Home / Pernikahan / Terjerat Gairah Pembantu Cantik / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Chapter 101 - Chapter 110

160 Chapters

Di Mana Suami Pengangguran Itu?

Meja kerja Dikta pagi itu, tidak serapi hari-hari sebelumnya. Banyak berkas serta alat tulis berserakan di atas mejanya. Biasanya tempat itu selalu rapi ketika dan termanage dengan baik karena ada sekertarisnya. Namun, sejak Elisha tidak masuk kerja dua minggu terakhir, semuanya jadi sedikit kacau.Tidak hanya ruangannya saja yang sedikit berubah karena bukan Elisha yang merapikan semua file miliknya. Tapi jadwal hariannya juga jadi tidak teratur karena ia harus meng-handle semuanya seorang diri.Kenapa Dikta tidak mempercayakan tanggung jawab Elisha pada orang lain saja? Jawabannya karena untuk sekarang ini, Dikta tidak mau ada yang mungusik posisi perempuan itu. Entah sebagai sekretarisnya atau sebagai teman tidurnya."Haaa..." Dikta menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Mukanya tampak kusut dan lesu. Pekerjaan akhir-akhir ini benar-benar membuatnya agak stress. Ditambah lagi tidak ada perempuan yang biasa 'menghiburnya', membuat pria itu semakin frustasi saja.Ia menekan sat
Read more

Curhatan Elisha

"Oh ya, omong-omong, rumah kamu sepi banget? Ke mana suami kamu yang pengangguran itu?"Pertanyaan Dikta membuat Elisha bungkam seribu bahasa. Ia bingung apakah harus menceritakan masalah ini pada bosnya atau tidak.Merasa ada yang aneh dengan perempuan itu, Dikta pun mendekati Elisha dan duduk di sebelahnya. "Elisha? Kenapa kamu diem aja? Sebenarnya apa yang terjadi?""Kamu kenapa Sha? Coba cerita sama aku!"Perempuan berdaster midi itu menatap bosnya dengan raut gelisah. Ia bingung harus memulai ceritanya dari mana."Elisha..." Dikta memindah posisi duduknya menjadi di sebelah Elisha. Ia mendekati wanita itu sambil mengenggam tangannya. "Aku bakal dengerin apapun masalah kamu."Elisha menggigit bibir bawahnya, "Mas Jean, udah tau semuanya Pak."Satu kalimat yang Elisha ucapkan, berhasil membuat Dikta tersentak. "Kamu serius?""Iya Pak. Saat kita ke clubbing waktu itu, ada seseorang yang nggak sengaja mergokin aku. Dia sengaja ngerekam video saat kita berciuman, dan melaporkannya ke
Read more

Dipecat Karena Fitnah

"Dita.""Dita?""Iya. Dia karyawati di perusahaan kamu, Pak. Dia orang yang menghasut Mas Jean dan memberitahu ke dia soal perselingkuhan kita."Dikta mengerutkan keningnya. "Dita— aku tau orangnya. Dia orang yang suka tebar pesona itu kan?"Elisha mengangguk."Jadi, kamu mau aku pecat dia?" tanyanya sembari menatap Elisha dengan dalam."Iya. Aku ingin kamu pecat dia tanpa pesangon sepeserpun."Pria tampan itu menarik sudut bibirnya. "Itu masalah sepele buatku, Sha. Bahkan sekarang pun aku bisa melemparnya keluar dari kantor.""Yang bener?""Tentu aja. Kamu mau bukti?"Wanita berambut panjang itu menggeleng. "Enggak perlu! Aku percaya kok sama kamu."Dikta tersenyum. Senang bisa membantu wanita itu."Sama satu lagi Pak.""Siapa lagi?""Dia mantan pembantuku Pak. Orang yang sudah ngasih video ciuman kita ke Mas Jean." Suara Elisha mulai terdengar rendah. Seolah ada nada kebencian di dalamnya. "Aku kesel banget sama dia, Pak. Karena dia semuanya jadi berantakan.""Pembantu kamu yang kat
Read more

