Semua Bab NAFKAH YANG TERBAGI : Bab 11 - Bab 20

32 Bab

Bab 11 Barang Bekas

"Bu, kenapa di rumah Nenek banyak sekali orang?" tanya Gina menatap Ratri.Ratri baru ingat, jika tradisi di keluarga Rusdi, selalu mengadakan pertemuan antar keluarga dan kerabat setiap tahunnya selain lebaran. Dan tempat mertuanyalah yang menjadi tempat berkumpulnya mereka. Namun, kenapa sama sekali tidak ada yang memberitahu Ratri, atau sekedar mengingatkannya tentang acara tahunan ini? Bukankah Ratri juga masih bagian dari keluarga mereka?"Ibu baru ingat, setiap satu tahun kan suka ada pertemuan keluarga. Jadi di rumah Nenek pasti banyak orang seperti ini," jawab Ratri.Ratri pun mengajak masuk Gina ke dalam rumah mertuanya."Assalamualaikum ...." ucap Ratri.Serempak semua yang ada di dalam rumah menoleh setelah mendengar suara Ratri. Mereka kompak terdiam tak mengeluarkan suara apa pun. Ratri merasa aneh dengan tatapan mereka. Kemudian ia melirik cara berpakaiannya apakah ada yang salah? Di sana pula terlihat Tiana, bu Nunik, Lulu dan Cherly yang tengah digendong oleh Rusdi. Ru
Baca selengkapnya

Bab 12 Investasi

Keadaan Gina semakin lemas ketika mereka telah berada di luar. Melihat keadaan anaknya, Ratri merasa khawatir dan segera menggendongnya menaiki angkot."Lebih baik aku bawa Gina ke dokter," gumam Ratri.Setelah berhenti di depan sebuah klinik. Dengan cepat Ratri menggendong Gina, supaya segera mendapatkan penanganan."Anak Ibu hanya butuh banyak istirahat. Mungkin dengan membuatnya ceria, kesehatannya akan cepat pulih. Saya tuliskan dulu resep obatnya. Nanti Ibu tebus obatnya di apotek," terang dokter yang menangani Gina.Ratri mengangguk, "Baik, Dok ... Saya mengerti."Setelah menebus obat, Ratri membawa Gina pulang ke rumahnya."Gina kenapa, Mbak?" tanya Marni ketika mereka berpapasan di jalan depan rumah Ratri."Gina sakit, Rat ... Sudah tiga hari dia belum sembuh," jawab Ratri.Marni tampak khawatir saat melihat keponakannya tertidur dalam gendongan Ratri."Aku ikut, Mbak ... Biar aku bantu jagain Gina," imbuh Marni yang disambut oleh anggukan kepala Ratri.Satu dua hari keadaan G
Baca selengkapnya

Bab 13 Numpang Hidup?

"Mobil siapa, ini?" gumam Ratri, ketika menatap mobil mewah itu.Ratri kemudian berjalan masuk ke pelataran rumahnya. Ia juga melihat pintu rumahnya terbuka lebar."Gina, kenapa pintunya kebuka le ...." Ratri tidak meneruskan ucapannya, ketika ia melihat dua orang wanita sedang duduk di sofa ruang tamu. Sementara Gina duduk di lantai sambil menunduk."Ibu!" Gina berhambur memeluk saat Ratri masuk ke dalam rumah."Tiana, Lulu, mau apa kalian ke sini?" tanya Ratri.Tiana dan Lulu bangkit dari duduk mereka."Apa kabar, Ratri? Kedatangan kami ke sini hanya untuk melihat keadaan kalian. Bagaimanapun, kita ini adalah istrinya mas Rusdi, walaupun mas Rusdi lebih nyaman tinggal bersamaku. Em ... Maksud aku kesini baik kok, Rat. Kami ke sini hanya untuk mengirim makanan dan pakaian buat kalian," ujar Tiana.Sementara Lulu, ia menatap sekeliling rumah Ratri. Termasuk melihat penampilan Ratri yang sedikit berbeda."Maaf, Tiana ... Bukan saya menolak rejeki dari kamu. Tapi kami tidak kekurangan m
Baca selengkapnya

