Beranda / Pernikahan / Semalam Dengan Sepupumu / 13. Apa aku menyesal?

Share

13. Apa aku menyesal?

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selly membuka pintu dan mendapat Anya berdiri di sana. Rama pun menghampiri memastikan yang diucapkan oleh Selly karena tidak terlihat dari tempatnya berada.

“Anya,” ucap Rama.

Bukan marah karena cemburu, tapi Anya kesal karena pasangan itu tidak tahu tempat. Bagaimana kalau pembicaraan mereka didengar bukan olehnya.

“Hai, mas. Sepertinya aku mengganggu kemesraan kalian.”

Rama dan Selly saling tatap, kemudian Rama mennarik tangan Anya untuk masuk. Pintu ditutup oleh Selly dengan keras melihat interaksi pasangan itu.

"Apa-apain ini? Kenapa kamu peduli dengannya sih?"

“Selly dewasalah. Anya benar, bagaimana kalau ada yang mendengar pembicaraan kita tadi,” sentak Rama dan Anya dengan santai duduk di sofa tamu.

“Kamu bela dia?” tunjuk Selly pada Anya yang sudah duduk menyilangkan kaki dengan anggun dan tenang, padahal wanita itu berusaha untuk menyembunyikan emosinya. akting yang sempurna karena berhasil membuat Selly kesal dan cemburu.

“Demi kepentingan kita.”

“Aku … hei, untuk apa kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Semalam Dengan Sepupumu   14. Sudah Kuduga

    “Bos, kita perlu ada revisi dan variasi menu. Untuk penyegaran biar pengunjung nggak bosan,” seru manager café, menyadarkan lamunan BIma.“Hm, boleh. Besok kita diskusikan lagi, lo kumpulin semua materinya,” sahut Bima.“Siap. KIta-kita sudah diskusi, ada beberapa menu yang sedang viral dan usulan menu baru.”Bima mengangguk pelan.“Cewek yang kemarin, pacar bos ya?”“Yang mana?” tanya Bima menyandarkan punggungnya.“Yang duduk di sana, terus pulang bareng bos. Masa lupa sih?”BIma hanya menjawab dengan kata Oh, yang dimaksud karyawannya adalah Anya. Namun, tidak menjawab dengan spesifik.“Jadi bener pacar Bos?”“Bukan,” sahut Bima lagi. ‘Bukan pacar hanya teman satu malam karena masih istri orang,’ batin Bima.“Cakep mana bening banget. Emang nggak naksir bos?”“Ck. Lo tau aja produk premium. Udah nggak usah bahas perempuan. Gimana omset minggu ini?”Obrolan Bima dan karyawannya beralih membicarakan café, meskipun dalam hati sempat setuju dengan pendapat mengenai Anya. Wanita itu can

  • Semalam Dengan Sepupumu   15. Tolong, jangan!

    Anya akui kalau Bima cukup profesional dan dewasa sesuai umurnya saat mereka berhadapan dengan ketua tim dan juga bergabung dengan rekan lainnya membahas proyek baru dan pembagian tugas serta evaluasi proyek yang sudah berjalan.Bisa dibilang Bima mudah menguasai hal baru atau memang ia berpotensi dan cakap dalam segala hal. Mungkin saja biasa mengelola cafe dan usahanya menjadi dasar untuk pekerjaannya sekarang.“Sambil makan siang dong,” usul salah satu tim. “Iya nggak, Mas Bima?”“Boleh,”sahutnya terkekeh lalu fokus menatap layar laptop yang disodorkan oleh Naina untuk melihat timeline launching dan promo proyek baru yang akan dikerjakan oleh tim. Apa tadi yang dibahas sampai mengarah ke makan siang, sepertinya Anya sempat melamun dan yang dilamunkan adalah tentang Bima. Bagus Anya, bukannya lupa malah makin terbayang dan memenuhi pikirannya.“Mbak Anya ikut nggak?”“Hm--"“Ikut, dia ikut,” sahut Bima. “Sebab dalam pemantauan dan radar saya, titipan keluarganya banget. Kalau ada ap

  • Semalam Dengan Sepupumu   16. Ada Apa Denganku?