Bucin Akut

"Kenapa? Kamu nggak bisa buktiin siapa yang fitnah kamu kan?""Aku akan cari tau orangnya, aku akan buktikan kalau aku emang nggak ngelakuin semua tuduhan itu, Bu.""Dita—" sela sang HRD. "Aku sama sekali nggak peduli dengan urusan pribadi kamu. Terserah kamu mau pacaran sama siapa pun, aku nggak mau tau. Tetapi, apa yang terjadi hari ini adalah kesalahan fatal yang nggak bisa ditolerir."Dita menggelengkan kepalanya. Setiap kata yang HRD ucapkan, selalu berhasil membuatnya semakin down dan ketakutan."Apa yang kamu lakukan ini sama aja mencoreng nama baik perusahaan.""Tapi aku nggak salah, Bu.""Sekarang gini aja— kamu tulis surat pengunduran diri dan keluar dari perusahaan ini tanpa pesangon."Dita terhentak. Ia langsung maju mendekati meja HRD dan kembali memastikan jika telinganya tidak salah dengar. "Apa?! Aku dipecat?""Iya."Perempuan itu menggeleng tak terima. "Ini nggak adil, Bu. Aku bahkan ng
Read more

Memandang Dari Kejauhan

"Gue udah pernah nembak dia kok. Cuman, ditolak."Nana mendengkus. "Ya lagian, lo dulu bilang cinta karena iseng doang kan pengen godain dia. Sekarang lo malah kena karma karena omongan sendiri.""Mana gue tau, kalau gue bakal sesuka ini sama dia."Nana mengernyitkan dahinya. Nilam mode bucin agak disgusting untuknya."Pulang aja yuk. Udah 3 jam kita bengong kayak orang bodoh di sini!" ajak Nana tak berapa lama kemudian."Buru-buru banget?""Buru-buru kamu bilang? Pantat gue aja sampai panas."Nilam berdecak. Dia masih ingin di sini mengawasi Jean, tapi Nana malah mengajaknya pulang. "Nanti aja bisa nggak? Satu jam lagi," pinta Nilam sambil menangkupkan kedua tangannya."Enggak bisa Nilam sayaaang. Pacar gue mau datang ke kosan. Jadi gue harus nonton yang cantik buat nyambut dia," tolak Nana sambil berdiri dari duduknya. Bahkan ia sudah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas."Ck. Nggak asik lo."
Read more

Cowok Caper

"Hai Manis, sendirian aja nih?"Nilam langsung menggeser tubuhnya sambil mengamankan tasnya dengan memeluknya erat di depan dada, ketika seorang pria yang tidak dia kenal, tiba-tiba duduk di sebelahnya dengan jarak yang cukup dekat."Lagi nunggu bis ya?" Pria muda yang sepertinya masih kuliah sama seperti Nilam ini, tersenyum genit ke arah sang gadis."Apa sih? Nggak jelas banget!" gumam Nilam dengan alis berkerut."Cantik-cantik gini kok naik bis sih? Apa nggak takut desek-desekan?" tanya pria itu sambil sesekali menginaskan poninya. Membuat Nilam makin ilfeel."Kakak bawa motor nih, mau bareng nggak?"Nilam melongo. "Kalo lo bawa motor, kenapa malah ke sini? Nggak jelas banget!""Soalnya kakak ini nggak tega liat ada perempuan cantik bengong sendirian di halte. Makanya aku berinisiatif buat nawarin kamu tumpangan." Ia menatap Nilam dengan kelopak mata yang terbuka separuh. Niatnya supaya terlihat keren, tapi jatuhnya m
Read more

Sakitnya Brokenhome

"Kak Jean kok bisa muncul di sini?""Tadinya aku nyusul kamu ke cafe seberang, tapi pas aku liat kamu nggak ada, aku jalan aja ke sini. Dan taunya, kamu malah digodain sama cowok gak jelas kayak tadi."Nilam melotot. Gadis mengerutkan keningnya sambil mencerna apa yang Jean katakan. "Bentar— kok Kakak bisa tahu kalau aku ada di cafe itu tadi?"Jean mengacak poni Nilam sambil tersenyum. "Nggak cuma tadi aja, Nilam. Tapi hampir tiap hari aku liat kamu nongkrong di sana ama temen kamu." Jean tersenyum puas saat melihat wajah panik Nilam.Pipi Nilam memerah seketika. Bisa-bisanya Jean tau kalau dia sering memandanginya diam-diam."Kamu emangnya nggak kerja tiap hari nongkrong di sana?""Aku— pengangguran," Nilam menjawab dengan asal."Pantesan."Gadis itu meringis sungkan. Setiap bertemu Jean, ada saja kebohongan yang keluar dari mulutnya. Ia sendiri sampai heran."Pulang yuk!" ajak Jean."Kan haru
Read more

Jangan Sedih!

