Semua Bab Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Bab 111 - Bab 120

160 Bab

Aku Boleh Datang?

"Besok, aku boleh kan datang ke sidang kamu dan Jean?""Buat apa?""Ya aku ingin menunjukkan pada Jean, jika selingkuhan seorang Elisha bukanlah orang sembarangan."Wanita 28 tahun itu langsung menyikut perut bosnya. Pelan sih, tapi berhasil membuat Dikta mengaduh. "Kan tadi aku udah bilang, kalau kamu nggak usah aneh-aneh! Aku malas ribut ama Jean."Dikta menjatuhkan kembali tubuhnya di atas ranjang. Capek juga mengambil posisi miring dengan sikunya sebagai tumpuan. "Padahal aku udah begitu percaya diri buat muncul di hadapan Jean.""Kapan-kapan pasti ada waktu buat pamer ke Jean dan nunjukin siapa kamu sebenarnya. Tapi— enggak sekarang." Sambil berkata begitu, Elisha mencoba bangun dari posisi tidurnya. "Aku mau ke kamar mandi dulu. Mau bersih-bersih.""Sekarang?""Iya. Badanku rasanya udah lengket banget.""Padahal— aku mau kita lanjut part dua.""Ngaco!" tukas Elisha sambil berlari kabur dari Dikta
Baca selengkapnya

Demi Qila

"Gue sempat kepikiran sesuatu, Na..."Suara Nilam itu membuat Nana yang tadinya melamun, jadi kembali fokus memandangi gadis itu. "Apa? Lo ada niatan buat jujur?"Nilam menggeleng. Rambutnya yang dikuncir belakang tengkuk itu sampai ikut bergoyang ke kanan dan kiri."Enggak. Gue kepikiran ini barusan banget," jelas Nilam."Emang lo mikir apa?""Gue kepikiran, apa tabungan gue cukup buat beli rumah yang kemarin itu, supaya pas kak Jean datang, gue nggak ketahuan bohong," ucapnya dengan wajah yang begitu polos tanpa dosa.Nana melongo. Dia pikir Nilam memikirkan waktu yang tepat untuk jujur sama Jean, taunya malah kepikiran hal random seperti itu."Lo bener-bener ya! Kirain lo mau jujur tadi," gerutu Nana sambil menjitak kepala Nilam hingga si empunya mengaduh pelan. "Bisa-bisanya lo malah mau beli rumah orang demi nggak ketahuan."Nilam yang sedang menggosok kepalanya yang baru saja jadi korban Nana, hanya menden
Baca selengkapnya

Pengen Ketemu Papa

["Oke, Papa tutup dulu telfonnya ya! Bye Qila. I love you."] "Love you too Pa." Qila memasang wajah lesu ketika panggilan telfonnya dengan sang Papa berakhir. Ia menatap gurunya lalu mengembalikan benda hitam berbentuk persegi panjang tersebut pada wanita di sebelahnya. "Makasih bu, udah pinjemin Qila hape." Sang guru tersenyum. Ia usap kepala bocah berusia 8 tahun itu sambil berkata, "Sama-sama Qila. Nanti kalau kamu mau pinjem hape ibu buat telfon Papa kamu, bilang aja langsung ya!" Qila mengangguk pelan. "Kamu jangan sedih lagi! Fokus belajarnya ya! Kalau kamu butuh sesuatu, kamu tinggal bilang ke ibu." Qila hanya mengatakan iya dan berterima kasih karena wali kelasnya ini sangat baik padanya. "Bu guru, masuk kelas duluan ya. Kamu tunggu di sini sebentar. Jemputan kamu habis ini datang kok." "Iya Bu." Qila hanya patuh saat sang guru
Baca selengkapnya

