Home / Pernikahan / Semalam Dengan Sepupumu / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Semalam Dengan Sepupumu: Chapter 31 - Chapter 40

83 Chapters

31. Ketahuan

Minggu pagi, waktunya bermalasan. Bima malah sudah rapi dengan gaya casualnya. Sudah ada janji dengan Umar -- orang kepercayaannya. Kediaman Denis, tampak sepi. Tuan rumah sedang keluar kota, hanya ada Anya dan Rama juga pekerja di rumah.Sempat menatap pintu kamar Anya dan Rama, masih tertutup rapat.“Apa semalam mereka kerja keras, jam segini belum bangun,” gurutu Bima lalu menuju lantai bawah.Ingin sekedar mengambil air di lemari es, tapi langkahnya semakin tergesa mendengar suara yang begitu dia kenal. Suara Anya di dapur, bersahutan dengan suara para asisten rumah tangga. “Kurang apa Bik?”“Enak Mbak. Mbak Anya berbakat jadi chef nih.”“Yah, pekerjaan saya terancam nih.”“Apa sih bik, cuma tom yam doang. Semua juga bisa kali,” sahut Anya.“Selamat pagi, para wanita cantik,” sapa Bima sudah memasuki area dapur.“Eh, MAs Bima. Mau kemana sih udah ganteng aja?”“Pengennya kencan bik, tapi yang diajak kencan pasti nolak. Hm, wangi sekali. Masak apa sih?”“Nah, cobain dulu dong. Ini
Read more

32. Ancaman Masa Lalu

Tidak ingin terlihat gugup dan memperlihatkan rasa bersalah. Selly menghampiri Rama dengan tatapan pongah. “Masih peduli denganku, bukannya kamu sudah asyik dengan Anya.”“Jangan mengalihkan masalah, aku tanya dari mana kamu?”Selly khawatir dia salah menjawab, mungkin saja Rama bertanya karena sudah tahu apa yang ia lakukan. Tidak heran karena kebiasaan keluarga Hardana untuk menyewa mata-mata.“Jangan kekanakan dengan mengabaikan panggilan dariku.” Rama menatap penampilannya dari kepala sampai kaki. “Kamu terlihat, ck.”“Tidak suka lihat aku begini?" tanya Selly. "Semalam aku ke tempat biasa, minum dan haha hihi dengan temanku. Daripada di rumah dan terus memikirkan apa yang sedang kamu lakukan dengan Anya.”Selly meninggalkan Rama menuju kamarnya, tidak ingin pria itu menyadari atau mengendus sesuatu. Jejak percintaan semalam harus segera dibersihkan.“Selly.”“Aku mau mandi, sebaiknya kamu pesan makanan. Rasanya sangat lapar sampai ingin makan orang!” teriak Selly dari kamar.Rama
Read more

33. Tanda-tanda

“Bro, lihat ….” Bima tidak jadi bertanya karena yang ingin ditanyakan ternyata ada di pantry. Tidak menemukan Anya di kubikel bahkan tidak melihatnya di kantin. Ternyata sedang makan siang di pantry, sendirian.“Saya tinggal dulu mas, nggak enak mbak Anya lagi makan," ucap office boy penghuni tetap pantry.“Hm,” sahut Bima pandanganya tertuju pada apa yang dinikmati oleh Anya. Salad buah dan rujak. Ia merasa menu yang dikonsumsi Anya akhir-akhir ini agak aneh.“Kamu sedang diet?”Anya hanya menggeleng pelan karena mulutnya sibuk mengunyah potongan buah sambil sesekali mendesis karena rasa pedas dari bumbu rujak. Bahkan air mineral botol di depan Anya sudah habis lebih dari setengah. Jelas makanan itu sangat pedas.“Pencernaanmu sepertinya ada masalah.”“Nope, ini makanan sehat. Tanpa pengawet dan penyedap rasa,” sahut Anya.Bima bahkan meringis saat Anya menggigit potongan mangga yang ia yakini belum terlalu matang dan rasanya sudah pasti asam.Apa mungkin Anya … mengidam, batin Bima.
Read more

