Share

Dunia Kita Berbeda

last update Last Updated: 2024-11-16 19:30:28

"Dari siapa?" Tanya Bu Mala kepo.

"Dari Nana," jawab Nilam. "Ya udah ma, aku ke atas dulu ya. Mau istirahat."

Bu Mala memperhatikan putrinya itu dengan wajahnya yang sedikit tak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Bu Mala. Tapi sepertinya, ada sesuatu yang sedang dia rencanakan.

***

"Gue bingung banget Na."

Nana yang sedang menyeruput jus jeruknya, langsung menoleh ke arah Nilam. Ia melihat tatapan kosong sahabat baiknya dengan raut prihatin.

"Bingung kenapa?"

"Udah tiga hari sejak malam itu, Jean beneran nggak ada kabar, Na. Dia nggak pernah balas atau angkat telfon gue, padahal dia lagi On."

"Dia butuh waktu mungkin, Nilam. Yah, lo tau kan gimana sikap cowok? Mereka kan gengsinya setinggi langit."

"Tapi kan gue udah minta maaf, Nana. Gue juga enggak sengaja bohong kok. Gue cuma nggak mau dia ngerasa minder syau yang lainnya," ucap Nilam berusaha membela diri. Ia memeluk boneka pemberian Qila sambi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bertemu Dengan Bu Mala

    "Nak Jean, maaf ya kalau Tante dadakan banget pas ngajak kamu ketemu."Jean duduk dengan sedikit tak nyaman saat berhadapan langsung dengan ibu kandung Nilam siang ini. Jujur dia juga heran mengapa bisa begitu cepat mengiyakan ajakan bu Mala untuk bertemu."Enggak masalah kok, Tante. Kebetulan hari ini saya nggak begitu sibuk." Yup, hari ini jadwalnya untuk menemani Pak Wijaya memang sedang kosong. Karena pria itu sedang ada jadwal check up bulanan sehingga mereka tidak perlu ke kantor.Bu Mala mengamati Jean dengan seksama. Menurutnya Jean cukup baik dari segi penampilan dan juga cara berbicara. Dia sopan dan terlihat sangat menghormati orang tua."Gimana hubungan kamu sama Nilam? Baik-baik aja?"Jean tidak langsung menjawab. Dia terlihat kebingungan untuk berkata apa."Sebenarnya Nilam udah jelasin semuanya. Dari awal kalian bertemu dan soal masalah pertengkaran kalian," ucap Bu Mala lagi. Gayanya yang anggun dan berwibawa memb

    Last Updated : 2024-11-16
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Jauhi Nilam!

    Jean mengangguk. "Saya nggak ada niatan sama sekali buat ninggalin dia."Bu Mala menggelengkan kepalanya. Anak muda jaman sekarang memang super keras kepala. Terutama si Jean, padahal dia sudah pernah menikah dan merasakan pahit manisnya berumah tangga. Tapi masih saja bersikeras untuk mendekati Nilam."Oke-oke. Tante ngerti kok. Yah anak jaman sekarang kan emang susah kalau sekedar dikasih teori aja.""Maafin saya Tante.""Enggak usah minta maaf," ucap Bu Mala lagi. "Yang penting kamu harus bisa buktiin kalau omongan kamu ini bener. Nggak sekedar tong kosong doang."Jean menganggukkan kepalanya. Dia menerima tawaran bu Mala dengan sangat terbuka. "Saya nggak akan bikin Tante kecewa.""Lebih tepatnya Nilam. Tante nggak mau, kamu buat dia kecewa.""Saya paham, Tante."Suasana tegang di antara kedua orang itu mulai mereda. Bahkan Bu Mala dengan senang hati mempersilahkan Jean untuk menikmati minumannya lagi.

    Last Updated : 2024-11-17
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Ciuman Panas Untuk Dikta (21+)

    "Hai sayang, gimana kabar kamu?" Nilam yang baru saja masuk kerja lagi setelah absen hampir seminggu, dibuat merinding gara-gara panggilan sayang yang Dikta tujukan padanya. "Sayang! Sayang! Emang gue cewek apaan sembarangan dipanggil sayang!" CEO tampan itu tertawa. "Kayaknya kamu beneran udah sehat. Buktinya, udah bisa segalak ini." Nilam mendengkus. Ia memilih diam dan fokus memperhatikan angka di lift yang menujukan sampai di lantai mana dia saat ini. "Kamu bolos nya lama banget, kan aku kangen." "Nggak tau malu!" "Kenapa harus malu! Kangen ini kan bukan kesalahan atau aib," balas Dikta sambil menarik sebelah sudut bibirnya. "Lo kan udah punya Bu Elisha, urus aja dia yang bener!" amuk Nilam sambil menatap Dikta dengan tajam. "Gimana ya..." Dikta menggaruk belakang kepalanya. "Aku udah mulai jenuh ama dia."

