Semua Bab Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir: Bab 21 - Bab 30

136 Bab

21. Kiss

Ini di luar kendali. Entah apa yang merasuki jiwanya saat ini. Seperti bergerak dengan sendirinya tahu-tahu wajah dan bibirnya sudah melekat tanpa jarak. Bumi tahu ini salah ketika dia mencoba mengambil udara dari celah bibir Ola. Namun dia tidak bisa menahan diri atau pun berhenti. Mulutnya lantas mulai terbuka, mengulum bibir gadis itu yang menyambutnya dengan ragu-ragu. Matanya terpejam merasakan sensasi luar biasa yang mendebarkan. Ini benar-benar di luar dugaan. Kendati dirinya yang memulai, tak pelak jantungnya berdetak begitu hebat. Mereka berciuman lembut, penuh dengan perasaan. Bahkan keduanya masih saling memejamkan mata ketika ciuman itu terurai. Dari jarak dekat begini Bumi bisa melihat ekspresi bingung Ola. Bukan hanya bingung, gadis itu pasti juga terkejut. Namun daripada itu, tatapannya malah jatuh ke bibir Ola yang masih setengah terbuka. Baru saja dia merasakan aroma manis di sana yang ternyata begitu memabukan. Brengsek memang, tapi.... "Aku dapat kado ultahku l
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Baca selengkapnya

22. Menyerah

"Aku nguping?" Bumi mendengus. "Seperti orang kurang kerjaan aja. Suara kalian kencang. Jadi terdengar sampai bawah."Ola jelas tidak percaya begitu saja. Apalagi melihat muka merah lelaki itu. Mata Ola menyipit selama beberapa saat hingga sebuah pikiran jahil terlintas. "Oke kamu benar. Selain ke Braga sama anak-anak, aku juga berniat ke Maribaya sama Rean." Seperti yang dia duga. Bumi melebarkan mata dengan gerakan tak siap. "Apa? Nggak boleh!" "Apa maksudnya nggak boleh?" Ola yang saat ini tengah duduk di kursi depan meja belajar membalas tatapan Bumi. "Sebagai kakak aku nggak ngizinin kamu pergi." "Mana ada kakak nyium adiknya di bibir." Ola menyeringai. Merasa menang sudah membuat Bumi kontan gelagapan. "Itu—" "Apa? Mau bilang khilaf?" Decihan Ola terdengar. "Munafik," cibirnya. "Kali ini aku nggak mau dengerin kata Kak Bumi. Ujian udah selesai aku punya hak refreshing. Papi juga pasti ngizinin." "Ola, aku banyak kerjaan. Nggak mungkin aku ninggalin kerjaanku." "Loh emang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya

23. Mine

Kepala Bumi yang tengah merebah nyaman bergerak samar ketika mendengar bunyi dering ponsel. Refleks sebelah tangannya terayun, berusaha menggapai nakas meski matanya masih terkatup rapat. Namun dia hanya menemukan udara, dan lengannya kontan terhempas. Saat itulah matanya lantas terbuka. Dia mengangkat kepala guna mencari benda yang terus berdering itu. "Ah," lenguhnya ketika berusaha bangkit. Tubuhnya terasa kaku dan pegal. Tempat yang dia tiduri saat ini terlalu sempit untuk dirinya dan gadis yang tertidur nyaman di sebelahnya. Bumi membuang napas pelan ketika berhasil duduk, dan dia menemukan ponsel yang masih berdering itu tergeletak di lantai berdampingan dengan kemejanya. Sedikit membungkuk dia meraih benda itu. Di layar tertera nama sekretarisnya. "Ada apa, Mia?" tanya Bumi begitu dia menerima panggilan itu. "Pak Bumi di mana? Anda nggak lupa hari ini ada kunjungan proyek di Gedebage kan?" Mata Bumi memicing. Dia hampir melupakan itu. "Aku nggak lupa. Sekarang pukul berap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-04
Baca selengkapnya

