All Chapters of Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir: Chapter 11 - Chapter 20

136 Chapters

11. Ababil

Belum ada tanda-tanda Ola akan kembali. Beberapa kali Bumi menghela napas. Ujung jemarinya mengetuk-ngetuk lengan sofa yang dia duduki secara berulang. Sesekali tatapnya menengok pergerakan jarum jam. Sudah hampir pukul delapan malam, tapi belum ada tanda-tanda kepulangan Ola. Bumi menunggu dengan gelisah kabar dari gadis itu. Teleponnya tidak diangkat, bahkan pesan pun tidak dibalas. Jangankan balas, dibaca saja tidak. Sejak sedikit bersitegang di kampus, Ola sama sekali belum menghubunginya. Seharian ini ponsel Bumi sepi. Selain urusan pekerjaan, biasanya notif pesan dari Ola yang selalu meramaikan. Tidak bisa! Dia tidak bisa terus sabar menunggu. Bumi beranjak dari sofa dan segera menyambar kunci mobil. Hanya hotel tempat Rean menginap yang ada di kepalanya saat ini. Sial! Matanya terpejam, menahan panas yang tiba-tiba menggelegak di dada. "Awas saja kalau lelaki itu berani menyentuh Ola," gumamnya lalu bergegas menghampiri pintu. Namun baru saja dia membuka pintu, sosok yang d
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

12. Facial Hair.

Marahan dengan Bumi lama-lama itu tidak menyenangkan! Sejak subuh Ola mengintip dari balik pintu. Dia sengaja bangun cepat agar bisa mandi lebih dulu dan bikin sarapan. Ada beberapa rencana yang akan dia jalankan hari ini. Sebuah misi agar Bumi tidak menendangnya dari apartemen. Semalam masih aman, tapi belum tentu hari ini lelaki itu berbaik hati memintanya untuk tetap tinggal. Dan Ola tahu betul, anak asuh papinya itu tidak bakal minta maaf duluan kalau merasa tidak melakukan kesalahan. Jadi, pagi-pagi sekali dia keluar dari apartemen dan beranjak pergi ke mini market 24 jam yang ada di lantai bawah. Selain bergosip, kemarin sore Yara mengajarinya membuat sarapan sederhana tapi rasanya luar biasa. Setelah empat kali percobaan dan bolak balik digoblok-gobloki Yara, akhirnya Ola berhasil membuat roti panggang telur ala-ala anak kos. "Lo mau kasih makan orang bukan monster, ya kali cangkang - cangkang telurnya ikut dimasukin!" seru Yara ketika Ola melakukan percobaan pertama. "Ahe
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

13. Telur

Bunyi pletak terdengar keras. Refleks Ola mengaduh dan mengusap dahinya. Bibir dengan tone nude itu mencebik. Lagi-lagi dia kena jitak. Padahal gadis itu sangat yakin tidak ada yang salah dari pertanyaannya barusan. "Turun," perintah Bumi tegas sambil mengedikkan dagu. "Nggak mau. Cium dulu!" Ola terperanjat dan langsung menutupi dahinya ketika Bumi kembali ancang-ancang menyentil. "Kak Bumi KDRT!" "Udah, nggak usah drama." Setelah memastikan mukanya bersih, Bumi beranjak keluar. Namun rengekan Ola membuat pria itu urung bergerak. "Kok main pergi gitu aja. Turunin dulu dong!" pinta Ola manja dengan dua tangan teracung. "Kamu kan bisa turun sendiri." "Nggak bisa ini terlalu tinggi, Kak." Bumi menghela napas, dan tidak mau banyak berdebat. Dia bergerak meraih pinggang ramping Ola dan mengangkat tubuh gadis itu. Secara otomatis dua lengan Ola merangkul leher Bumi. Keisengan gadis itu sangat disadari Bumi, tapi dia membiarkan. Namun ketika lelaki itu hendak menurunkan tubuh Ola, ga
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

