Semua Bab Semalam Dengan Sepupumu: Bab 11 - Bab 20

83 Bab

11. Jangan Menghindar

Sempat terkejut saat membuka mata ternyata ia sekamar dengan Rama dan mengingat sudah beberapa malam mereka tinggal di kediaman orangtua Rama. Melihat sofa dan lantai yang rapi, kemungkinan tidak ditempati oleh Rama untuk tidur dan menyadari kalau pria itu pasti tidur satu ranjang dengannya.“Mas, tidur di mana?” tanya Anya pada Rama yang baru masuk dari balkon.“Disitu!” tunjuknya ke arah ranjang dengan dagu karena tatapannya tertuju pada wajah Anya. Rambut yang agak berantakan dengan wajah polosnya.“Tidur di sini, denganku?” tanya Anya dan dijawab Rama dengan anggukan kepala. “Kok gitu?”“Kenapa? Ini kamarku dan kamu istriku, aku bebas tidur di mana saja termasuk denganmu.”“Tapi--"“Kamu dengan Bima, ada masalah apa?” tanya Rama menyela ucapan sang istri.Mendapati pertanyaan yang cukup berat, Anya sempat kaget dan bersikap biasa saja. “Maksudnya masalah gimana?” tanyanya balik sambil beranjak dari ranjang dan melangkah menuju toilet, tapi tertahan lagi-lagi dengan cengkraman tang
Baca selengkapnya

12. Rencana Selly (2)

Anya mendorong kursi Bima agar menjauh saat mendengar percakapan dari luar. Benar saja, tidak lama pintu pun terbuka.“Selamat pagi, mbak Anya dan Mas Bima,” ucap pria Anya kenal bernama Danar, manager tim marketing. pria itu datang bersama seorang wanita, mungkin asisten atau wakilnya. Yang jelas Anya tidak kenal.“Pagi pak,” balas Bima menyambut uluran tangan Danar dalam posisi berdiri.“Pagi Pak, Danar,” ujar Anya bergantian bersalaman.“Silahkan duduk, kita ngobrol-ngobrol dulu,” ujar Danar menatap Anya dan Bima sambil tersenyum.Sebenarnya Anya tidak masalah dimutasi ke divisi manapun, masalahnya adalah dia bersama Bima. Ingin menghindar, tapi situasi malah membuat mereka dekat.Masih mendengarkan arahan Danar tentang tugas ia dan Bima di tim marketing. sesekali menjawab pertanyaan atau hanya menganggukan kepala.“Jadi, mohon maaf kalau saya akan memperlakukan kalian berdua sama seperti karyawan lain meskipun Mbak Anya dan Mas Bima memiliki kedekatan khusus dengan Pak Denis selak
Baca selengkapnya

13. Apa aku menyesal?

Selly membuka pintu dan mendapat Anya berdiri di sana. Rama pun menghampiri memastikan yang diucapkan oleh Selly karena tidak terlihat dari tempatnya berada.“Anya,” ucap Rama.Bukan marah karena cemburu, tapi Anya kesal karena pasangan itu tidak tahu tempat. Bagaimana kalau pembicaraan mereka didengar bukan olehnya.“Hai, mas. Sepertinya aku mengganggu kemesraan kalian.”Rama dan Selly saling tatap, kemudian Rama mennarik tangan Anya untuk masuk. Pintu ditutup oleh Selly dengan keras melihat interaksi pasangan itu."Apa-apain ini? Kenapa kamu peduli dengannya sih?"“Selly dewasalah. Anya benar, bagaimana kalau ada yang mendengar pembicaraan kita tadi,” sentak Rama dan Anya dengan santai duduk di sofa tamu.“Kamu bela dia?” tunjuk Selly pada Anya yang sudah duduk menyilangkan kaki dengan anggun dan tenang, padahal wanita itu berusaha untuk menyembunyikan emosinya. akting yang sempurna karena berhasil membuat Selly kesal dan cemburu.“Demi kepentingan kita.”“Aku … hei, untuk apa kamu
Baca selengkapnya

