Home / Pernikahan / Terjerat Gairah Pembantu Cantik / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Chapter 141 - Chapter 150

160 Chapters

Terima Saja

"Bapak akan menjadikan kamu sebagai sekretaris pribadiku di kantor."Jean tak bergeming. Tawaran yang pria asing itu berikan membuat ia kehabisan kata-kata."Bapak nggak salah?" tanya Jean memastikan. "Saya ini cuma seorang barista, side job saya juga hanya sebagai pekerja freelance. Saya sama sekali nggak punya bakat untuk jadi sekertaris, Pak."Pak Wijaya tersenyum. Ia menepuk bahu Jean dan kembali berkata, "Melihat kamu yang sampai punya beberapa pekerjaan dalam satu waktu, justru membuatku paham, betapa pekerja kerasnya kamu, Jean.""Soal mampu atau enggak, tidak bisa dinilai hanya dari omongan aja. Tapi harus ada action yang menunjukkan apakah benar kamu bisa mengemban tugas yang aku berikan," lanjut Pak Wijaya yang tampaknya sudah begitu mantap memilih Jean untuk menjadi salah satu orang kepercayaannya."Tapi kenapa harus saya, Pak?" tanya Jean lagi. Dia benar-benar bingung sekarang ini. Antara senang, syok, dan takut. Campur aduk s
Read more

Hampir Ketahuan

["Kamu kok mendadak jadi cenayang sih? Bisa tau apa yang bakal terjadi."]Jawaban Jean itu membuat Nilam mempoutkan bibirnya. "Tuh kan, pasti bakalan sibuk deh?"["Aku masih harus banyak belajar di pekerjaanku yang baru ini Nilam. Jadi mungkin bakalan sibuk juga selama beberapa waktu ke depan."]"Terus aku kalau kangen gimana?" Rengekan Nilam itu sukses membuat orang-orang yang ada di sana jadi menoleh ke arah Nilam. Tapi Nilam yang sudah bucin, mana peduli dengan hal-hal semacam itu. ["Maaf sayaaang. Tapi aku janji kalau ada waktu aku bakal telfon kamu. Video call kalau perlu."]"Wajib sih kalau itu."Terdengar suara tawa Jean dari line seberang. ["Kamu udah sarapan?"]"Udah."["Udah nyampek kantor?"]"Iya, ini OTW ke ruanganku."["Yaudah, semangat ya kerjanya. Nanti pas jam makan siang, aku telfon kamu lagi."]"Okey. Kamu juga semangat kak. Bye. Love you—"Nilam langsung me
Read more

Dikerjain

"Bapak bener juga sih, tapi—""Besok kan hari sabtu? Lebih baik kamu ambil cuti." Belum selesai bicara, Pak Wijaya lebih dahulu memotong ucapan Jean."Tapi saya harus menghafalkan materi yang akan saya sampai kan di acara pertemuan, Pak. Saya takut kalau santai-santai, nanti presentasi saya nggak tereksekusi dengan baik.""Apa kamu nggak kangen sama anak dan pacar kamu?" tanya Pak Wijaya. "Kalau kamu enggak merasa begitu, coba posisikan diri kamu sebagai mereka, Je!"Bapak kandung Qila ini langsung terdiam ketika mendengar ucapan Pak Wijaya. Sebenarnya, dia cukup tertohok karena kata-kata lelaki di hadapannya."Anak kamu pasti kangen sama Papanya, dia pasti berharap Papanya akan pulang dengan membawa banyak hadiah. Apa kamu tega ngebiarin anak kamu nahan kangen ke Papanya sendiri?""Tentu aja enggak, Pak. Mana tega saya gitu ke Qila.""Ya udah. Besok kamu cuti aja dulu! Habiskan waktu berharga kamu sama Qila," kata Pak W
Read more