34. Mungkinkah (Hamil)

Tumben sepi, batin Anya sempat melirik ke arah Bima yang fokus dengan layar di depannya. Sejak pria itu datang hanya menyapa sambil tersenyum lalu tidak ada pergerakan dan rayuan gombaln yang biasa dilakukan.Bahkan staf perempuan yang biasa datang untuk caper pun tidak berani dekat terlalu lama karena sikap dingin dan aura yang tercipta.Baru jam sepuluh pagi, tapi Anya sudah berkali-kali menguap dan Bima sepertinya terganggu.“Mau aku buatkan kopi?” Anya yang sudah menyandarkan kepalanya ke atas meja menjawab dengan gelengan pelan. Memejamkan mata dengan kepala menatap ke arah Bima.“Aku merem sebentar, kalau kelamaan bangunin ya.”“Hm.” Bima bukannya melanjutkan apa yang dikerjakan malah bersedekap menatap Anya.Sejak terbangun jam empat pagi karena telpon dari Umar, pikirannya mendadak penuh. Kematian oscar, mengingat pula bagaimana orang tuanya meninggalkan dia sendirian juga orang dibelakang kejadian itu dan sekarang dia harus menjaga yang satu ini. Anya. Bisa jadi kalau Anya ti
Read more

35. Kamu Ketahuan

Beberapa hari ini Anya merasa tubuhnya semakin tidak baik. kantuk yang sering datang di jam produktif, pusing dan mulut yang terasa pahit membuat selera makannya hilang. Bukan hanya Bima yang mengatakan dia seperti orang sakit, bibi dan beberapa rekan satu tim pun mengatakan hal yang sama.“Ya ampun kepalaku,” Keluh Anya ketika bangun pagi ini. Memegang kepalanya yang berdenyut bahkan sampai terasa perutnya mual. “Apa masuk angin ya,” gumam Anya lagi.Sejak kemarin Rama dan Papanya berada di luar kota, entah ada schedule apa karena Selly tidak diajak. Dugaan Anya bukan urusan kantor, masalah pribadi atau keluarga dan dia tidak ingin ambil pusing.Dengan setelan blouse dan rok span, lengkap dengan flat shoes dan tas kerjanya. Rambutnya hanya diikat biasa, malas untuk menata bahkan wajahnya hanya dioles bedak dan lipgos untuk bibirnya. Bima berdiri bersandar pada mobil menatap ke arahnya.“Kalau sakit mending istirahat, mau ngapain ke kantor?”“Bim, aku malas berdebat. Kepalaku sakit, k
Read more

36. Pastikan Dulu

“Pecat dia kasih pesangan dan tanda tangan surat perjanjian. Jangan sampai jadi masalah di kemudian hari.”“Aku memang ingin melakukan itu, tapi tidak mudah Pah. Karena hubungan aku, SelLy dan Anya sangat rumit,” jelas Rama dan belum bisa dimengerti Denis.Denis bersedekap menunggu penjelasan Rama selanjutnya.“Aku sudah menikahi Selly secara siri.”“Bod0h,” umpat Denis pada putranya. “Apalagi yang kamu rahasiakan?”“Aku berjanji akan menceraikan Anya dan mengesahkan pernikahan dengan Selly.”“Itu sama saja kamu buang berlian dan pungut besi karatan,” ungkap Denis dan Rama menghela nafasnya. Bukan kali ini saja dia mendengar istilah Anya sebagai berlian, Bima pun mengatakan yang sama. “Setelah urusan perayaan kantor beres, kamu urus perempuan sundal itu.”“Tapi Pah, Selly tahu semuanya. Dia akan sebarkan masalah ini kalau ia merasa dirugikan.”“Nah ini, Papa tidak sangka kalau kamu ternyata benar-benar bod0h. Bagaimana bisa bisnis yang sudah lama dirintis ini papa berikan ke kamu, sed
Read more

37. Tatapan Mesum

Rasanya tubuh Anya seperti terhempas ke dasar bumi paling dalam saat melihat ketiga tespek menunjukan dua garis, meski salah satu stik terlihat samar. Jika dilihat dari petunjuk kemasan, jelas menandakan kalau hasil tersebut adalah positif.“Ini … aku hamil,” ucap Anya lirih.Kejadian malam itu ternyata meninggalkan jejak, ia mengandung. Mengandung anak pria yang bukan suaminya. Mengingat kejadian itu, Anya merasa sangat hina dan sekarang ia hamil rasanya seperti perempuan nakal.“Ya Tuhan, ini gimana,” gumam Anya terduduk di atas kloset dengan ketiga tespek di tangannya.Terdengar ketukan pintu.“Anya,” panggil Bima.Sudah cukup lama ia berada di sana hanya untuk sekedar mengambil urine dan mengeceknya. Bahkan ketukan pintu terdengar semakin keras.“Anya, buka pintunya,” teriak Bima. “Atau aku dobrak, aku serius Anya.”Ini masalah dan ia tidak ingin menambah masalah dengan mencari ribut atau berdebat dengan Bima. tespek dan kemasannya ia buang ke tempat sampah lalu mencuci tangan seb
Read more