Penasaran Parah

Nilam berdecih. "Sampai rumah aja belom, gimana gue mau ngasih tau lo!"Nana cengengesan. "Iya juga sih."Mereka berdua berjalan ke arah depan. Hari ini Nana memang tidak bawa motor karena pacarnya mau jemput. Sedangkan Nilam, meminta tolong pada Surya untuk menjemputnya.Tapi baru juga di luar gerbang, keduanya melihat kerumunan di area halte yang membuat mereka penasaran."Ada apa ya, Na? Kok kayaknya rame banget?""Enggak tau. Ada kecelakaan mungkin," jawab Nana asal. "Liat ke sana yuk!""Ngapain?""Ya cari tau aja, siapa tau kita kenal ama korban, ya kan?"Nilam sebenarnya malas untuk melihat apa yang terjadi, tapi karena Nana terus menariknya, jadi mau tidak mau, perempuan berambut panjang ini pasrah saja saat di ajak mendekat."Nak, kamu jangan nangis ya! Ayo minum dulu!""Kamu hafal nomor telfon Mama atau Papa kamu?""Rumah kamu di mana? Kok bisa sampai sini?"Nilam dan
Baca selengkapnya

Aku Rindu Mama

"Qila!"Melihat papanya berlari ke arahnya, tanpa pikir panjang, Qila langsung turun dari duduknya dan melompat ke arah pria berkemrja hitam tersebut."Papa..." Tangis bocah itu kembali meledak. Ia begitu senang bisa bertemu papanya setelah beberapa minggu berpisah. "Papa, Qila kangen..."Jean mendekap erat Qila seperti sesekor Koala yang sedang menggendong bayinya. Gadis 8 tahun itu terlihat begitu mungil saat berada dalam gendongan Papanya. "Qilaaa, Papa juga kangen sama kamu.""Papa kenapa perginya lama? Papa kenapa nggak mau nemuin Qila?" tanya gadis kecil itu sambil menangis di bahu papanya.Jean mengecup pelipis Qila sambil meminta maaf. "Maafin Papa sayang. Maafin Papa."Nilam yang berdiri tak jauh dari kedua orang itu hanya bisa mengulum senyum kecilnya. Jujur ia merasa terharu karena pertemuan ayah dan anak tersebut.*"Aku bersyukur banget, Qila ketemu sama kamu tadi. Coba kalau enggak ada kamu, mungki
Baca selengkapnya

Terpaksa Ikut Perintah Mama

"Kamu mau balik?" tanya Jean sambil memperhatikan Nilam."Iya. Soalnya aku masih ada urusan." Nilam menjawab singkat."Mau dianter?""Enggak usah!" tolaknya. "Abis ini kamu kan masih harus nganterin Qila pulang."Jean ikut berdiri saat Nilam berpamitan pada Qila. "Makasih ya karena udah bantuin jelasin situasinya ke Qila," bisik pria itu pada Nilam. "Aku sempet bingung tadi mau ngomong apa ke Qila."Wanita itu tersenyum. "Sama-sama kak," ucapnya. "Oh ya, nanti kalau ketemu Bu Elisha, tolong jangan sampai ke pancing emosi ya! Apalagi di depan Qila. Walau pun Bu Elisha emang salah, tapi tolong tahan amarah kamu."Jean menatap gadis di depannya dengan wajah kagum. Disaat begini, Nilam masih sempat mengingatkannya untuk sabar. "Hm. Aku ngerti. Makasih udah ngingetin."Nilam tersenyum malu-malu. Kebiasaan yang sulit dia hilangkan jika sudah di depan Jean. Yah— memangnya siapa yang bisa menahan diri untuk tidak tersipu di hada
Baca selengkapnya

Elisha Panik

POV ELISHA["Bu! Mbak Qila hilang! Sa- saya udah coba cari di sekitar sekolah tapi nggak ada."]Elisha yang baru keluar dari kamar mandi langsung lemas ketika mendapat kabar jika putrinya menghilang. Mungkin jika Dikta tidak ada di belakangnya, ia sudah ambruk ke lantai saking syoknya."Ada apa Sha?" tanya Dikta pada perempuan yang mulai menangis tersebut."Qi— Qila hilang Pak! Dia nggak ada di sekolah."Dikta melotot kaget. Dia bantu Elisha agar bisa berdiri dengan baik sebelum berkata, "Kamu tenang dulu!""Gimana aku bisa tenang! Qila menghilang dan aku nggak tau dia di mana, bagaimana, terus kalau terjadi sesuatu yang buruk gimana Pak?" tanya Elisha dalam satu tarikan nafas. Raut wajahnya terlihat begitu panik. Bahkan dia menggerakkan tubuhnya tanpa sadar karena terlalu cemas.Dikta menangkap bahu Elisha dan berucap, "Kamu tarik nafas dulu, Sha! Tenang! Kalau kamu panik, situasinya malah makin buruk.""Tapi i
Baca selengkapnya