    Last Updated : 2024-11-17
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Kenapa Baru Sekarang?

    "Ahh!" Nilam tersentak saat jari Dikta mulai menggerilya di area sensitifnya. Menggosok bibir kewanitaannya hingga membuat Nilam was-was. "Di sini ada yang basah, Nilam." Gadis itu menggelengkan kepalanya. Menatap Dikta yang menyeringai puas ke arahnya. "Kayaknya bagian ini minta dipuasin juga." "Diam! Jangan macam-macam lo!" "Makanya, jangan cari gara-gara." "Di— Dikta jangan! Jangan! Aku mohon—" Nilam kian panik saat Dikta mulai melucuti dalamannya. Ia berusaha menutupi miliknya yang jadi pusat perhatian Dikta dengan tangannya. Tapi tentu saja, hal itu sama sekali tidak berpengaruh pada Dikta. Lelaki itu dengan mudah mencengkram kedua tangan Nilam dan menaruhnya di atas kepala. Rudal miliknya sudah siap menerobos masuk lubang surgawi milik Nilam. Tapi belum sempat itu terjadi, seseorang memanggil namanya dari arah luar. "Pak! Pak Dikta! Pak Dikta!" "PAK!!!!" Pemuda itu tersentak dari lamunannya. Ia mengerjabkan kedua matanya dan melihat ke sekitar. Dia masih berad

    Last Updated : 2024-11-18
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Mantan Bikin Gamon

    "Kenapa baru sekarang?" Pertanyaan Elisha barusan membuat Jean kembali melirik ke arahnya. "Kenapa nggak dari dulu kamu cari kerjaan yang tepat? Kenapa harus nunggu kita cerai dulu?" "Emang penting bahas itu sekarang?" tukas Jean balik. "Bukannya kamu juga udah nyaman sama selingkuhan kamu." "Ya kalau kamu bisa nyukupin semua kebutuhanku dan Qila, mana mungkin dulu aku selingkuh." Elisha membalas sindiran Jean dengan kalimat barusan. Berharap Jean paham kalau dia turut andil dengan segala perbuatan yang dulu pernah ia lakukan. "Anggap aja kita emang nggak jodoh," tutur Jean lagi. Sesekali pandangan matanya tertuju ke arah Qila yang sedang bermain dengan sangat riang tak jauh darinya. Elisha berdecak. Dia kadang tidak bisa memahami dengan betul isi kepala mantan suaminya ini. "Oh ya, omong-omong soal Qila. Lain kali kalau mau ajak pergi jangan dadakan! Soalnya aku nggak bisa tiba-tiba ijin cuti gitu aja!" "Ya harusnya kamu nggak perlu ikut kan? Toh, Qila pergi sama Papan

    Last Updated : 2024-11-18
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Galau Akut

    Nilam berjalan mondar-mandir di area pintu keluar mall. Bukannya dia caper atau kurang kerjaan, tapi dia sengaja berdiri di sana karena sedang menunggu Jean. Yup, kali ini mereka harus bicara. Dia tidak mau digantung dengan ketidakpastian seperti sekarang. "Kak Je—" Nilam menutup mulutnya. Dia bisa saja meneruskan panggilannya. Tapi sayangnya, saat melihat Qila, dia reflek merungkan niatnya. 'Enggak Nilam! Lo nggak boleh egois. Kalau lo buat keributan di sini, kasian nanti sama Qila.' 'Tahan Nilam! Tahan!' Gadis dengan rambut di ikat di belakang tengkuk itu memilih untuk menjauh dan mengawasi Jean dengan sembunyi-sembunyi. Gadis itu memperhatikan ketiga orang tersebut yang sibuk menata barang yang mereka beli dan memasukkannya ke bagasi. Ia mengintip Jean dari kejauhan dengan gaya lucu karena beberapa kali hampir ketahuan. "Kali ini, lo nggak akan gue lepasin kak," gumam Nilam pada dirinya sendiri. * Nilam itu super nekat kalau sudah ada kemauan. Apa yang jadi tujuannya,

    Last Updated : 2024-11-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Ayo putus!