    Bukan bermaksud menakuti atau mengancam Anya, sungguh Bima tidak ingin melakukan itu. Malah ia tidak suka melihat Rama menyakiti atau memanfaatkan Anya. Dalam hati ia mengumpat dan menyesal karena melihat wajah wanita itu langsung panik dengan candaannya.So sorry, I just kiddingKalau tahu ia hanya iseng Anya pasti melempar sesuatu ke wajahnya. Untuk memastikan ia tidak menghubungi Rama dan mengatakan kesalahan mereka, Anya bahkan mengekor terus selama istirahat. Termasuk saat istirahat dan makan di kantin bahkan ketika anggota tim lainnya menggoda dan antusias agar Bima memberikan alamat atau jujur dengan statusnya saat ini, Anya hanya bisa menjadi pendengar setia.“Aku akan selesaikan sendiri, jangan ikut campur. Please!” bisik Anya padanya saat ada kesempatan.Oh Tuhan, raut wajah mengibanya sangat menggemaskan. Puppy eyes. Ingin sekali Bima mengusap kepalanya dan mengatakan. “Aku hanya bercanda, sayang.”Sayang, batin BimaApa memang ia sudah sesayang itu pada Anya. Mungkin, iya.

  • Semalam Dengan Sepupumu   17. Pergi Denganku

    Anya memilih tidur di sofa, tidak ingin ada interaksi atau kejadian yang tidak diinginkan antara dia dan Rama. Sudah terlambat. Kalau sebelumnya, mungkin ia berharap hubungan mereka membaik. Namun, untuk sekarang tidak lagi. Malam bersama Bima, membuat Anya yakin untuk berpisah dengan Rama. Baginya itu sebuah kesalahan dan pengkhianatan, meski Rama pun melakukan pengkhianatan dengan menikahi perempuan lain.Pertanyaannya, kapan Rama akan menceraikan dirinya. Sudah pasti tidak mudah bagi kedua pihak karena ada keluarga dan urusan di sana. Sumpah serapah mungkin akan Anya terima dari orang tuanya dan hubungan mereka bisa tidak harmonis lagi. Mungkin itu pula yang membuat Rama belum mengambil langkah perceraian, karena belum ada alasan yang tepat.Saat Anya sudah terlelap, Rama masih sulit memejamkan mata. Ia beranjak dan mendekat ke sofa, berdiri menatap sang istri. Perlahan wajah Rama tersenyum menatap Anya, ada kesenangan tersendiri memperhatikan wajah dan gaya wanita itu ketika tidur.

  • Semalam Dengan Sepupumu   18. Rencana Bima

    Rama merelakan Anya ikut bersama Bima, dengan alasan tuntutan pekerjaan dan tetap pada rencananya kalau sore mereka akan ke butik. Entah mengapa ia tidak menyukai sang istri terlalu dekat dengan Bima. Padahal sebelumnya tidak ada beban meninggalkan begitu saja dan mempercayakan Anya pada sepupunya itu.Dalam perjalanan, Rama sempat berkirim pesan pada Selly untuk menyiapkan sarapan. Terburu-buru dan melewatkan sarapan di rumah untuk segera pergi dengan Anya yang nyatanya zonk. Sambil fokus dengan kemudi, Rama heran karena belum ada pesan balasan apalagi panggilan dari Selly merespon permintaannya.Menduga kalau wanita itu mungkin dalam perjalanan sama seperti dirinya. Nyatanya sampai di kantor bahkan sudah berdiri di depan ruang kerjanya, meja Selly masih kosong dan rapi. Menunjukkan kalau penghuninya belum hadir.“Dia belum datang,” gumam Rama lalu memasuki ruangannya sendiri.Rama melakukan panggilan pada Selly dengan loudspeaker, sambil melepas jas dan menggantungkan di hanger lalu

  • Semalam Dengan Sepupumu   19. Dia kenapa?