Sakit

"Nilam, lo beneran nggak apa?" Wajar temannya itu khawatir, apalagi wajah gadis itu sudah terlihat pucat. "Apa sih? Lebay banget!" Nilam menatap ke arah Elisha dengan pandangan yang sedikit memburam. Dia tidak mood menjawab ocehan wanita itu. Nilam berjalan ke luar sambil mengeluarkan ponselnya, niatnya untuk menelfon supir supaya bisa menjemputnya. Dia benar-benar lemas sekarang gara-gara penyakitnya. "Halo... Bisa jemput sekarang nggak Sur?" "Gue di kantor nih. Baru keluar." "Udah buruan jangan banyak nanya! Kepala gue pusing banget nih! Darah rendah gue kambuh kayaknya." "Gue tungguin di pos satpam ya! Jangan lama-lama! Kalo lo kelamaan, gue aduin lo ke Mama! Awas aja!" "Ugh..." Nilam menyandarkan kepalanya di dinding pos. Padahal satpam sudah menyuruhnya untuk menunggu di dalam, tapi dia malah menolak karena takut orang-orang ini berbuat macam-macam. Catat! Ini kota besar, tidak ada yang bisa dipercaya bahkan pada orang terdekat kita. "Nilam!" Gadis itu tampak sumringah
Read more

Mode Patuh

"Kamu sekarang kerja di mana? Kok kayaknya sibuk banget?""Aku kerja ikut orang. Aku bantuin dia ngurusin pegawai yang kerja ama dia."Nilam mengerutkan keningnya. "Gimana? Gimana? Aku bingung dengernya."Jean mengusap puncak kepala Nilam dan berkata, "Nanti kamu juga bakal tau.""Oh, jadi kamu udah mulai main rahasia-rahasiaan nih?""Kayak kamu enggak aja."Deg!Nilam membeku."Kenapa wajah kamu tegang banget? Kamu nggak lagi nutupin sesuatu kan sekarang?" tanya Jean dengan mimik wajah serius.Gadis itu menarik selimut yang dia kenakan dan menutupi separuh wajahnya dengan kain itu. "Enggak kok," beonya.Jean tak mengatakan apapun. Dia hanya memandangi Nilam sebelum berkata, "Tidur gih! Nanti aku bangunin kalau infusnya udah habis."Gadis 20 tahun itu mengangguk. Ia patuh begitu saja dengan apa yang Jean perintahkan.Dan sekarang, sembari menunggu Nilam istirahat, Jean mengambil hapenya dan mulai mengerjakan materi yang harus ia siapkan untuk presentasi dua minggu lagi. Tapi, baru 30
Read more

Ketahuan

Nilam berusaha untuk tidak menangis. Tapi apesnya, air matanya itu malah keluar dengan sendirinya. Dadanya sesak, takut, khawatir, sedih. Campur aduk."Lho? Lho? Nilam, kamu kenapa nangis? Mana yang sakit? Mau Mama panggilin dokter?" Bu Mala yang melihat anaknya tiba-tiba menangis tentu saja kaget. Dia langsung memperhatikan putrinya dan mengecek bagian mana dari anak-anaknya yang sakit."Mama... Gimana ini?""Apanya yang gimana?" tanya Bu Mala kebingungan."Calon mantu Mama, kayaknya marah sama aku," rengek Nilam sambil memeluk Mamanya.Bu Mala mengerutkan keningnya. "Kamu ini ngomong apa? Calon mantu gimana maksudnya?"Dan Nilam, bukannya menjawab malah terus memeluk Mamanya sambil terisak.***Jean duduk di atas motornya dengan mimik wajah kalut. Bagaimana tidak, dia terus saja memikirkan kejadian selama beberapa waktu kebelakang. Mengenai Nilam dan semua rahasianya yang perlahan-lahan mulai menemukan titik t
Read more

Mama mau kita putus?

"Apa Ma? Mama mau minta kita putus?" tanya Nilam dengan suara pelan."Mama sih nggak peduli kalian mau putus atau enggak. Tapi Mama cuma kamu lebih hati-hati cari pasangan. Kamu yakin nggak Jean itu udah selesai ama masalalunya?""Yakin. Kan mereka pisah karena mantan istrinya selingkuh, udah jelas dong kalau mereka nggak bakal bisa rujuk," jawab Nilam sambil menikmati buah mangga yang sudah di kupas dan di potong oleh Mamanya."Terus anaknya gimana? Kamu yakin anaknya bisa nerima kamu?""Yakin-lah. Kita deket bahkan pas aku masih jadi pembantu di sana."Bu Mala memicingkan kedua matanya. "Mantan istrinya? Gimana sikap dia ke kamu?"Kali ini Nilam tidak bisa menjawab pertanyaan sang Mama. "D-dia...""Perempuan itu punya sisi nggak mau kalah Nilam. Jadi kamu harus pastikan, mantan istrinya udah move on atau belum. Kalau enggak—" Bu Mala sengaja memberi jeda atas ucapannya agar Nilam jadi penasaran."Enggak apa Ma
Read more