24. Light Touch

Ola tersenyum geli. Memulai saja tidak bagaimana bisa putus? "Kalau Rean nggak mau putus gimana?" Nyaris saja tawa Ola menyembur melihat dua alis tebal Bumi menukik tajam. Dia tahu Bumi kesal, tapi raut muka lelaki itu terlihat menggemaskan. "Apa pun alasannya, kamu harus bisa putus sama dia. Aku nggak mau jadi yang kedua," ujar pria itu dengan muka cemberut. Demi Tuhan! Ola sering melihat wajah marah Bumi, tapi dia belum pernah melihat wajah cemberut lelaki itu. Apalagi cemberut karena cemburu. Gimana Ola tidak ingin terus menerjangnya kalau semenggemaskan itu? "Kak Bumi lucu deh." Ujung jemarinya bergerak menyentuh jakun di leher Bumi yang terus saja bergerak naik turun. Sentuhan ringan itu lalu naik mendekati telinga. "Aku serius, nggak sedang melucu," balas pria itu dengan nada tegas. Dia menangkap tangan iseng Ola yang bermain nakal di area belakang telinganya. "Iya. Aku tau." Kembali Ola mendekat. Menjangkau bibir pria itu dan menyentuhnya. Keduanya kembali bercumbu. Men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-04
Baca selengkapnya

25. Visit The Project

"Maaf. Mungkin lain kali." Dua alis Bumi sontak menukik mendengar ucapan Ola. Gadis itu tengah menerima panggilan telepon dari Rean. Bumi menoleh sekilas sambil menggeram sebelum fokusnya kembali ke jalanan di depannya. "Ola, nggak ada lain kali ya," ucap lelaki itu memperingatkan. Di sampingnya Ola nyengir sebelum fokus ke panggilan teleponnya lagi. "Rean, aku tutup dulu ya. Bye." Ola menghela napas ketika panggilan singkat itu berakhir. Ujung matanya melirik pria di sampingnya yang berwajah masam. "Kok nggak diputusin sekalian?" Bibir mungil Ola menganga seketika. Detik berikutnya kekehannya meluncur. "Kak Bumi nggak sabaran amat sih. Nggak sopan tau mutusin orang lewat telepon," sahut Ola sambil mengulum senyum. Jika membahas Rean pria itu jadi mendadak kekanak-kanakan dan bersumbu pendek. "Terus kamu mau ketemu lagi sama dia?" Ola mengangguk-angguk dengan alis terangkat tinggi-tinggi. "Kamu harus ngasih tau aku kapan ketemu dan dimana tempatnya, biar aku bisa ne
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

26. Panggil Sayang

"Aku mau rayain ultah berdua sama Kak Bumi aja." Bumi menoleh cepat dan langsung mendapati muka close up Ola yang sedang tersenyum manis padanya. Dia agak terkesiap. Kacamata bacanya sampai merosot lantaran jarak wajah gadis itu terlalu dekat dengan wajahnya. Pria tiga puluh tahun ini menelan ludah sebelum berdeham sambil memalingkan wajah. "Kenapa?" tanya pria itu mengalihkan pandangan ke layar laptop yang ada di pangkuannya. "Mami sama papi aja masih di Kanada. Kayaknya semesta emang merestui kita buat berduaan aja deh, Kak." Ola terkikik sendiri dengan pemikirannya yang absurd. Membuang napas pelan, Bumi akhirnya menutup laptop. Merevisi tesis ditemani Ola memang bukan ide bagus. Nyaris satu jam dia menekuri laptop satu paragraf pun belum ada yang dia kerjakan. Pasalnya selama itu Ola terus saja membuatnya salah fokus. Ada saja gangguan kecil yang gadis itu buat. "Ya kita lihat entar aja," ucap Bumi sambil melepas kacamata dan menyimpannya kembali di cover-nya. "Gimana kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

27. Rahasia Kita

"Masih lama?" Bumi yang sedang menghadapi layar laptop mendongak sejenak. Di ambang pintu dia melihat Ola berdiri sambil memeluk guling. Bumi pikir gadis itu sudah tidur pulas. "Sedikit lagi. Kamu bisa tidur lebih dulu," ucap Bumi sambil tersenyum lalu kembali melarikan jari jemarinya di atas keyboard laptop. "Aku nggak bisa tidur. Kak Bumi mau aku bikinin minuman?" "Nggak perlu. Ini sebentar lagi selesai." Gadis yang rambutnya sedikit kusut itu menyeret kaki, memasuki ruang kerja Bumi. Dan melempar gulingnya begitu saja. "Kamu sudah mau sidang tesis lagi ya?" "Iya. Doakan lancar ya." "Hu-um." Ola mengangguk, berdiri di samping kursi yang Bumi duduki dengan wajah kusut. Mata legamnya tertuju ke layar laptop meski tidak mengerti apa yang sedang lelaki itu tulis. Beberapa kali juga dia menguap. "Ngantuk kan? Sana balik ke kamar lagi aja.""Tapi kamu belum selesai." Kaki Ola bergerak. Dia memaksa masuk ke celah antara meja dan kursi Bumi. Saat gadis itu masih berumur belasan tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

