Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Melahirkan / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Dicampakkan Setelah Melahirkan: Chapter 281 - Chapter 290

299 Chapters

Bab 281

Flashback onMalam itu, hujan turun deras, menciptakan genangan di sepanjang jalanan sempit yang dipenuhi bayangan kelam. Lampu jalan berkelip samar, memantulkan cahaya pada trotoar yang basah. Nafas seorang pemuda berambut gondrong tersengal, dadanya naik turun cepat saat ia terus berlari tanpa menoleh ke belakang. Dari kejauhan, suara sirine polisi meraung, mendekat dengan cepat. Kilatan lampu merah dan biru menerangi kegelapan, menciptakan bayangan yang bergerak liar di tembok bangunan tua yang ia lewati. Sepatunya yang basah menjejak aspal dengan suara kecipak, nyaris terpeleset saat ia berbelok ke gang sempit. “Jangan biarkan dia kabur! Cepat kepung gang itu!” suara seorang polisi terdengar lantang dari belakangnya. Pria itu menggigit bibirnya, jantungnya berdegup begitu kencang hingga hampir menyakitkan. Ia tahu jika tertangkap, semuanya akan berakhir. Dengan nafas tersengal, ia mendorong tubuhnya untuk berlari lebih cepat, meski kakinya mulai melemah. Sial, karena kecero
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 282

Laila melangkah masuk ke dalam butik dengan sedikit ragu. Begitu pintu kaca otomatis terbuka, udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyapa, bercampur dengan aroma lembut parfum mewah yang menyelimuti seluruh ruangan. Matanya langsung berpendar saat melihat sekelilingnya. Cahaya lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, memantulkan kilauan halus ke lantai marmer putih yang berkilau sempurna. Sontak, pemandangan itu membuat ia tersenyum di balik cadarnya. Di sekelilingnya, rak-rak pakaian tersusun rapi, menampilkan gaun-gaun elegan, blazer berpotongan sempurna, dan blouse berbahan sutra yang menggantung anggun. Warna-warna pastel berpadu dengan hitam klasik dan emas berkilau, menciptakan kesan mewah namun tetap hangat. Dari sudut ruangan, terdengar alunan musik instrumental lembut yang mengisi keheningan. Di area fitting room, beberapa wanita sosialita berbincang sambil mencoba pakaian, sesekali melirik ke cermin besar yang dihiasi bingkai emas. Seorang karyawan bu
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 283

Perlahan, napas Laila mulai lebih teratur, meskipun tubuhnya masih gemetar. Dengan suara lirih, ia berbisik, “Aku… aku takut. Ibu …” “Aku tahu,” jawab Beryl, matanya melembut. “Tapi kamu gak sendirian. Aku akan menjagamu.” Rasanya jantung Beryl seperti ditusuk ribuan jarum mendengar pengakuan Laila. Apalagi saat mendengar Laila menggumamkan nama ibunya.Hening sejenak. Laila menutup matanya, mencoba menenangkan diri. Ia tahu butuh waktu untuk benar-benar tenang, tapi ada satu hal yang ia sadari—Beryl ada di sampingnya, dan itu memberinya sedikit keberanian untuk menghadapi ketakutannya.“Minum dulu!”Beryl memberikan air minum pada Laila yang sudah terlihat tenang. Baru pertama kalinya melihat seorang yang mengalami trauma luar biasa. Dito hanya diam melihat Laila. Ia juga tak kalah terkejut melihat ada orang yang mengalami trauma luar biasa. Ia merasa menyesal karena ia tadi mengantuk sehingga membiarkan bosnya menyetir. Mungkin kejadian itu tidak akan terjadi jika dirinya yang m
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 284