Dunia Kita Berbeda

"Dari siapa?" Tanya Bu Mala kepo."Dari Nana," jawab Nilam. "Ya udah ma, aku ke atas dulu ya. Mau istirahat."Bu Mala memperhatikan putrinya itu dengan wajahnya yang sedikit tak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Bu Mala. Tapi sepertinya, ada sesuatu yang sedang dia rencanakan.***"Gue bingung banget Na."Nana yang sedang menyeruput jus jeruknya, langsung menoleh ke arah Nilam. Ia melihat tatapan kosong sahabat baiknya dengan raut prihatin."Bingung kenapa?""Udah tiga hari sejak malam itu, Jean beneran nggak ada kabar, Na. Dia nggak pernah balas atau angkat telfon gue, padahal dia lagi On.""Dia butuh waktu mungkin, Nilam. Yah, lo tau kan gimana sikap cowok? Mereka kan gengsinya setinggi langit.""Tapi kan gue udah minta maaf, Nana. Gue juga enggak sengaja bohong kok. Gue cuma nggak mau dia ngerasa minder syau yang lainnya," ucap Nilam berusaha membela diri. Ia memeluk boneka pemberian Qila sambi
Read more

Bertemu Dengan Bu Mala

"Nak Jean, maaf ya kalau Tante dadakan banget pas ngajak kamu ketemu."Jean duduk dengan sedikit tak nyaman saat berhadapan langsung dengan ibu kandung Nilam siang ini. Jujur dia juga heran mengapa bisa begitu cepat mengiyakan ajakan bu Mala untuk bertemu."Enggak masalah kok, Tante. Kebetulan hari ini saya nggak begitu sibuk." Yup, hari ini jadwalnya untuk menemani Pak Wijaya memang sedang kosong. Karena pria itu sedang ada jadwal check up bulanan sehingga mereka tidak perlu ke kantor.Bu Mala mengamati Jean dengan seksama. Menurutnya Jean cukup baik dari segi penampilan dan juga cara berbicara. Dia sopan dan terlihat sangat menghormati orang tua."Gimana hubungan kamu sama Nilam? Baik-baik aja?"Jean tidak langsung menjawab. Dia terlihat kebingungan untuk berkata apa."Sebenarnya Nilam udah jelasin semuanya. Dari awal kalian bertemu dan soal masalah pertengkaran kalian," ucap Bu Mala lagi. Gayanya yang anggun dan berwibawa memb
Read more

Jauhi Nilam!

Jean mengangguk. "Saya nggak ada niatan sama sekali buat ninggalin dia."Bu Mala menggelengkan kepalanya. Anak muda jaman sekarang memang super keras kepala. Terutama si Jean, padahal dia sudah pernah menikah dan merasakan pahit manisnya berumah tangga. Tapi masih saja bersikeras untuk mendekati Nilam."Oke-oke. Tante ngerti kok. Yah anak jaman sekarang kan emang susah kalau sekedar dikasih teori aja.""Maafin saya Tante.""Enggak usah minta maaf," ucap Bu Mala lagi. "Yang penting kamu harus bisa buktiin kalau omongan kamu ini bener. Nggak sekedar tong kosong doang."Jean menganggukkan kepalanya. Dia menerima tawaran bu Mala dengan sangat terbuka. "Saya nggak akan bikin Tante kecewa.""Lebih tepatnya Nilam. Tante nggak mau, kamu buat dia kecewa.""Saya paham, Tante."Suasana tegang di antara kedua orang itu mulai mereda. Bahkan Bu Mala dengan senang hati mempersilahkan Jean untuk menikmati minumannya lagi.
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status