    Nilam yang sedang mengusap air matanya dengan telapak tangan, dibuat membeku ketika Jean berkata begitu padanya. Apa maksud pria ini? Apa Jean sengaja berkata demikian agar mereka bisa putus? "Kamu kan masih bisa cari pria yang mapan, single, nggak punya masa lalu buruk sepertiku. Di luar sana, banyak lho pemuda-pemuda yang lebih cocok buat dampingin kamu. Seha—" "Tapi hatiku cuma milih kamu, kak! Terus aku harus gimana kalau kayak gitu?" Jean menahan nafas ketika kalimatnya di potong oleh Nilam. Ia jujur agak tertohok dengan kalimat yang di lontarkan oleh perempuan di sebelahnya. "Aku bisa aja cari cowok seperti yang kakak maksud. Tapi aku nggak yakin bisa bahagia jika nggak sama kakak." "Aku duda, Nilam. Dan Elisha bakal terus jadi bayang-bayang saat kita bersama nanti. Emang kamu nggak ngerasa cemburu kalau seandainya Elisha datang dan berusaha menggodaku dengan dalih demi kebaikan Qila?" Ia melihat ke arah Nilam dengan skor matanya. "Aku tau kakak nggak akan tergoda ama

    Last Updated : 2024-11-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Keadaan Yang Tidak Memungkinkan

    "Sekarang, ayo kita fokus di dunia masing-masing." Nilam benar-benar tidak bisa berkata-kata. "Kalau pada akhirnya kita hanya ketemu buat putus, mending kita nggak usah ketemu aja hari ini. Lebih baik aku Berkhayal jadi pacar kamu dan bahagia, daripada aku harus ngerasain kecewa karena pisah sama kamu, kak." "Maafin aku, Nilam." Gadis itu mendorong Jean menjauh dari hadapannya. Ia membuka pintu mobil dengan agak kasar dan turun dari kendaraan tersebut dengan serampangan. Ia sama sekali tidak menengok ke arah Jean saking kesalnya. Ia begitu terluka dengan keputusan sepihak lelaki itu terhadap dirinya. Nilam tidak tau saja, jika yang sakit hati bukan hanya dia. Tapi Jean juga sama saja. Pria itu terlihat beberapa kali mengusap wajahnya dengan gusar. Jean menempelkan kambingnya di roda kemudi sambil merapalkan kata maaf berapa kali untuk Nilam. Yang tentu saja tidak bisa didengar langsung oleh gadis itu. "Maafin aku Nilam... Maafin aku..." * "Kamu kenapa? Kesambet? Daritad

    Last Updated : 2024-11-21

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Cie, Cemburu

    "Nyariin apa?"Itulah yang Jean tanyakan saat setelah tim devisi Nilam memberikan presentasi mengenai solusi pengembangan marketing perusahaan. Semua anggota tim satu persatu keluar dari ruangan Jean, kecuali Nilam yang masih terlihat kebingungan."Nyariin pulpen Pak.""Jatuh?" tanya Jean sambil ikut ngintip di bawah meja."Enggak tau." Nilam membuka file-file di atas meja. Barang kali pulpennya terselip di sana."Ya udah, beli lagi aja! Kan cuma pulpen.""Enggak bisa gitu Pak.""Kenapa gak bisa?""Itu pulpen hadiah dari mas crush," jawab Nilam yang kini mulai mencari di bawah meja. Tapi benda itu tidak ada di sana. "Itu pulpen penting banget buat saya. Soalnya kalau pake itu pulpen saya jadi kebayang-bayang wajah mas crush."Mendengar penjelasan Nilam, Jean langsung berhenti membantunya untuk mencari benda tersebut. Duda 32 tahun ini malah merebahkan punggungnya di kursi kerjanya dan membiarkan Nilam sibuk sendiri."Oh si Dewa ya? Jadi— kalian pacaran?" tanya Jean dengan nada tak ser

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Misi Pertama

    "Gimana Mba? Kamu setuju atau enggak?" tanya Talita tidak sabaran.Nilam menghela napas panjang, menimbang-nimbang tawaran gila dari Talita dan Rina. Otaknya berkata ini konyol, tapi hatinya juga ikut penasaran sebenarnya."Ya deh, aku ikut," ujar Nilam akhirnya.Talita dan Rina langsung bersorak pelan. "Yes!" Keduanya terlihat happy."Tapi kita harus bikin ini natural. Dan jangan sampek ada yang tau niat kita ini," tambah Nilam sambil melirik mereka dengan waspada. "Tenang aja, Mba. Ini bakal jadi rahasia kita bertiga," ucap Talita percaya diri. "Besok, kamu harus mulai akting sibuk chatting atau telponan sama 'pacar' barumu di kantor. Jangan langsung heboh, cukup kasih kesan kalau kamu lagi deket sama seseorang."Rina mengangguk setuju. "Yup. Kamu harus akting seolah-olah sedang kasmaran."Nilam menyipitkan mata. "Itu cringe banget gak sih?"Talita tertawa. "Ya biar terasa nyata, Mba. Lagian, Pak Jean pasti penasaran kalau kamu tiba-tiba sering senyum-senyum sendiri." Nilam masi