    Bima sempat misuh-misuh saat Anya pamit duluan karena sudah ada Rama menunggu di lobby. Kalaupun ada ide untuk menahan kepergian Anya sudah pasti tidak akan berhasil. Kejadian tadi pagi menjadi perhatian Anya akan keisengan dan kejahilannya. Ketika Anya sampai di lobby, Rama sedang bicara dengan manager HRD yang pernah menjadi pimpinan Anya sebelum dipindah tugas ke divisi marketing. Sepertinya pertemuan itu tidak disengaja. Bahkan saat ia menghampiri, langsung menjadi topik pembicaraan.“Kalau bukan permintaan langsung dari Pak Denis, mana mungkin saya setuju Anya dipindahkan. Kerjanya bagus, bisa-lah untuk menggantikan saya dan mendampingi Pak Rama saat Pak Denis pensiun.”“Iya, pak. Sepertinya itu juga alasan Papa.”“Oke, kalau begitu saya duluan,” pamit pria itu yang dijawab oleh Rama dengan senyuman. Anya pun ikut mengangguk.“Ayo,” ajak Rama.“Mas Rama … sendiri?”“Memang harus bawa siapa?” Rama balik bertanya, meski ia tahu yang ditanyakan Anya tentu saja Selly.“Istrimu,” sah

  • Semalam Dengan Sepupumu   20. Perempuan Yang Membuat Bima Menggila

    Rama sempat menyapa orang tuanya yang masih berada di ruang keluarga, wajar saja karena masih sore untuk langsung istirahat setelah mereka makan malam. Tujuannya langsung ke kamar, ia ingin menghubungi Selly, aneh karena ponselnya sepi dari gangguan wanita itu. Gangguan, apa ia merasa diganggu oleh Selly. Sedangkan alasan mereka menikah siri adalah cinta. Namun, ia dan Anya juga menikah, tanpa ada cinta.Sampai kamar, Rama langsung ke balkon khawatir percakapannya didengar oleh Anya. Dua kali panggilan baru dijawab oleh Selly dan anehnya tidak ada pekikan atau rengekan manja agar ia segera menemui wanita itu.“Hm, tidurlah. Sampai ketemu di kantor, besok,” ucap Rama sebelum mengakhiri panggilan.“Aneh,” gumamnya. “Mungkin dia mulai sadar.”Setelah memastikan pintu balkon sudah tertutup rapat, Rama menghempaskan tubuhnya di sofa karena menunggu toilet yang masih ada Anya di dalamnya. Sempat mengecek pesan-pesan yang masuk termasuk juga percakapan grup chat dari beberapa urusan, sambil m

  • Semalam Dengan Sepupumu   21. Semua Milik Bima

    "Aku kasih tahu aja ya,” ujar Bima menggeser kursinya mendekat ke Anya. “Perempuan yang sudah buat aku menggila adalah ….”“Mas Bima, Mbak Anya, kita mau briefing,” ujar rekan satu tim mereka.Anya langsung beranjak meninggalkan Bima. Ia merasa seakan diselamatkan dari tingkah Bima yang juga membuatnya gila.“Hei, Anya. Aku belum selesai.”Briefing kali ini membicarakan rencana raker yang akan diadakan beberapa hari lagi, hampir semua tim antusias dan semangat kecuali Anya. Baginya raker atau bukan intinya tetap bekerja, meski kegiatan tersebut biasanya dilakukan di tempat yang tidak biasa, biasanya bertempat di villa atau hotel.Alasan Anya adalah Bima. Membatasi pertemuan bahkan kalau perlu tidak lagi bertemu dengan pria itu, nyatanya semesta mendukung ia terus dekat dengan Bima. Ditambah sekelilingnya sangat memuja Bima dengan kharisma dan wajah tampannya, tidak bisa disangkal Bima memang menarik dan mempesona.Tubuh tegap dan gagah pria itu terkadang mengingatkan Anya kejadian satu

