannya dengan Anya.“Nanti siang aku hubungi lagi, semoga saja benar Anya sudah ditemukan,” gumam pria itu.Sampai di bawah, Rama harus menghela nafasnya mendapati Denis yang mengoceh tidak karuan. Sudah biasa seperti itu, tapi akhir-akhir ini lebih parah bahkan Malika kadang tidak bisa menghentikan suaminya.“Pah, udah pah,” ucap Rama. “Papa bisa stroke kalau begini terus.”“Gimana papa nggak stroke, kemana istri kamu pergi bawa cucuku? Dia yang akan bantu kita, Rama.”“Pah, aku

  • Semalam Dengan Sepupumu   81. Rumah Sakit (2)

    “Sabar ya, sebentar lagi kita sampai,” ucap Selly sambil fokus dengan kemudi. Sesekali pandangannya menatap Anya yang masih meringis melalui center mirror.“Kok bisa jatuh sih,” gumam Selly meski bukan bertanya secara langsung.“Kepleset, kayaknya aku nggak hati-hati.”‘Memang seharusnya kamu nggak sendirian, harusnya kamu ada di tengah keluarga,’ batin Selly.“Pas aku datang, udah lama kamu jatuh?” Selly bertanya lagi, paling tidak ia bisa menjelaskan kondisi Anya pada petugas medis saat mereka sudah tiba di rumah sakit.“Mungkin lima atau sepuluh menit, aku nggak berani langsung bangun.”Selly kembali fokus dengan jalanan. Meski tidak macet seperti di Jakarta, tapi di sini banyak jalan belum rata dan berlubang. Jadi, dia harus menghindar atau memilih jalan yang baik agar Anya tidak semakin kesakitan.“Oke, belokan depan terus kita sampai. Langsung ke UGD, aku akan panggil perawat. Kamu masih oke?” tanya Selly lagi dan Anya hanya menjawab dengan ringisan.Mobil berhenti tepat di depa

  • Semalam Dengan Sepupumu   80. Rumah Sakit (1)

    Pencarian Anya dengan mengawasi tempat tinggal semua kerabatnya tidak menemukan pencerahan. Bima rasanya frustasi mendapati kenyataan Anya tidak terdeteksi. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu.Keluarga Anya pun seperti tidak peduli, malah semangat untuk mendekatkan Alya dengannya.Namun Bima tidak putus asa, berbulan-bulan pencarian Anya tetap dilakukan sambil fokus dengan tugasnya menjadi presdir di Hardana Company. Kerinduan dan kegalauannya semakin terasa saat malam. Seperti saat ini.“Anya,” ucap Bima sambil menatap langit-langit kamarnya.Kalau tidak salah perhitungan, Anya akan melahirkan bulan depan. Artinya saat ini sudah memasuki trimester ketiga. Perut Anya sudah pasti sedang membola karena kehamilan yang semakin tua.“Dimana kamu, sayang,” gumam Bima. Berharap Anya selalu sehat dimanapun ia berada.Akhirnya ngantuk pun datang, Bima hampir terlelap saat mendengar dering ponselnya. Jika panggilan biasa mungkin ia akan abaikan, tapi dering yang terdengar

  • Semalam Dengan Sepupumu   79. Bukan Cari Istri

    Selly sudah menawarkan sesuatu, tapi Anya menolak. Dia menanyakan kondisi orang tuanya apalagi Rama. Melarikan diri dari keluarga Hardana sepertinya sudah rencana yang matang. Meninggalkan semua kemewahan yang pernah dirasakan sama seperti dirinya.Meski sudah bekerja dan tinggal jauh dari Jakarta, tapi Selly masih berada dalam salah satu anak cabang Hardana Company. Hari ini dia diminta datang ke kantor pusat, beruntung bukan ke kantor cabang di mana Rama berada.Berangkat sangat pagi dan tiba di jakarta pukul delapan, sempat memperbaiki penampilan riasan di wajahnya. Selly harus menemui bagian operasional dan melaporkan beberapa proyek yang sudah selesai.“Oke, nanti kami kabari kalau ada temuan. Tinggal tunggu LPJ saja,” ucap perwakilan yang menerima dokumen-dokumen yang dibawa Selly.”“Baik, terima kasih.” Setelah bersalaman, Selly pun meninggalkan tempat itu. Sekarang hampir jam makan siang, cukup lama pertemuan mereka. Agak lama menunggu lift yang kosong, karena sudah masuk jam