Bab 14 Jatuh Dari Motor

"Kesel banget aku, Kak. Masa si Ratri beraninya ngusir kita. Memangnya dia siapa? Orang miskin saja kok belagu." Sepanjang jalan, Lulu terus saja menggerutu tak hentinya. Ia merasa tersinggung atas pengusiran yang Ratri lakukan terhadapnya dan juga Tiana."Ya ... Aku juga kesal, Lu. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah ngusir kita, masa kita harus tetap diam di rumah itu. Tapi aku puas sih, ternyata dugaan kita semua benar. Ratri memang nggak bisa apa-apa . Dia hanya bisa bergantung kepada mas Rusdi. Tapi aku juga kesal sama mas Rusdi. Kenapa dia memberikan uang lebih kepada Ratri, sampai dia bisa membeli baju bagus dan bisa perawatan wajah? Sejak kapan mas Rusdi nggak terbuka sama aku," sahut Tiana, sambil fokus menyetir mobil."Aku akan bilang ini sama ibu dan mas Rusdi. Aku nggak terima diusir kayak gitu. Pengen rasanya aku acak-acak muka si Ratri itu sampai hancur dan berubah lebih jelek. Hehhh ... Geram aku, Kak," gerutu Lulu."Sudah-sudah, lebih baik kita makan saja, aku lapar. Na
Baca selengkapnya

Bab 15 Fitnah

Sebulan setelah rencana untuk membangun gudang produksi makanan. Kini, rencana itu telah terealisasikan walaupun sederhana. Penghasilan dari pendapatan novel yang Ratri buat, ia pergunakan untuk memulai usaha barunya.Di dalam gudang itu, Ratri berkutat dengan penggorengan. Ia tengah memasak menu sederhana. Namun, tentunya dengan resep rahasia yang ia buat. Berbagai menu ia coba dengan resep bumbu rahasia yang ia miliki. Mungkin karena di tangan yang tepat, makanan sederhana itu jadi terasa lezat.Hari pertama masih sepi, hari kedua, ketiga, sampai seminggu, pelanggan satu persatu berdatangan. Walaupun hasilnya belum banyak, akan tetapi tekad Ratri ingin sukses membuatnya terus dan terus berusaha. Selain jualan offline, Ratri juga menjualnya dengan cara online. Ia juga sering memasarkan makanannya secara online diberbagai media sosial.Di Minggu kedua, ternyata pelanggan Ratri kian bertambah. Mereka mengaku, makanan Ratri memang lezat. Ada juga yang dapat rekomendasi dari pelanggan ya
Baca selengkapnya

Bab 16 Keluarga Red Flag

Setelah berkata demikian, bu Jamal pun pergi. Kini Ratri yang mulai penasaran, apa yang dimaksud bu Jamal mengenai rumahnya? Seketika perasaan Ratri menjadi tak enak.Gegas Ratri meninggalkan gudang, ia berjalan cepat menuju rumahnya."Ya Tuhan!" pekik Ratri, ketika melihat rumahnya dalam keadaan berantakan.Pintu rumah terbuka lebar, banyak barang-barang yang berserakan di lantai. Di teras pun pot bunga sudah tak beraturan.Ratri berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mendengar ada kegaduhan di dalam ruangan lain.Ratri berjalan cepat ke ruangan tengah. Ternyata disana ada Rusdi, ibunya dan Lulu berdiri menatap kedatangan Ratri."Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengacak-acak rumah saya?" sentak Ratri, tak terima atas perlakuan Rusdi dan keluarganya yang tidak sopan."Nah tuh! Akhirnya dia pulang juga, Mas. Menantu durhaka, bisa-bisanya mempermalukan dan menghina Ibuku di tempat umum," tukas Lulu yang langsung menyemprot Ratri dengan ucapan pedas.Ratri mengernyit, tak mengerti dengan ucapan
Baca selengkapnya

Bab 17 Gelisah

"Kenapa Mas nggak ceraikan dia saja sih. Dia juga minta kok, kenapa kamu seperti ini?"Esok hari di kediaman bu Nunik, Rusdi, bu Nunik dan Lulu tengah duduk bersama di ruang keluarga. Sementara Tiana, ia tidak ikut ke rumah bu Nunik."Ini bukan urusan kamu, Lulu. Ini rumah tangga Mas, jadi hanya Mas yang boleh nentuin apakah harus menceraikannya atau tidak. Lagipula, Mas berat terhadap Gina. Dia anak Mas, dan Mas sangat menyayanginya," sanggah Rusdi.Bu Nunik kemudian duduk di sofa. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Ibu ngerti, Rusdi ... Ibu juga sayang sama Gina. Tapi kamu juga harus memikirkan perasaan Tiana dan Cherly. Mereka juga tanggung jawab kamu, Rusdi," timpal bu Nunik.Rusdi terdiam, sambil mengangguk lesu."Bu, aku boleh pinjam uang?" tanya Rusdi di tengah keheningan.Sontak bu Nunik dan Lulu menoleh ke arah Rusdi."Pinjam uang? Lah ... Mas kan banyak uang. Kenapa pinjam ke Ibu?" tanya Lulu.Rusdi mengusap wajahnya kasar."Uang cash aku tinggal sedikit lagi. Sement
Baca selengkapnya