14. Gagal

"Gimana? Sukses?" "Gagal total!" "Lo bego kok nggak ketulungan sih, La!" Yara menepuk jidatnya. Tidak habis pikir. Padahal diantara resep menu simpel yang dia kuasai roti telor itu sudah sangat paling simpel. Dan kemarin Ola sudah berhasil membuatnya dengan sempurna, tapi kenapa saat praktek lagi malah gagal? Hmmm, orang terlanjur kaya memang susah diajak hidup sederhana. "Bukan gue yang bego, kompornya aja nggak tau diri. Masa apinya gede banget. Untung gue selamat."Rasanya Yara ingin meraup muka cewek di depannya saking kesalnya. "Ya lo kecilin apinya, Pe'a. Ngapa jadi nyalain kompor lo!" Ola nyengir. Tidak merasa bersalah sama sekali. Yang pasti pagi ini dia happy karena Bumi tidak marah-marah lagi. Bahkan setelah insiden gagal membuat sarapan, Bumi lantas membuat roti sandwich isi daging yang rasanya lebih yummy daripada yang dijual restoran 24 jam. Hanya saja, dibalik kebahagiaan itu ada sedikit rasa kesal terselip saat tahu Bumi ternyata juga membuatkan menu yang sama untu
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

15. Confess

Sebenarnya siang ini Ola malas pulang bersama Bumi. Tapi dia juga tidak sudi melihat Dira dan Bumi terus berduaan seperti itu. Membayangkan mereka berdua sejak pagi selalu bersama saja sudah bikin dia naik darah. Akhirnya dengan terpaksa Ola mengamini ajakan Bumi pulang bersama. "Emang Dira nggak bisa masuk sendiri? Nggak perlu dianter gitu kan? Toh dia tahu di mana pintunya," ujar Ola dengan nada sinis ketika Bumi hendak turun dari mobil untuk mengantar Dira masuk ke kosan. Pria itu menghela napas dan menoleh pelan. "Kamu tunggu di sini ya kalau nggak mau ikut masuk," sahut Bumi tetap berusaha kalem meskipun sikap Ola sudah bikin dia ingin ngorek-ngorek tanah. Dia bergegas turun menyusul Dira yang sudah lebih dulu turun, mengabaikan Ola yang masih saja memasang tampang masam. Suasana kosan agak sepi ketika Bumi masuk ke area dalam. Kosan ini memiliki tiga lantai dengan pengamanan yang cukup bagus. Fasilitas juga lumayan lengkap. Kamar Ola ada di lantai dua. Bumi sendiri yang menca
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

16. Rencana

"Aku nggak like! " "Aku lebih-lebih nggak like!" Ola terperanjat mundur saat Bumi memelotot padanya. Pangkal alisnya berkerut, dan bibirnya mencebik. Lalu kepalanya menunduk. Bukan menyesal, tapi malah makin sebal. Dia marah, tapi Bumi lebih marah. "Malu-maluin! Kamu udah mau 20 tahun, Ola. Tapi sikap kamu masih saja begini. Nggak semua kekesalan harus diungkapkan dengan cara begitu." "Pasti kamu udah kena pelet Dira nih." "Masih aja nyalahin orang!" Bumi kembali melotot sambil berkacak pinggang, membuat Ola mengkeret seketika. Bibir gadis itu kembali manyun. Ola memainkan ujung kemeja dengan kesal. Lirikan matanya menandakan dirinya masih sangat terbawa emosi. "Kenapa sih Kak Bumi selalu nyalahin aku?" gerutunya dengan nada lirih. "Ya karena kamu salah. Bukan hanya aku, kalau papi dengar kamu begini dia pasti kecewa." Kembali Ola terperanjat dan langsung mengangkat pandang. "Jangan kasih tau papi, Kak. Please..." Kontan dia memasang wajah memelas sambil menangkup dua tangan
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

17. Tak Acuh

Sudah hampir tiga puluh menit Bumi menekuri layar ponsel. Bolak-balik jarinya menggulir layar dengan gerakan tak sabar. Membuka aplikasi chat, pesan, dan log panggilan berulang-ulang. Memastikan tidak ada pesan atau panggilan yang terlewat dari Ola. Dua alisnya sudah saling menyatu. Beberapa kali dia menggaruk dahinya yang tidak berhenti berkerut. Kepalanya dipenuhi tanda tanya yang terus berkeliaran. Sudah terhitung lima hari gadis itu tidak menghubunginya, sejak terakhir Bumi menyuruhnya pulang ke kosan. Sebenarnya Bumi senang-senang saja lantaran tidak ada pengganggu lagi. Hanya saja dia merasa lain. Mungkinkah dia terlalu keras pada Ola? Bumi tahu Ola pasti jengkel padanya. Tapi semarah-marahnya Ola, gadis itu tidak pernah mendiamkannya lebih dari satu hari. Jangankan satu hari seringnya malah siang marah, sore sudah nempel-nempel lagi. Pria tiga puluh tahun itu membuang napas lelah. Dia menyandarkan punggung dan memutar-mutar kursi sembari mencubit-cubit kecil bibir bawahnya se
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