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ke Makan Seseorang

    "Btw, kamu belum jawab pertanyaanku, Mba. Kok kamu keliatan happy banget pulang meeting? Apa ada sesuatu?"Nilam menyipitkan kelopak matanya sambil tersenyum. "Iih, kepo...""Yang serius dong, Mba. Kalau semisal emang Pak Jean hdah ke mode semula berarti kamu kalah," Talita menunjuk Nilam dengan jari telunjuknya. "Ayo siap-siap traktir aku makan siang seminggu loh."Nilam mengerutkan keningnya sambil menggembungkan sedikit pipinya. "Kan aku gak bilang happy kenapa. Jadi kamu belum tentu menang dong Mba.""Bodo amat. Pokoknya aku yakin kamu dan Pak Jean udah baikan.""Tapi— mba! Mba Talita..." Nilam menghentakkan kakinya saat melihat perempuan itu pergi menjauh. "Uuh, dasar."Karena sudah tidak ada lagi bestie yang mengajaknya bicara, Nilam pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya sendiri.***Suasana kantin siang itu cukup ramai. Beberapa karyawan duduk berkelompok, menikmati makan siang sambil mengobrol santai. Di salah satu sudut, Nilam, Talita, dan Rina duduk di meja biasa mereka

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Makan Berdua

    Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, suasana di dalam mobil cukup hening. Jean terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Nilam menatap ke luar jendela.'Ehm, makan bakso enak kali ya?' gumam Nilam saat mobil mereka melewati beberapa warung bakso pinggir jalan. 'Udah lama gak makan bakso abang-abang gitu. Ngebayangin makan bakso urat, sambelnya pedes, kasih kecap plus cuka dikit pasti mantap,' Nilam menelan ludah.'Hmm, jadi lap—'KryuuuukJean yang sedang fokus dengan hapenya tiba-tiba mendengar suara perut Nilam yang keroncongan. Dia melirik ke samping dan menahan senyum. Sedangkan Nilam sendiri langsung memejamkan mata seraya menunduk dalam. Merasa malu."Kamu lapar?" tanya Jean sambil menoleh ke arah Nilam."Enggak!" bantah gadis itu. "Kan tadi udah makan siang, Pak."Jean mendengkus. "Terus barusan bunyi apa?""Gak tau, Pak. Aku gak denger apa-a—"Kryuuuuk'Shit! Perut sialan!' maki Nilam dalam hati."Gak usah sungkan Nilam! Kalau emang kamu masih lapar, kita bisa mampir dulu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Klien Penting

    Sekitar jam 11 kurang, Nilam menemani Jean menuju hotel tempat pertemuan dengan klien diadakan.Keduanya naik mobil dengan seorang supir di depan sementara keduanya duduk berdampingan di bangku belakang. Situasi di sana cukup canggung. Nilam sibuk mengerjakan sesuatu di tab-nya sementara Jean juga sibuk membalas beberapa chat penting dari kolega.Sekitar 25 menit kemudian mereka tiba di lokasi. Keduanya berjalan menuju lobi hotel tempat makan siang dengan klien Singapura, Nilam melirik sekilas ke arah Jean dan langsung menyadari sesuatu—dasi pria itu agak miring. Ia menggigit bibir, ragu apakah harus mengatakannya atau tidak. Tapi kalau ia diam saja, bisa-bisa klien nanti malah memperhatikan dan itu mungkin sedikit mengurangi kesan profesional Jean. Setelah beberapa detik mempertimbangkan, Nilam akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. “Pak Jean…” panggilnya pelan. Jean yang sedang sibuk mengecek ponselnya menoleh. “Hm?” “Dasi Bapak…” Nilam menunjuk ke arah leher Jean, la

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mau Taruhan?

