Home / Pernikahan / Terjerat Gairah Pembantu Cantik / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Chapter 121 - Chapter 130

160 Chapters

Malah Bertengkar

"Tunggu dulu!"Jean yang sengaja membalikkan badannya karena enggan melihat ke arah calon mantan istrinya itu, tak merespon apapun saat Elisha kembali bersuara."Jadi kamu masih berhubungan sama pembantu itu?" tanya Elisha sedikit tak suka. "Ada apa ini? Apa jangan-jangan, kalian ada sesuatu?""Nggak usah memutar balikkan fakta Sha!""Aku yakin kalian pernah ada hubungan sama seperti yang orang-orang bilang? Ya kan?"Jean berbalik dan menatap tajam pada Elisha. Sementara wanita itu sendiri sama sekali tidak merasa takut sedikit pun dengan tatapan pria itu terhadap dirinya. "Mau aku ada hubungan apapun dengan Nilam, itu bukan urusan kamu lagi.""A—""Papa!"Elisha langsung menutup bibirnya saat Qila keluar dari dalam rumah dan berlari ke arah mereka."Papa!"Jean langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih bersahabat dan tenang saat Qila muncul sambil membawa sesuatu. "Ada apa sayang? Kena
Read more

Rahasia Nilam

"Nilam." Nama itulah yang keluar dari bibir Elisha. "Ini Nilam, Pak. Aku yakin banget. Wajah dan cara dia tersenyum mirip banget dengan mantan pembantuku."Elisha mengamati foto tersebut dengan ekspresi tak percaya. Bagaimana mungkin, pembantunya yang terbiasa berpenampilan kumal dan biasa saja, berubah menjadi putri yang cantik dan anggun seperti ini."Aku pikir, dia memang gadis yang kamu maksud, Sha," balas Dikta sambil mengangguk-anggukan kepalanya."Kenapa kamu bisa ketemu dia? Dan apa yang dia lakukan di sana?" tanya Elisha dengan nada khawatir. Entah kenapa, hatinya merasa was-was karena hal ini."Foto itu diambil saat pesta ulang tahun Mamaku tempo hari. Dan ternyata, Nilam ini anak salah satu teman Mama."Elisha masih diam. Ia menunggu sosok di sebelahnya ini menyelesaikan kalimatnya."Mama juga bilang, kalau kita dulu sempat tetanggan sebelum akhirnya aku pindah rumah. Jadi, wajar saja kalau aku merasa nama Nilam sepert
Read more

Kencan Berdua

Nilam melihat ke arah Jean yang sedang menyodorkan sebuah hadiah untuknya. Gadis yang tadinya sempat down karena perasaannya diombang-ambing oleh Jean, kini terlihat melebarkan kembali senyumnya.Siapa yang tidak senang kalau dikasih hadiah. Ya kan?"Buatku kak?"Jean mengangguk. "Kemarin Qila minta tolong padaku buat ngasih ini ke kamu."Wajah Nilam kembali lesu. Semangatnya menguar hilang entah ke mana. Hari ini Jean membuat batinnya seperti naik roller coaster. Naik turun nggak jelas. "Kirain kamu yang beli.""Emang apa bedanya?"'Jelas beda lah! Walaupun aku suka keduanya, tapi kalau hadiah dari kamu, jelas bakal beda,' rutuk Nilam dalam hati."Boleh dibuka nggak?" tanya Nilam mengalihkan pembicaraan."Boleh aja."Tanpa pikir panjang, Nilam langsung membuka kado pemberian Qila. Dia sudah penasaran dengan apa isinya. "Boneka?" seru Nilam tak percaya. Wajahnya langsung sumringah saat melihat boneka be
Read more