18. Think Bad

"Aku mau belajar buat ujian besok. Jadi lebih baik kamu pulang." Dahi Bumi kontan mengernyit diusir seperti itu. Seumur-umur Ola tidak pernah mengusirnya, yang ada dia yang selalu bujuk anak itu agar mau pulang ke kosan saat main ke apartemennya. Jadi mendengar dirinya diusir begini Bumi agak heran. Alisnya pun kontan naik tinggi-tinggi. "Tumben banget kamu ngusir aku?" "Ya udah kalau tau diusir, sana balik." Pertanyaan Bumi malah dijawab dengan ketus. Ini benar-benar aneh dan entah kenapa bikin Bumi merasa sebal. Bahkan Rean bilang dia sudah seharian di sini. Coba ngapain aja mereka seharian?"Rean seharian di sini ngapain aja?" tanya Bumi lagi alih-alih pergi. Ola menyilangkan lengan di dada lantas membuang muka. "Bukan urusan Kak Bumi." Jawaban yang lagi-lagi menyebalkan. "Kalau kalian macam-macam itu jadi urusanku," tekan Bumi memperingatkan. "Selama kamu di sini kamu tanggung jawabku. Bersikap dan bertingkah sewajarnya aja jadi mahasiswa." Sebenarnya Ola memendam rindu s
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

19. Chaotic

Dari posisinya Bumi bisa melihat mobil tipe sedan milik Rean memasuki gerbang kosan Ola. Sudah sejak pagi buta dia nongkrong di seberang area kosan Ola. Mengambil tempat agak jauh. Efek insomnia semalaman sedikit membuatnya gila begini. Kewasapadaannya meningkat kala dia kembali melihat mobil Rean keluar lagi dari gerbang kosan. Dari jendela kaca mobil yang terbuka, Bumi bisa melihat bersama Rean ada Ola di sisi lelaki itu. Begitu mobil sedan itu bergabung di jalan raya, Bumi pun segera tancap gas, mengekori mereka. Ini konyol. Tidak ada tujuan lain selain kampus lantaran seminggu ini Ola akan menjalani ujian akhir semester, tapi tetap saja Bumi ingin memastikan sendiri kalau Ola benar-benar ke kampus. Di balik kemudi, dia terus mengikuti arah mobil Rean bergerak. Dan setelah melihat Rean menurunkan Ola di depan kampus, dia baru bisa bernapas lega. Terlebih saat mobil Rean akhirnya meninggalkan pelataran kampus. Tepat ketika dia berbelok arah hendak melanjutkan perjalanan menuju kan
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

20. First....

"Ada yang perlu saya tanda tangani lagi?" "Tidak ada, Pak." "Oke." Bumi menyerahkan dokumen yang baru saja dia bubuhi tandatangan kepada Mia. "Saya bisa pulang sekarang?" "Bisa, Pak. Tapi tolongn nanti cek email lagi, Pak." "Oke." Bumi bangkit dan menyambar jas yang tersampir di kepala kursi. Dia mengenakannya dengan segera. "Kelihatannya Anda sangat buru-buru. Ada masalah di bengkel?" tanya Mia menyaksikan atasannya itu bergerak cepat membereskan isi meja. "Nggak. Saya ada urusan lain." Sejak Ola menolak ajakannya dia dirundung gelisah seharian ini. Setelah berhasil memasukkan laptop ke tas, pria tiga puluh tahun itu bergegas keluar ruangan. Mia mengekorinya keluar ruangan. "Oh ya, Pak. Sore tadi saya sempat melihat Neng Viola sama cowok ganteng. Itu pacarnya ya?" Langkah gegas Bumi kontan terhenti. Dia memutar kepala menatap sekretarisnya. "Kamu lihat di mana?" "Di depan PVJ. Gila sih, Pak. Cowoknya bawa audi coupe terbaru." Kening Bumi berkerut samar. Setahu dia mobil Re
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status