Beryl menoleh ke arah ibunya lalu mengerutkan keningnya. “Mom, tanya apa barusan?”Sulis mendesah pelan. “Kamu dari tadi lihatin siapa?”Seolah dipergoki ibunya, Beryl berusaha tenang lalu menjawab dengan santai. “Sagara sepertinya suka sama Laila. Dari tadi dia nempel terus sama dia,”Sulis mendecak pelan lalu berkemam.“Besok acara meeting perusahaan. Sebaiknya kamu bersiap-siap! Kita pulang saja gak usah nginap di sini.”Sulis mengambil piring berisi potongan salad buah lalu memasukan satu per satu ke dalam mulutnya.“Terserah, Mommy.”Beryl menjawab acuh tak acuh.“Sagara, suka ya sama Aunty Laila? Apa? Sagara mau Aunty Laila nginap? Hum, coba tanyain sama Aunty-nya langsung,” Suara Jeena mengusik percakapan Sulis dan Beryl.Mata Beryl– mengerjap saat mendengar jika Laila akan menginap di rumah Jeena.“Mom, aku mau nginap aja,” cicit Beryl berkata pada ibunya.“Katanya terserah, Mommy,”“Aku mau Aunty Laila nginap di sini,” imbuh Sagara terlihat lucu di depan semua orang.Karena m
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 285

Di dalam ruang rapat besar yang elegan, para pemegang saham dan anggota dewan direksi Basalamah Group duduk mengelilingi meja kaca panjang. Cahaya lampu gantung kristal yang megah menerangi ruangan, menciptakan suasana formal dan penuh ketegangan. Beberapa eksekutif berbisik pelan satu sama lain, sementara yang lain duduk dengan tangan terlipat, menunggu hasil pemungutan suara. Nama Beryl muncul sebagai kandidat terkuat, tetapi perdebatan masih berlangsung. Beberapa anggota dewan mengajukan pertanyaan tajam mengenai visinya, strategi bisnisnya, dan bagaimana ia akan menghadapi tantangan industri yang semakin kompetitif. Beryl, dengan ekspresi tenang dan percaya diri, menjawab setiap pertanyaan dengan lugas dan penuh keyakinan. Di sampingnya Laila sebagai notulen ikut berdebar-debar menunggu hasil voting.Laila mulai merasa nyaman bekerja dengan Beryl. Pria itu kini tidak menindasnya lagi. Mungkin karena Laila berjasa dalam menyelamatkan neneknya. Begitulah isi kepala Laila yang sed
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 286

Pagi itu, sinar matahari menembus tirai vitrase kamar Jeena, menyapanya dengan hangat. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debaran jantungnya. Setelah percakapan semalam ia menjadi kesulitan tidur dan gelisah.Hari ini, Jeena akan pergi ke butik bersama ibunya untuk memesan gaun pengantin—sebuah langkah nyata menuju pernikahannya yang akan dihelat saat libur kuliah. Sagara tinggal di rumah bersama Babysitter Linda dan Pasha—yang mengambil cuti dari rumah sakit dengan alasan sakit. Padahal ia ingin berada dekat dengan Rosa sebelum Rosa kembali ikut adiknya keluar negeri.Pasha mengira jika Rosa akan pulang ke rumahnya dan menginap di sana lagi. Setelah pulang dari rumah sakit, Rosa justru tinggal di indekos miliknya. Ia sudah menjual apartemen miliknya demi membantu biaya pengobatan ayahnya yang terus menerus. Pihak keluarga akhirnya sepakat akan mengadakan pernikahan Jeena dan Manggala saat Jeena libur kuliah di akhir semester genap. Meskipun masih beberapa bulan lagi,
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 287

Sejak keluar dari rumah sakit, Rosa merasa lebih baik tinggal di indekos ketimbang kembali ke rumah Ana, keluarga Basalamah. Entahlah, mungkin Rosa terlalu percaya diri. Ia merasa jika Pasha terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya. Sial, ia pun memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Dan, ia tidak bisa menghindarinya. Malam itu, Rosa sudah sembuh dan menghubungi Ana, meminta ijin padanya untuk tinggal di indekos sebelum ia kembali mengawal Jeena.Meskipun suhu tubuhnya sudah turun, namun tubuh Rosa masih terasa letih. Ia pun memilih menghabiskan waktu dengan merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Suara ketukan pintu terdengar samar-samar. Rosa mengerutkan keningnya. Ia merasa tidak memesan makanan. Ia lebih baik memasak agar bisa menghemat pengeluaran.Namun suara ketukan itu terus menggema. Mau tak mau, Rosa pun menegakkan tubuhnya dan berjalan ke arah pintu. Tangannya langsung terulur menarik knop pintu.Saat ia membuka pintu, wajah tampan langsung menyambutnya. P
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 288