Romantis Banget

"Emang apa yang aku lakuin?" "Harusnya kakak nggak usah ngeluarin banyak uang buat hal yang nggak perlu gini, Kak. Kan kakak bisa tabung uangnya." "Aku udah janji buat traktir kamu, Nilam." "Tapi popcorn-nya kan nggak harus, kak. Aku bisa kok bayar pakai uangku sendiri." "Uang dari mana? Kan kamu nggak kerja?" ucap Jean. "Uang itu bisa kamu simpan buat kebutuhan sehari-hari, Nilam." Nilam memandangi popcorn di tangannya dengan wajah cemberut. "Tapi kak Jean kan juga sama. Kebutuhan kakak juga lebih banyak kan dariku? Atau— kakak juga bisa pakai uang ini buat traktir Mbak Qila. Kakak juga bisa beli makanan enak buat diri kakak sendiri kan—" Jean berhenti di depan Nilam. Ia pandangi gadis itu dengan kedua manik hitamnya yang menyorot penuh kehangatan. "Anggap aja itu sebagai rasa terima kasihku ke kamu Nilam. Soalnya kamu udah bantuin aku cari kos, bantuin cari kerja, sering bawa makanan pas aku
Read more

Jangan Mengganggunya!

'Mati aku!' rutuk gadis itu dalam hati. Bisa-bisanya ia bertemu dengan mantan pelanggannya di waktu yang sangat tidak tepat begini. "A- anda salah orang.""Enggak. Aku yakin kamu orangnya. Aku masih inget banget wajah cantik kamu," ucap pria itu lagi.Nilam menutupi wajahnya dengan jaket milik Jean. Ia berusaha untuk menghindar dari pria tersebut. "A-aku yakin bapak salah orang. Aku nggak pernah datang ke tempat kayak gitu.""Aku yakin sekali kamu orangnya. Meskipun cuma bertemu satu kali, aku nggak bisa lupain gimana servis kamu malam itu."Nilam makin gelisah. Ia ingin pergi dari hadapan pria itu agar Jean tidak mengetahui masa lalunya. Tapi sayangnya, pria tersebut justru menghalangi pergerakannya."Minggir!""Kamu mau ke mana?""Itu bukan urusan anda.""Apa kamu lagi nemenin pelanggan kamu lainnya?"Nilam tersentak kaget. Rasanya ia ingin sekali menyumpal mulut pria itu agar tidak bicara keras-keras
Read more

Stres Berat

Dua bulan kemudian..."Aaaaakkh! Gilaaa! Gue stres banget, Nilaaam!"Nilam auto mengorek kupingnya, saat Nana berteriak heboh tepat ketika dosen meninggalkan kelas mereka."Sumpah, gue benci banget ama Psikometri, Statistika. Huuh! Gue heran kenapa hitung-hitungan masih aja dibutuhin di dunia psikologi? Kenapa coba? Kenapa?" seru Nana hiperbola. Ia benar-benar dibuat stres dengan mata kuliahnya akhir-akhir ini.Nilam juga sama pusingnya dengan Nana, tapi bedanya perempuan itu lebih santai dan tidak bersikap alay seperti Nana."Lo udah ada lokasi buat KKN nggak?"Nana menoleh ke arah Nilam dengan tampang yang cukup horor. Dengan dramatis perempuan itu berucap, "Bisa-bisanya lo nanyain soal KKN di saat gue masing puyeng gara-gara liat angka yang bejibun. Nggak ada hati nurani banget sih lo, Nilam?"Nilam menggaruk keningnya. Capek banget ngomong ama temannya yang super duper lebay ini. "Ya abisnya, bentar lagi kita ka
Read more

Si Paling Setia

Nilam berdiri tak jauh dari coffee shop milik Mamanya. Ia memperhatikan jalan raya yang cukup lenggang sore ini. Sesuatu yang jarang terjadi di kota besar macam Jakarta.Gadis berambut panjang dengan jepit di dekat telinganya ini terpaksa menunggu di sana karena coffee shop sedikit ramai. Walaupun capek juga berdiri selama hampir 10 menit begini.Tapi, rasa letih Nilam seketika pudar saat sepasang telapak tangan menutupi kedua matanya dari belakang."Kak Jean!"Duda ganteng dengan seragam kerjanya yang khas itu, mengintip ke depan. Melihat wajah Nilam yang begitu pandai menebak. "Kok kamu tau ini aku?""Aroma parfum kamu itu khas banget kak. Dari jarak jauh pun udah bisa kecium," balas Nilam sambil tersenyum malu-malu. Bagaimana tidak, Jean makin lama semakin ganteng saja."Udah lama nunggunya?""Hm. Lumayan.""Maaf ya. Tadi pas mau absen, mendadak ada pesenan online lumayan banyak. Jadi, harus pending dulu deh
Read more