"Kenapa kamu mikir gitu?""Aku tau betul posisi anak-anak brokenhome, karena aku juga mengalaminya, kak. Aku bisa merasakan sakitnya Mbak Qila karena harus pisah sama orang tuanya," Nilam makin sesenggukan. Kisah masa kecilnya dulu sama pahitnya dengan Qila. Tapi bedanya, papanya dulu tidak sebaik Jean, yang masih berusaha mencarinya dan menghubunginya meski pisah rumah. Sedangkan Papanya sendiri, setelah pergi dengan selingkuhannya, papanya justru menghilang tanpa kabar. Dan baru muncul lagi beberapa tahun ke belakang dengan tanpa rasa bersalah pula."Lagi-lagi, karena keegoisan orang dewasa, anak-anak harus jadi korban." Nilam benar-benar tak kuasa menahan kesedihannya. "Padahal, disaat seperti ini, pasti dia sangat butuh sosok papanya— tapi karena keadaan, dia nggak bisa ketemu dan merasakan kasih sayang papanya lagi."Jean berdiri dari duduknya dan pindah tepat di sebelah Nilam. Ia menarik belakang kepala Nilam dengan lembut dan memeluknya. T
Read more

Kamu Gak Kesiapan?

"Kenapa kamu mikir gitu?""Aku tau betul posisi anak-anak brokenhome, karena aku juga mengalaminya, kak. Aku bisa merasakan sakitnya Mbak Qila karena harus pisah sama orang tuanya," Nilam makin sesenggukan. Kisah masa kecilnya dulu sama pahitnya dengan Qila. Tapi bedanya, papanya dulu tidak sebaik Jean, yang masih berusaha mencarinya dan menghubunginya meski pisah rumah. Sedangkan Papanya sendiri, setelah pergi dengan selingkuhannya, papanya justru menghilang tanpa kabar. Dan baru muncul lagi beberapa tahun ke belakang dengan tanpa rasa bersalah pula."Lagi-lagi, karena keegoisan orang dewasa, anak-anak harus jadi korban." Nilam benar-benar tak kuasa menahan kesedihannya. "Padahal, disaat seperti ini, pasti dia sangat butuh sosok papanya— tapi karena keadaan, dia nggak bisa ketemu dan merasakan kasih sayang papanya lagi."Jean berdiri dari duduknya dan pindah tepat di sebelah Nilam. Ia menarik belakang kepala Nilam dengan lembut dan memeluknya. T
Read more

Sentuhan Hangat (21+)

"Emang kamu nggak kesepian?" tanya Dikta dengan nada seduktif."Sidang putusan cerai ku saja baru besok, masa aku udah ngomongin pasangan? Gimana kata orang-orang coba?" tanya Elisha balik. Ia memutar kepalanya ke belakang agar bisa melihat wajah sang atasan."Kenapa harus memikirkan orang lain? Kan kita yang jalanin?""Sama aja, Pak. Aku masih belum siap denger cacian orang-orang."Dikta menghela nafas panjang. Dia meminta Elisha bangun agar bisa membalik badannya dan berhadapan langsung dengan dirinya."Mungkin psikis kamu emang belum siap sama omongan orang lain, tapi— gimana sama ini?" Dikta menelusuri bibir Elisha dengan menggunakan jari telunjuknya. "Ini..." Lalu turun ke bawah melewati dagu dan leher jenjang sang sekretaris.Elisha memejamkan mata sembari menahan nafas saat jari Dikta mulai melewati perpotongan dadanya hingga ke pusar."Dan ini?" tanya Dikta lagi sambil menghentikan jarinya di tengah-tengah kedua
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status