Bab terbaru

  • Semalam Dengan Sepupumu   83. Bertemu

    Bima mengernyitkan dahi, mengingat-ingat apa dia mengenal wanita itu. Mendadak wanita di hadapannya seperti terkejut lalu gegas menutup pintu.“Dia kenapa?” tanya Bima dan Umar hanya mengedikan bahu.Tangan Bima menekan handle pintu kamar ternyata dikunci dari dalam.“Hei, kenapa dikunci,” keluh Bima kembali menekan-nekan handle pintu.Sedangkan di dalam, Selly menghampiri Anya dengan raut wajah bingung.“Kenapa? Kayaknya ada yang teriak,” ucap Anya beranjak duduk. “Apa ada pasien baru?” tanyanya karena pasien satu kamar dengannya sudah boleh pulang belum lama.“Anya, di depan ada … Pak Bima.”“Hah, yang bener kamu?” Selly menjawab dengan anggukan kepala.“Gimana ini, dia pasti maksa masuk. Kita nggak bisa kunci pintu seterusnya dan sembunyi di sini.”“Aku pikir nggak akan ketemu, kok bisa ya.”“Hei, buka pintunya.” Terdengar teriakan lagi dan ketukan pintu. Anya dan Selly sama-sama menatap ke arah pintu.“Gimana?” tanya Selly dengan raut wajah bingung.Tidak ingin menjadi keributan,

  • Semalam Dengan Sepupumu   82. Rumah Sakit (2)

    Pagi itu Rama mendapat kabar dari sekretarisnya kalau Bima tdk ada di kantor, padahal hari ini ada jadwal bertemu. Bukan hanya urusan bisnis, Rama juga akan berdiskusi masalah Anya. Namun, tidak adanya Bima di kantor membuatnya penasaran untuk menghubungi langsung sepupu yang sekarang menjadi atasannya.Dua kali panggilan tidak dijawab, Rama pun menghubungi Umar. Nyatanya mereka sedang berada di luar kota. Meski tidak menanyakan ada urusan apa karena rasanya tidak elok, tapi Rama curiga jangan-jangan ada hubungannya dengan Anya.“Nanti siang aku hubungi lagi, semoga saja benar Anya sudah ditemukan,” gumam pria itu.Sampai di bawah, Rama harus menghela nafasnya mendapati Denis yang mengoceh tidak karuan. Sudah biasa seperti itu, tapi akhir-akhir ini lebih parah bahkan Malika kadang tidak bisa menghentikan suaminya.“Pah, udah pah,” ucap Rama. “Papa bisa stroke kalau begini terus.”“Gimana papa nggak stroke, kemana istri kamu pergi bawa cucuku? Dia yang akan bantu kita, Rama.”“Pah, aku

  • Semalam Dengan Sepupumu   81. Rumah Sakit (2)

    “Sabar ya, sebentar lagi kita sampai,” ucap Selly sambil fokus dengan kemudi. Sesekali pandangannya menatap Anya yang masih meringis melalui center mirror.“Kok bisa jatuh sih,” gumam Selly meski bukan bertanya secara langsung.“Kepleset, kayaknya aku nggak hati-hati.”‘Memang seharusnya kamu nggak sendirian, harusnya kamu ada di tengah keluarga,’ batin Selly.“Pas aku datang, udah lama kamu jatuh?” Selly bertanya lagi, paling tidak ia bisa menjelaskan kondisi Anya pada petugas medis saat mereka sudah tiba di rumah sakit.“Mungkin lima atau sepuluh menit, aku nggak berani langsung bangun.”Selly kembali fokus dengan jalanan. Meski tidak macet seperti di Jakarta, tapi di sini banyak jalan belum rata dan berlubang. Jadi, dia harus menghindar atau memilih jalan yang baik agar Anya tidak semakin kesakitan.“Oke, belokan depan terus kita sampai. Langsung ke UGD, aku akan panggil perawat. Kamu masih oke?” tanya Selly lagi dan Anya hanya menjawab dengan ringisan.Mobil berhenti tepat di depa