14. Sudah Kuduga

“Bos, kita perlu ada revisi dan variasi menu. Untuk penyegaran biar pengunjung nggak bosan,” seru manager café, menyadarkan lamunan BIma.“Hm, boleh. Besok kita diskusikan lagi, lo kumpulin semua materinya,” sahut Bima.“Siap. KIta-kita sudah diskusi, ada beberapa menu yang sedang viral dan usulan menu baru.”Bima mengangguk pelan.“Cewek yang kemarin, pacar bos ya?”“Yang mana?” tanya Bima menyandarkan punggungnya.“Yang duduk di sana, terus pulang bareng bos. Masa lupa sih?”BIma hanya menjawab dengan kata Oh, yang dimaksud karyawannya adalah Anya. Namun, tidak menjawab dengan spesifik.“Jadi bener pacar Bos?”“Bukan,” sahut Bima lagi. ‘Bukan pacar hanya teman satu malam karena masih istri orang,’ batin Bima.“Cakep mana bening banget. Emang nggak naksir bos?”“Ck. Lo tau aja produk premium. Udah nggak usah bahas perempuan. Gimana omset minggu ini?”Obrolan Bima dan karyawannya beralih membicarakan café, meskipun dalam hati sempat setuju dengan pendapat mengenai Anya. Wanita itu can
Baca selengkapnya

15. Tolong, jangan!

Anya akui kalau Bima cukup profesional dan dewasa sesuai umurnya saat mereka berhadapan dengan ketua tim dan juga bergabung dengan rekan lainnya membahas proyek baru dan pembagian tugas serta evaluasi proyek yang sudah berjalan.Bisa dibilang Bima mudah menguasai hal baru atau memang ia berpotensi dan cakap dalam segala hal. Mungkin saja biasa mengelola cafe dan usahanya menjadi dasar untuk pekerjaannya sekarang.“Sambil makan siang dong,” usul salah satu tim. “Iya nggak, Mas Bima?”“Boleh,”sahutnya terkekeh lalu fokus menatap layar laptop yang disodorkan oleh Naina untuk melihat timeline launching dan promo proyek baru yang akan dikerjakan oleh tim. Apa tadi yang dibahas sampai mengarah ke makan siang, sepertinya Anya sempat melamun dan yang dilamunkan adalah tentang Bima. Bagus Anya, bukannya lupa malah makin terbayang dan memenuhi pikirannya.“Mbak Anya ikut nggak?”“Hm--"“Ikut, dia ikut,” sahut Bima. “Sebab dalam pemantauan dan radar saya, titipan keluarganya banget. Kalau ada ap
Baca selengkapnya

16. Ada Apa Denganku?

Bukan bermaksud menakuti atau mengancam Anya, sungguh Bima tidak ingin melakukan itu. Malah ia tidak suka melihat Rama menyakiti atau memanfaatkan Anya. Dalam hati ia mengumpat dan menyesal karena melihat wajah wanita itu langsung panik dengan candaannya.So sorry, I just kiddingKalau tahu ia hanya iseng Anya pasti melempar sesuatu ke wajahnya. Untuk memastikan ia tidak menghubungi Rama dan mengatakan kesalahan mereka, Anya bahkan mengekor terus selama istirahat. Termasuk saat istirahat dan makan di kantin bahkan ketika anggota tim lainnya menggoda dan antusias agar Bima memberikan alamat atau jujur dengan statusnya saat ini, Anya hanya bisa menjadi pendengar setia.“Aku akan selesaikan sendiri, jangan ikut campur. Please!” bisik Anya padanya saat ada kesempatan.Oh Tuhan, raut wajah mengibanya sangat menggemaskan. Puppy eyes. Ingin sekali Bima mengusap kepalanya dan mengatakan. “Aku hanya bercanda, sayang.”Sayang, batin BimaApa memang ia sudah sesayang itu pada Anya. Mungkin, iya.
Baca selengkapnya

17. Pergi Denganku

Anya memilih tidur di sofa, tidak ingin ada interaksi atau kejadian yang tidak diinginkan antara dia dan Rama. Sudah terlambat. Kalau sebelumnya, mungkin ia berharap hubungan mereka membaik. Namun, untuk sekarang tidak lagi. Malam bersama Bima, membuat Anya yakin untuk berpisah dengan Rama. Baginya itu sebuah kesalahan dan pengkhianatan, meski Rama pun melakukan pengkhianatan dengan menikahi perempuan lain.Pertanyaannya, kapan Rama akan menceraikan dirinya. Sudah pasti tidak mudah bagi kedua pihak karena ada keluarga dan urusan di sana. Sumpah serapah mungkin akan Anya terima dari orang tuanya dan hubungan mereka bisa tidak harmonis lagi. Mungkin itu pula yang membuat Rama belum mengambil langkah perceraian, karena belum ada alasan yang tepat.Saat Anya sudah terlelap, Rama masih sulit memejamkan mata. Ia beranjak dan mendekat ke sofa, berdiri menatap sang istri. Perlahan wajah Rama tersenyum menatap Anya, ada kesenangan tersendiri memperhatikan wajah dan gaya wanita itu ketika tidur.
Baca selengkapnya