Minta Do'anya

"Do'ain ya, supaya perilisan bukunya lancar.""Amiiin.""Do'ain juga, biar bukunya laku keras di pasaran!""Amin.""Kalau bukunya laku dan banyak peminat, kemungkinan buat terbitin buku selanjutnya bakal lebih banyak dan besar.""Amiiin.""Soalnya, aku butuh uang itu buat biaya pernikahan kita kelak."Nilam berhenti berjalan. Ia melepaskan genggaman tangan Jean yang sejak tadi berdiri di sisinya, dan menatap pria itu tanpa berkedip."Aku— nggak salah denger kan? Apa kamu bilang barusan kak? Pe- pernikahan kita?" Nilam mengulang ucapan Jean dengan sedikit terbata. Dia ingin memastikan kalau dia sedang tidak salah dengar atau sok kepedean.Jean mendekati Nilam yang berdiri beberapa langkah darinya. Ia membungkuk sedikit agar tinggi badannya sama dengan gadis 20 tahun itu."Kamu nggak salah denger kok. Aku— emang berencana buat nikahin kamu," jawab Jean tegas. Walaupun ia ingin sekali tertawa karena melihat wajah bengong Nilam yang begitu lucu menurutnya."Ni- nikah?" ucap Nilam lagi."K
Read more

Mau Dinikahin?!

"Oh, gitu ya. Kamu ngelamar di bagaian apa?""Konsultan."Jean kembali terperangah. Dia pikir Nilam akan mengambil posisi karyawan administrasi atau Office girls. Mengingat ijasah Nilam yang cuma SMA waktu melamar kerja di rumahnya dulu."Konsultan?""Eh— gimana ya kak? Aku emang ngajuin buat jadi posisi admin. Tapi di sini malah ditulis buat jadi konsultan. Makanya aku bingung," Nilam menunjuk ke arah hapenya. Menjelaskan dengan sedikit kebohongan agar Jean tidak curiga."Oh, gitu ya?" Jean mengangguk paham. "Yaudah, nggak usah khawatir. Kamu tinggal datang aja besok sesuai jadwal. Nanti kamu bisa tanya ke HRD posisi kamu di sana."Nilam mengangguk patah-patah."Ya udah. Ayo makan. Kita rayakan keberhasilan kita hari ini."Wajah khawatir Nilam beberapa saat yang lalu, jadi hilang karena semangat Jean barusan. "Iya kak."***"Apa?! Jean pengen nikahin elo?!"Senyum di bibir Nilam tidak kunjung pudar ketika ia menceritakan hal paling bahagia itu pada Nana temannya.Bahkan, Nana saja sa
Read more

Siapa Sangka

"Mau mama bawain bekal?" tanya Bu Mala pada anaknya yang duduk tepat di sebelahnya. "Enggak ah Ma. Kayak bocah aja pakai bawa bekal." "Hari pertama kamu magang itu, bakal repot Nilam. Kamu kan harus adaptasi, belum lagi kamu nggak tau menu apa yang dijual di kantin. Jadi kan lebih enak bawa bekal." Nilam menggeleng. "Kalau gitu ya simpel aja Ma. Makan siangnya nunggu pulang magang." Mendengar jawaban putrinya, bu Mala langsung mendelik dengan wajah penuh ancaman. "Ngaco! Kalau maag kamu kambuh gimana?" "Ya tinggal minum obat maag," balas Nilam enteng. Dia sibuk mengoles selai nutella di atas rotinya. "Nggak! Nggak! Nggak!" Bu Mala berdiri dengan wajah tidak santai. "Pokoknya kamu harus bawa bekal. Titik. Mama nggak rela kalau kamu sampai sakit." Nilam yang melihat reaksi mamanya ini hanya bisa mengelus dada. Padahal dia sudah 20 tahun, tapi Mamanya selalu menganggapnya seperti bocah. "Hari ini dianter ama si Surya ya! Pulangnya juga! Mama mau denger cerita kamu pas pert
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status