  • Semalam Dengan Sepupumu   78. Pesan Anya

    “Kamu kabur dari Rama?” tanya Selly dan Anya mengangguk dan menceritakan tuntutan agar bercerai dan bagaimana Rama selalu menjanjikan itu, tapi tidak dikabulkan.Anya merasa Selly bukan lagi rival apalagi musuh. Entah mengapa ia merasa nyaman saja bercerita dengan wanita itu.“Semua karena aku,” ucap Selly lirih. “Kalian bisa lanjutkan pernikahan, aku tidak akan menuntut apa-apa lagi dari Rama.”“Bukan, bukan karena kamu. Dari awal kami memang tidak saling mencintai. Mas Rama sudah mengajukan kesepakatan di awal pernikahan kami.”“Tapi kamu hamil, bagaimana anak kalian nanti?” Selly berusaha meyakinkan Anya kalau langkahnya salah jika tetap bercerai dari Rama. Sepertinya rasa bersalah masih Selly rasakan.Anya mengusap perutnya dan menghela pelan. Tidak mungkin menceritakan kalau bukan Rama ayah dari bayi di kandungannya. Mereka belum sedekat itu.“Berpisah adalah yang terbaik untuk kami,” ujar Anya mengakhiri perdebatan itu.Selly tidak lagi membujuk Anya yang terlihat nekat dan bisa

  • Semalam Dengan Sepupumu   77. Bersama Selly

    Bima merasa kali ini tidak akan mudah menemukan Anya. Kesalahpahaman diantara mereka cukup fatal. Meski Rama sudah mengalah dan berjanji akan menceraikan Anya setelah melahirkan. Hanya Bima yang memang pantas untuk Anya.Sudah seminggu Anya menghilang dan orang-orang yang disebar untuk mencari belum memberikan kabar yang jelas. Mendeteksi dari GPS gagal karena ponsel Anya sengaja ditinggal, juga dari penarikan rekening bank belum ada titik terang. Anya belum melakukan transaksi keuangannya.Kondisi di perusahaan juga agak runyam. Rama melawan Denis, membuat pria itu ikut campur di perusahaan.“Om Denis, anda sudah tidak ada peran lagi di sini,” cetus Bima ketika adik dari ayahnya itu berada di ruang kerjanya.“Dulu ini ruang kerjaku, kamu jangan merasa hebat. Hardana Company berjaya karena kerja kerasku.”“Kerja keras para karyawan. Semua memiliki peran masing-masing,” sahut Bima lagi.Sepertinya Denis frustasi karena kepergian Anya bisa membuyarkan rencananya untuk merebut kembali po

  • Semalam Dengan Sepupumu   76. Sudah Muak

    “Anya, tunggu!” Rama urung berangkat, lebih memilih mengejar Anya setelah Denis dan Malika meninggal rumah. Ia harus bicara dengan istrinya.Tidak ingin tergesa dan tergelincir saat menaiki tangga, ternyata Anya menuju pintu samping.“Anya, kita harus bicara,” ujar Rama mengekor langkah Anya yang sudah hampir sampai di gazebo tidak jauh dari kolam renang.“Tidak ada yang harus dibicarakan. Mas Rama sebaiknya berangkat,” seru Anya menatap arah kolam, lebih tepatnya melamun.“Sumpah aku tidak ingin memanfaatkan kamu,” tutur Rama dan sudah duduk di samping Anya yang masih cuek. “Situasi yang buat kita begini. Aku sudah minta izin Papa untuk melepaskan kamu dan ya … begitu.”“Kita boleh cerai setelah aku melahirkan dan kalian dapatkan warisan itu?”Pertanyaan Anya sukses membuat Rama terdiam, memang begitu kenyataannya. Denis menyarankan hal itu.“Bagaimana kalau Papa kamu tahu ini bukan anakmu? Bagaimana kalau papa kamu tahu ini anak …Bima?”“Jangan sampai dia tahu,” sahut Rama. “Untuk k

  • Semalam Dengan Sepupumu   75. Terserah

    “Mas Rama, kamu janjikan perceraian setelah aku melahirkan. Setelah kalian dapatkan saham itu?”“Tidak Anya.”“Memang begitu,” seru Bima. “Memang begitu niatmu dari awal.” Tangan Bima menunjuk wajah Rama.“Memang itu niatku, tapi aku menawarkan kehidupan normal untuk kami berdua. Memulai semua dari awal. Aku tanya siapa ayah kandung bayi itu, untuk menyelesaikan masalah ini.” Entah hanya sekedar pembelaan atau memang niat Rama tulus. Anya menggeleng pelan lalu mengusap pipinya dari air mata.“Bima. Kamu tawarkan rencana untuk menghentikan rencana Mas Rama dan juga menguntungkan dirimu sendiri. Begitu ‘kan?” kali ini pertanyaan Anya ditujukan untuk Bima.“Tidak dan kamu tahu aku tidak begitu. Aku memang ingin menggagalkan rencana mereka bukan untuk diriku, tapi menyelamatkan kamu. Aku akan bertanggung jawab Anya, percaya aku!”Bima hendak mendekat, tapi tangan Anya tertahan agar tidak melakukan itu.“Ini skandal, sebaiknya kalian tutup mulut dari pada keluarga Hardana menanggung malu.

DMCA.com Protection Status