    "Mau taruhan?""Taruhan apa?""Taruhan gimana reaksi Pak Jean pas liat kamu udah masuk. Dan aku tebak, dia pasti happy banget liat kamu.""Gak mungkin.""Ya udah sih, ayo taruhan!" Talita tetap maksa. "Yang kalah wajib traktir makan siang seminggu? Gimana?"Nilam menggembungkan pipinya. "Kalau Mba kalah?""Ganti aku yang traktir kamu. Gimana?"Jean bilang dia hanya menganggap Nilam sebagai sekretarisnya saja kan? Jadi Nilam yakin kalau saat mereka bertemu nantinya, Jean akan bersikap acuh padanya dan biasa saja. Lagipula dia juga sudah memperingatkan pria itu agar bersikap sewajarnya kan? So— sepertinya taruhan dengan Talita tidak ada salahnya.Nilam menatap Talita dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya mengangguk. "Oke, aku setuju. Kalau aku kalah, aku traktir kamu makan siang seminggu. Tapi kalau aku menang— kamu gak boleh kabur Mba," balas Nilam sambil menyeringai."Deal!" Talita tersenyum lebar, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Dan kebetulan, beberapa detik kemudian, suara

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Duh, si Nana!

    "Iya De, aku baru ingat seseorang.""Oh ya? Siapa?""Nana..." Nilam tersenyum sumringah ketika menyadari jika ada satu orang yang bisa membantunya."Bener juga. Kalian kan temenan udah lama."Nayya tersenyum lebar. Dia merasa bangga dengan otaknya yang bisa berpikir cepat. Namun sayangnya, senyuman Nilam tak berlangsung lama karena teringat sesuatu."Kenapa? Kok kamu kayak bingung gitu?""Aku gak bisa nemuin Nana sekarang, De. Kan dia lagi di Surabaya ikut suaminya." Tubuh Nilam langsung longsor ke sandaran kursi. Wajahnya berubah lesu dan bibirnya menekuk ke bawah."Kan kamu bisa telfon dia, Nilam?""Kamu kayak gak tau si Nana aja. Dia itu sejak punya suami dan anak susah banget di telfonnya.""Ya udah, kita temuin aja dia di Surabaya.""Itu lebih mustahil lagi, Dewaaaa...""Kenapa? Gak diijinin Mama kamu?"Nilam menganggukkan kepalanya. "Umph.""Terus gimana?""Aku coba telfon dia dulu deh. Siapa tau dia senggang kan?"“Coba aja dulu, Nilam. Gak ada salahnya kan?” Dewa menepuk bahu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dejavu Itu Apa?

    "Aaaarghhh... Stres banget aku..."Nilam mengacak rambutnya, merasa benar-benar stres."Nilam, kamu kenapa?"Nilam menegakkan kepalanya dengan cepat, sedikit terkejut saat mendengar suara Dewa yang tiba-tiba menyadarkannya dari lamunan. Dia hampir lupa kalau sedang bersama pemuda itu sekarang.“Eh... Gak! Aku gak apa-apa kok,” ucap Nilam sambil tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang masih menghantuinya.Dewa menatapnya lekat-lekat, jelas tak percaya dengan jawaban singkat itu. “Yakin?""Iya, Dewa. Beneran." Ia nyengir kecil, berusaha meyakinkan pemuda itu bahwa dirinya baik-baik saja.Dewa menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyesap tehnya perlahan. “Kalau boleh jujur, aku ngerasa kamu lagi banyak pikiran.""Uhm?""Iya, Nilam. Kamu ada di sini, tapi pikiran kamu gak tahu ada di mana."Nilam terdiam, jemarinya sibuk memainkan sedotan cappuccino di tangannya. Tatapannya penuh rasa bersalah saat melihat Dewa. "Enggak gitu kok, De. Aku cuma—""It's okay, Nilam. Gak usah pa

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jadi Kepikiran

    “Rina, si Nilam kasih kabar ke kamu atau tidak?” tanyanya dengan nada datar, tapi jelas sekali tersirat rasa khawatir di kedua manik gelapnya.["Beberapa hari lalu dia bilang kalau Pak Jean sudah kasih ijin buat cuti karena kejadian di lift. Jadi saya gak nanya lagi, Pak."]Jean tampak kecewa mendengar jawaban Rina. Itu sama sekali tidak menjawab rasa penasarannya.["Apa bapak mau saya telfon Nilam langsung buat nanyain kapan dia masuk?"]Saran dari Rina itu seperti memberikan angin segar bagi Jean. Tapi dia malah berkata, "Gak perlu. Nanti aku sendiri yang akan chat dia."["Baik Pak kalau begitu."]["Apa ada lagi yang bisa saya bantu Pak?"]"Enggak. Makasih." Jean mengakhiri panggilannya. Ia membuang nafas berat untuk kesekian kalinya.Ia jadi semakin khawatir pada Nilam, apalagi sejak kejadian di rumah sakit. Ia takut perempuan itu sakit hati dan kecewa karena sikapnya dan memilih resign."Mungkin aku harus chat dia langsung."Jean menatap layar ponselnya, jempolnya mengetik cepat p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status