  • Semalam Dengan Sepupumu   80. Rumah Sakit (1)

    Pencarian Anya dengan mengawasi tempat tinggal semua kerabatnya tidak menemukan pencerahan. Bima rasanya frustasi mendapati kenyataan Anya tidak terdeteksi. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu.Keluarga Anya pun seperti tidak peduli, malah semangat untuk mendekatkan Alya dengannya.Namun Bima tidak putus asa, berbulan-bulan pencarian Anya tetap dilakukan sambil fokus dengan tugasnya menjadi presdir di Hardana Company. Kerinduan dan kegalauannya semakin terasa saat malam. Seperti saat ini.“Anya,” ucap Bima sambil menatap langit-langit kamarnya.Kalau tidak salah perhitungan, Anya akan melahirkan bulan depan. Artinya saat ini sudah memasuki trimester ketiga. Perut Anya sudah pasti sedang membola karena kehamilan yang semakin tua.“Dimana kamu, sayang,” gumam Bima. Berharap Anya selalu sehat dimanapun ia berada.Akhirnya ngantuk pun datang, Bima hampir terlelap saat mendengar dering ponselnya. Jika panggilan biasa mungkin ia akan abaikan, tapi dering yang terdengar

  • Semalam Dengan Sepupumu   79. Bukan Cari Istri

    Selly sudah menawarkan sesuatu, tapi Anya menolak. Dia menanyakan kondisi orang tuanya apalagi Rama. Melarikan diri dari keluarga Hardana sepertinya sudah rencana yang matang. Meninggalkan semua kemewahan yang pernah dirasakan sama seperti dirinya.Meski sudah bekerja dan tinggal jauh dari Jakarta, tapi Selly masih berada dalam salah satu anak cabang Hardana Company. Hari ini dia diminta datang ke kantor pusat, beruntung bukan ke kantor cabang di mana Rama berada.Berangkat sangat pagi dan tiba di jakarta pukul delapan, sempat memperbaiki penampilan riasan di wajahnya. Selly harus menemui bagian operasional dan melaporkan beberapa proyek yang sudah selesai.“Oke, nanti kami kabari kalau ada temuan. Tinggal tunggu LPJ saja,” ucap perwakilan yang menerima dokumen-dokumen yang dibawa Selly.”“Baik, terima kasih.” Setelah bersalaman, Selly pun meninggalkan tempat itu. Sekarang hampir jam makan siang, cukup lama pertemuan mereka. Agak lama menunggu lift yang kosong, karena sudah masuk jam

  • Semalam Dengan Sepupumu   78. Pesan Anya

    “Kamu kabur dari Rama?” tanya Selly dan Anya mengangguk dan menceritakan tuntutan agar bercerai dan bagaimana Rama selalu menjanjikan itu, tapi tidak dikabulkan.Anya merasa Selly bukan lagi rival apalagi musuh. Entah mengapa ia merasa nyaman saja bercerita dengan wanita itu.“Semua karena aku,” ucap Selly lirih. “Kalian bisa lanjutkan pernikahan, aku tidak akan menuntut apa-apa lagi dari Rama.”“Bukan, bukan karena kamu. Dari awal kami memang tidak saling mencintai. Mas Rama sudah mengajukan kesepakatan di awal pernikahan kami.”“Tapi kamu hamil, bagaimana anak kalian nanti?” Selly berusaha meyakinkan Anya kalau langkahnya salah jika tetap bercerai dari Rama. Sepertinya rasa bersalah masih Selly rasakan.Anya mengusap perutnya dan menghela pelan. Tidak mungkin menceritakan kalau bukan Rama ayah dari bayi di kandungannya. Mereka belum sedekat itu.“Berpisah adalah yang terbaik untuk kami,” ujar Anya mengakhiri perdebatan itu.Selly tidak lagi membujuk Anya yang terlihat nekat dan bisa