38. Morning Sickness

“Aku ingin kita perbaiki hubungan ini.” Posisi mereka bicara masih sambil berdiri dan Rama melangkah mendekat untuk mengikis jarak, tiba-tiba tangan Anya menahannya.“Kita sudah bicarakan ini. Semua sudah terlambat, Mas. Aku tidak bisa dan aku menuntut janjimu. Izin menikah lagi harus kamu bayar dengan menceraikan aku,” tutur Anya dan memang itu yang Rama katakan pada Anya saat ia akan menikahi Selly.“Aku berubah pikiran, kita perbaiki hubungan ini. Hubunganku dengan Selly tidak berhasil.”Anya tertawa sinis dan mundur beberapa langkah.“Karena hubunganmu dengan Selly gagal lalu ingin mencoba denganku. Kalau kalian baik-baik saja maka aku akan dibuang, begitu maksudnya?”“Anya--"“Kamu pikir aku apa? Cadangan?” cecar Anya mulai kesal, seenaknya saja pria itu menawarkan apa yang sesuai dengan keinginan dan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain.“Keluarga kita tidak mungkin membiarkan perceraian ini.” “Tapi kita tidak mungkin terus menerus begini. Mas akan mudah mendapatk
Read more

39. Ulah Selly

“Membayangkannya saja aku tidak bisa,” ujar Bima sambil meremas rambutnya karena kesal. “Bukannya kalian tidak saling cinta malah mau cerai, tapi kenapa--"“Tidak ada yang terjadi, aku tidak pakai selimut memang benar karena aku tidur di … sofa.”“Hah!” Bima tenganga mendengar penjelasan Anya yang ternyata tidur di sofa. Jadi mereka tidak melakukan yang aneh-aneh seperti terlintas dalam pikirannya. “Kamu … tidak bohong ‘kan?”“Tidak, kenapa juga harus bohong. Aku sedang tidak menjaga hati siapapun. Minggir aku mau keluar. Perutku rasanya makin mual.”Anya mendorong tubuh Bima agar menjauh. Tangannya sudah menyentuh handle pintu saat terdengar ketukan pintu. Mereka berdua saling tatap, entah siapa di luar sana. Tentu saja Anya panik, tidak ingin orang berprasangka buruk menemukan dirinya di kamar Bima.Pandangannya tertuju pada balkon, tidak mungkin ia melompat atau berpindah ke kamarnya merayap di dinding.“Toilet,” ucap Bima. Anya pun gegas ke sana dan menutup pintunya. “Sebentar,” t
Read more

40. Ketahuan (2)

Rama termenung setelah kepergian orang kepercayaan Denis. Menatap foto-foto dan video yang masih diputar di tabletnya. Mencoba mengingat alasan yang membuatnya dulu jatuh cinta pada Selly. Makin diingat makin tidak ada hal spesial yang muncul, mungkin karena perasaannya sudah semakin terkikis ulah dari wanita itu sendiri.Dalam pemikirannya kalau pria memiliki banyak wanita, baik itu selingkuh atau simpanan itu hal yang wajar. Apalagi kalau si pria berkuasa, bertahta dan berharta. Kalau si wanita itu yang memiliki banyak pria, atau bercinta dengan lebih dari satu pria apalagi sudah bersuami rasanya menjijikan.Tidak peduli dia egois atau tidak,yang jelas perbuatan Selly tidak dibenarkan. Kepala Rama rasanya sudah penuh dengan banyak masalah. Denis akan semakin kecewa, apalagi kalau ia menyampaikan bahwa Anya menginginkan mereka berpisah. Entah seperti apa kemarahan Denis.“Mas Rama, ada Mbak Selly di depan,” ujar Bibi berada di tengah pintu.Sepertinya ia melamun sampai tidak sadar de
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status