Siapa Sangka

"Kamu mau balik ke kantor?" Itulah hal pertama yang Elisha tanyakan pada Dikta ketika bosnya ini baru selesai mengantarnya pulang ke rumah."Enggak. Aku ada acara soalnya," jawab pria dengan kemeja abu-abu itu."Acara apa?""Hari ini Mamaku ulang tahun. Jadi aku mau langsung balik dan OTW ke acara pesta diadakan.""Ow... Gitu ya?""Hm," gumam Dikta sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana. "Sebenarnya aku pengen ngajak kamu buat ngenalin wanita paling aku cintai ke Mama. Tapi— kayaknya kamu bakal nolak karena Qila belum pulang."Jantung Elisha sempat berdebar ketika Dikta menyebutnya seperti itu. Dan yap— wanita mana yang tidak akan bahagia jika disanjung seperti demikian?"Tapi nggak usah khawatir, lain kali aku bakal ngajak kamu ketemu khusus sama Mamaku. Okey?"Elisha mengangguk secara reflek. Lagipula siapa yang bisa menolak pria mapan seperti dikta? Hanya orang bodoh yang mungkin melakukannya.
Baca selengkapnya

Pertemuan Nilam dan Dikta

"Silahkan."Nilam menerima gelas berisi minuman dari Dikta dengan disertai senyum ramah dan ucapan terima kasih. Ia benar-benar canggung sekali sejak mamanya meninggalkan dia berdua saja dengan orang yang katanya pernah menjadi tetangganya dulu."Sekarang kamu sibuk apa?" Dikta berdiri di samping Nilam, ia sengaja mengambil spot yang sedikit sepi dari tamu undangan karena menyadari jika Nilam sedikit tak nyaman dengan keramaian."Kuliah. Sekarang udah semester 6," jawab gadis cantik itu sambil menghindar dari kontak mata yang Dikta lakukan padanya."Berarti bentar lagi lulus dong?""Kalau nggak ada hambatan sih harusnya gitu."Dikta tersenyum miring. Gelagat-gelagat khas playboy-nya keluar secara alami karena melihat kecantikan Nilam. "Ambil jurusan apa?""Psikologi," Nilam menjawab dengan singkat. Sungguh ia merasa tak nyaman karena terus dipandangi dengan amat intens oleh lawan bicaranya."Wah, keren juga," pu
Baca selengkapnya

Kemarahan Elisha

Jika di acara ulang tahun Bu Sinta, Dikta berusaha mendekati Nilam entah dengan tujuan apa. Berbeda dengan Elisha yang sibuk mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Ia menunggu dengan resah sosok Jean yang katanya sudah berjanji untuk mengantarkan Qila pulang.Wanita dengan daster tanpa lengan yang panjangnya sampai ke mata kaki tersebut, terlihat menggigit kukunya beberapa kali guna mengusir rasa gundahnya. Dia khawatir Jean tidak menepati janjinya."Mama!" Namun kekhawatiran Elisha menghilang saat orang yang sudah dia Tunggu-tunggu, akhirnya tiba juga."Mama!""Qila!" Perempuan 28 tahun itu berlari kecil menghampiri anaknya. Ia peluk anaknya tersebut dengan penuh kasih. "Qila! Kamu ke mana aja sih? Ngapain kamu pergi dari sekolah kayak tadi? Kamu mau bikin Mama cemas?""Maafin Qila Ma." Hanya tiga kata itunyang keluar dari bibir mungil Qila. Toh, mamanya ini sudah tau seperti apa kronologinya."Kamu nggak tau apa, Mama panik ban
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status