Siang itu, langit mendung seakan menggambarkan suasana yang akan terjadi. Sebuah mobil polisi berwarna hitam berhenti di depan rumah megah bergaya kontemporer milik kediaman Yudistira. Beberapa petugas turun dengan langkah tegas, mata mereka penuh kewaspadaan. Diajeng, wanita tua dengan rambut keperakan yang selalu tertata rapi, sedang duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangannya. Wajahnya yang anggun tidak menunjukkan sedikit pun tanda ketakutan. Namun, ketenangannya buyar ketika suara ketukan keras menggema di seluruh ruangan. “Bik! Coba bukan pintu siapa sih yang datang?”Diajeng menyuruh ART untuk membukakan pintu. Ia sedang bermalas-malasan dan tidak ingin diganggu.Wanita tua itu menengok arloji di tangannya dan mendesah pelan. “Kemana sih Mas Danar belum pulang?”“Bu Diajeng, kami dari kepolisian. Kami memiliki surat perintah penangkapan terhadap Anda atas tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah terhadap Pak Manggala Putra Aldino.”Suara tegas seorang petugas
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 289

Danar melangkah memasuki ruang besuk dengan hati yang berat. Di balik jeruji besi, Diajeng duduk dengan wajah pucat, matanya menyiratkan kelelahan dan penyesalan. Ia menegakkan tubuhnya saat Ia menoleh dan menatap putranya dengan lirih, seolah mencari sedikit pengertian. Namun, Danar hanya berdiri di tempatnya, ekspresi wajahnya campuran antara sedih, kesal sekaligus marah.“Apa maksud semua ini, Bu?”suara Danar bergetar menahan kesal. Meskipun ia marah besar pada ibunya, namun ia tidak bisa menunjukan amarahnya secara langsung. “Aku tidak pernah membayangkan Ibu bisa melakukan hal seperti ini. Pencemaran nama baik? Apa Ibu tidak berpikir dulu sebelum bertindak?”Diajeng menundukkan kepala, menggigit bibirnya seakan menahan tangis. “Ibu melakukan ini untukmu, Danar. Manggala dan Embun sudah terlalu jauh mempermainkan hidup kita. Mentang-mentang mereka punya uang dan kuasa.”Uang dan kuasa? Dua buah kata yang tentunya pernah keluarga Yudistira lakukan. Danar menghela nafas panjang. “T
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 290

Alby dan Beryl sontak berlari ke arah Laila, tapi Beryl lebih sigap. Dengan kecepatan luar biasa, ia menjatuhkan diri dan menangkap pergelangan tangan Laila tepat sebelum gadis itu jatuh ke jurang. “Pegang aku kuat-kuat!” suara Beryl penuh ketegangan. Sisi lain, beberapa pendaki tercengang melihat apa yang terjadi dalam waktu singkat itu.Laila yang pucat berusaha mempertahankan cengkeramannya. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya mulai gemetar. Penyakitnya membuat tenaganya melemah, dan ia nyaris tak mampu bertahan lebih lama. Mendadak, pada situasi saat itu sendi-sendi tubuhnya terasa ngilu. Tubuhnya terasa lemas sekali. Alby yang baru tiba melihat pemandangan itu dengan hati terbakar. Ia seharusnya yang menyelamatkan Laila! Rasa cemburu dan panik bercampur menjadi satu. Namun ia segera menepis rasa cemburu dan amarah itu, demi keselamatan Laila. “Beryl, tarik dia ke atas, cepat!” teriak Alby dilanda khawatir.Dengan sekuat tenaga, Beryl menarik Laila mendekat, dan beberapa pe
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more
PREV
1
...
252627282930
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status