28. Normal

"Kita nggak akan bisa begini kalau di rumah papi." Ola mengeratkan pelukannya. Tidak seperti di kosan, tempat tidur di kamar Bumi jauh lebih luas dan juga memiliki tempat tidur yang lebih lebar. Sehingga dia bisa lebih leluasa bergerak. "Pinter. Sebisa mungkin kamu harus jaga sikap." "Kok cuma aku?" Ola sedikit menjauhkan pelukannya dan mendongak. "Kamu juga dong." "Aku selalu bisa jaga sikap. Kamu yang sering sembrono." Dengan pelan Bumi mendorong dahi Ola. Senyumnya terulas lemah saat melihat bibir Ola mengerucut. "Satu lagi, hentikan kebiasaan kamu memonyongkan bibir begitu." "Memangnnya kenapa?" Lagi-lagi Bumi hanya tersenyum kecil. Dia tidak akan memberitahu kalau bibir Ola yang maju seperti itu sangat menggemaskan. Dulu saat otaknya sedang tidak beres, kadang pikiran liarnya berputar-putar membayangkan rasa bibir itu. "Pokoknya jangan biasakan begitu.""Jelek ya?" Ola nyengir, menunjukkan deretan giginya yang putih. "Ya gitu deh. Jadi nggak manis." Namun Bumi terkesiap s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

29. Kemana Kita?

GPS mobil menunjukkan saat ini Ola dan Bumi memasuki wilayah Bandung Barat. Sepagi ini keduanya sudah memasuki kawasan Kota Lembang. Ola yang sejak tadi tertidur agak kaget saat membuka mata. Jika bukan karena perutnya yang keroncongan mungkin dia akan lanjut tidur sampai tidak sadar Bumi memboyongnya ke tempat yang berbeda. "Kita mau ke mana, Kak?" tanya Ola menatap pria di sisinya, lalu kembali menatap jalanan di sekitarnya. Kendaraan yang mereka tumpangi melaju turun. Beberapa kali Ola juga melewati tempat wisata kota. "Ke tempat yang kamu mau.""Lembang. Kita mau ke vila yang waktu itu?" tanya Ola tampak antusias. Mata mengantuknya hilang tak berbekas saat melihat senyum penuh arti pria di sebelahnya. "Katanya nggak mau ke vila. Bilangnya : Kita mau merayakan ultah kamu, bukan bulan madu," ujar Ola lagi sambil menirukan gaya bicara Bumi waktu itu. Tapi Bumi di sebelahnya malah makin tersenyum bukannya membalas sindiran Ola. Dia memutar kemudi dan menepikan kendaraannya di pingg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

30. Jodoh

Kemunculan Rean dan ayahnya sama sekali tidak terlintas di kepala Bumi. Dan itu memang tidak ada dalam agenda rencana yang lelaki itu buat. Jadi dia agak terkejut dengan kemunculan keduanya. Namun yang menyebalkan, Ola sepertinya bahagia dengan kedatangan lelaki itu. Gadis itu tertawa senang sambil melambaikan tangan penuh semangat ketika melihat Rean. Bumi belum memastikan lagi apakah Ola sudah putus dari salah satu mahasiswa jebolan perguruan tinggi di NYC itu."Kok kamu bisa ke sini?" tanya Ola heran begitu Rean menghampirinya."Kenapa nggak bisa?" sahut Rean sambil melirik Daniel yang ternyata tengah senyum-senyum sendiri melihat mereka."Jangan heran ya, Ola. Om dan Rean kemarin bertemu papi kamu. Lalu papi kamu mengundang Om dan Rean buat ikut acara family camp kalian dalam rangka rayain ultah kamu."Ucapan Danudirja barusan membuat Ola paham. Gadis itu membulatkan mulut seraya mengangguk."Kamu seneng kan ada Rean di sini?" goda Daniel sambil menggerak-gerakan kedua alisnya. "B
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status