  • Semalam Dengan Sepupumu   77. Bersama Selly

    Bima merasa kali ini tidak akan mudah menemukan Anya. Kesalahpahaman diantara mereka cukup fatal. Meski Rama sudah mengalah dan berjanji akan menceraikan Anya setelah melahirkan. Hanya Bima yang memang pantas untuk Anya.Sudah seminggu Anya menghilang dan orang-orang yang disebar untuk mencari belum memberikan kabar yang jelas. Mendeteksi dari GPS gagal karena ponsel Anya sengaja ditinggal, juga dari penarikan rekening bank belum ada titik terang. Anya belum melakukan transaksi keuangannya.Kondisi di perusahaan juga agak runyam. Rama melawan Denis, membuat pria itu ikut campur di perusahaan.“Om Denis, anda sudah tidak ada peran lagi di sini,” cetus Bima ketika adik dari ayahnya itu berada di ruang kerjanya.“Dulu ini ruang kerjaku, kamu jangan merasa hebat. Hardana Company berjaya karena kerja kerasku.”“Kerja keras para karyawan. Semua memiliki peran masing-masing,” sahut Bima lagi.Sepertinya Denis frustasi karena kepergian Anya bisa membuyarkan rencananya untuk merebut kembali po

  • Semalam Dengan Sepupumu   76. Sudah Muak

    “Anya, tunggu!” Rama urung berangkat, lebih memilih mengejar Anya setelah Denis dan Malika meninggal rumah. Ia harus bicara dengan istrinya.Tidak ingin tergesa dan tergelincir saat menaiki tangga, ternyata Anya menuju pintu samping.“Anya, kita harus bicara,” ujar Rama mengekor langkah Anya yang sudah hampir sampai di gazebo tidak jauh dari kolam renang.“Tidak ada yang harus dibicarakan. Mas Rama sebaiknya berangkat,” seru Anya menatap arah kolam, lebih tepatnya melamun.“Sumpah aku tidak ingin memanfaatkan kamu,” tutur Rama dan sudah duduk di samping Anya yang masih cuek. “Situasi yang buat kita begini. Aku sudah minta izin Papa untuk melepaskan kamu dan ya … begitu.”“Kita boleh cerai setelah aku melahirkan dan kalian dapatkan warisan itu?”Pertanyaan Anya sukses membuat Rama terdiam, memang begitu kenyataannya. Denis menyarankan hal itu.“Bagaimana kalau Papa kamu tahu ini bukan anakmu? Bagaimana kalau papa kamu tahu ini anak …Bima?”“Jangan sampai dia tahu,” sahut Rama. “Untuk k

  • Semalam Dengan Sepupumu   75. Terserah

    “Mas Rama, kamu janjikan perceraian setelah aku melahirkan. Setelah kalian dapatkan saham itu?”“Tidak Anya.”“Memang begitu,” seru Bima. “Memang begitu niatmu dari awal.” Tangan Bima menunjuk wajah Rama.“Memang itu niatku, tapi aku menawarkan kehidupan normal untuk kami berdua. Memulai semua dari awal. Aku tanya siapa ayah kandung bayi itu, untuk menyelesaikan masalah ini.” Entah hanya sekedar pembelaan atau memang niat Rama tulus. Anya menggeleng pelan lalu mengusap pipinya dari air mata.“Bima. Kamu tawarkan rencana untuk menghentikan rencana Mas Rama dan juga menguntungkan dirimu sendiri. Begitu ‘kan?” kali ini pertanyaan Anya ditujukan untuk Bima.“Tidak dan kamu tahu aku tidak begitu. Aku memang ingin menggagalkan rencana mereka bukan untuk diriku, tapi menyelamatkan kamu. Aku akan bertanggung jawab Anya, percaya aku!”Bima hendak mendekat, tapi tangan Anya tertahan agar tidak melakukan itu.“Ini skandal, sebaiknya kalian tutup mulut dari pada keluarga Hardana menanggung malu.

DMCA.com Protection Status