18. Rencana Bima

Rama merelakan Anya ikut bersama Bima, dengan alasan tuntutan pekerjaan dan tetap pada rencananya kalau sore mereka akan ke butik. Entah mengapa ia tidak menyukai sang istri terlalu dekat dengan Bima. Padahal sebelumnya tidak ada beban meninggalkan begitu saja dan mempercayakan Anya pada sepupunya itu.Dalam perjalanan, Rama sempat berkirim pesan pada Selly untuk menyiapkan sarapan. Terburu-buru dan melewatkan sarapan di rumah untuk segera pergi dengan Anya yang nyatanya zonk. Sambil fokus dengan kemudi, Rama heran karena belum ada pesan balasan apalagi panggilan dari Selly merespon permintaannya.Menduga kalau wanita itu mungkin dalam perjalanan sama seperti dirinya. Nyatanya sampai di kantor bahkan sudah berdiri di depan ruang kerjanya, meja Selly masih kosong dan rapi. Menunjukkan kalau penghuninya belum hadir.“Dia belum datang,” gumam Rama lalu memasuki ruangannya sendiri.Rama melakukan panggilan pada Selly dengan loudspeaker, sambil melepas jas dan menggantungkan di hanger lalu
Baca selengkapnya

19. Dia kenapa?

Bima sempat misuh-misuh saat Anya pamit duluan karena sudah ada Rama menunggu di lobby. Kalaupun ada ide untuk menahan kepergian Anya sudah pasti tidak akan berhasil. Kejadian tadi pagi menjadi perhatian Anya akan keisengan dan kejahilannya. Ketika Anya sampai di lobby, Rama sedang bicara dengan manager HRD yang pernah menjadi pimpinan Anya sebelum dipindah tugas ke divisi marketing. Sepertinya pertemuan itu tidak disengaja. Bahkan saat ia menghampiri, langsung menjadi topik pembicaraan.“Kalau bukan permintaan langsung dari Pak Denis, mana mungkin saya setuju Anya dipindahkan. Kerjanya bagus, bisa-lah untuk menggantikan saya dan mendampingi Pak Rama saat Pak Denis pensiun.”“Iya, pak. Sepertinya itu juga alasan Papa.”“Oke, kalau begitu saya duluan,” pamit pria itu yang dijawab oleh Rama dengan senyuman. Anya pun ikut mengangguk.“Ayo,” ajak Rama.“Mas Rama … sendiri?”“Memang harus bawa siapa?” Rama balik bertanya, meski ia tahu yang ditanyakan Anya tentu saja Selly.“Istrimu,” sah
Baca selengkapnya

20. Perempuan Yang Membuat Bima Menggila

Rama sempat menyapa orang tuanya yang masih berada di ruang keluarga, wajar saja karena masih sore untuk langsung istirahat setelah mereka makan malam. Tujuannya langsung ke kamar, ia ingin menghubungi Selly, aneh karena ponselnya sepi dari gangguan wanita itu. Gangguan, apa ia merasa diganggu oleh Selly. Sedangkan alasan mereka menikah siri adalah cinta. Namun, ia dan Anya juga menikah, tanpa ada cinta.Sampai kamar, Rama langsung ke balkon khawatir percakapannya didengar oleh Anya. Dua kali panggilan baru dijawab oleh Selly dan anehnya tidak ada pekikan atau rengekan manja agar ia segera menemui wanita itu.“Hm, tidurlah. Sampai ketemu di kantor, besok,” ucap Rama sebelum mengakhiri panggilan.“Aneh,” gumamnya. “Mungkin dia mulai sadar.”Setelah memastikan pintu balkon sudah tertutup rapat, Rama menghempaskan tubuhnya di sofa karena menunggu toilet yang masih ada Anya di dalamnya. Sempat mengecek pesan-pesan yang masuk termasuk juga percakapan grup chat dari beberapa urusan, sambil m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status