Bab 18 Gina Hilang

Keesokan paginya, Ratri terbangun ketika jam telah menunjukkan menunjukkan pukul 04.30. Gegas ia melakukan kewajibannya di atas sajadah yang terbentang. Kemudian setelah itu ia mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.Selesai beres-beres dan hari sudah mulai terang, Ratri segera memasak menu sarapan pagi untuknya dan Gina. Rencananya, setelah mengantar Gina sekolah, Ratri akan kembali ke gudang, untuk kembali memproduksi makanan dan menjualnya."Gina sayang, ayok bangun, Nak! Sudah pagi sebentar lagi se...." Ratri tiba-tiba terdiam ketika pintu kamar Gina terbuka lebar."Gina, Gina kamu dimana, sayang?" Ratri masuk ke dalam kamar Gina, mencarinya di dalam sana.Namun, Gina tidak ada di dalam kamarnya. Ratri pun berjalan cepat menuju kamar mandi. Ia menduga, mungkin Gina berada di sana setelah bangun tidur.Namun nyatanya, di kamar mandi pun Gina tidak ada. Sontak membuat Ratri panik serta khawatir. Gegas Ratri berjalan cepat menuju keluar.Ceklek!Ratri memutar kunci pintu ru
Baca selengkapnya

Bab 19 Ambruk

"Mbak Ratri!" Lulu dan pria tak dikenal itu tampak terkejut atas kehadiran Ratri yang tiba-tiba.Mereka berdua serempak menjaga jarak, seolah tidak terjadi apa-apa.Ratri yang melihatnya, seketika merasa malu sendiri dengan kelakuan adik iparnya itu. Namun, ia harus tetap masuk ke rumah itu demi untuk mencari Gina."Mau apa kamu kesini, Mbak? Kenapa tiba-tiba buka pintu, nggak diketuk dulu?" Lulu terlihat salah tingkah."Aku mau cari Gina, apa Gina ada di sini, Lu?" tanya Ratri. Matanya menyapu area dalam rumah bu Nunik."Nggak ada, Gina nggak ada di sini. Memangnya Gina kemana?" Lulu malah balik bertanya. Jelas-jelas Ratri tengah mencarinya.Tanpa berlama-lama dan tanpa menjawab pertanyaan Lulu, Ratri langsung menerobos masuk ke dalam. Omongan Lulu tidak dapat dipercaya. Ratri harus memastikan sendiri, apakah Gina ada di dalam atau tidak?"Hei, Mbak! Jangan lancang kamu, ya! Ini bukan rumah kamu. Aku sudah bilang, Gina tidak ada di sini!" sentak Lulu mengikuti Ratri dari belakang.Ra
Baca selengkapnya

Bab 20 Meraung-raung

"Gina sudah tidur, Mas?" tanya Tiana, yang baru saja masuk ke dalam kamar.Rusdi menoleh, "Iya, dia baru saja tidur. Mungkin kelelahan karena Gina lama sekali menangis," jawab Rusdi.Tiana duduk di tepian tempat tidur. Lalu ia mengusap rambut Gina dengan lembut."Biarkan dia tidur, Mas. Lama kelamaan dia pasti betah bersama kita. Ayok, kita kembali ke kamar kita!" ajak Tiana.Rusdi menggeleng, ia seakan tidak ingin melepas Gina."Kamu takut jika Ratri mengambil Gina? Mas, kamu ayahnya, kamu juga berhak atas Gina. Jadi ... Nggak perlu takut. Biarkan dia tidur sendiri," imbuh Tiana.Rusdi terdiam, kemudian ia menidurkan Gina. Setelah menyelimuti Gina, Rusdi dan Tiana kembali ke kamar mereka."Mas!""Ti!"Secara bersamaan, Rusdi dan Tiana memanggil satu sama lain."Ah ... Kamu duluan saja, Mas," ujar Tiana.Rusdi mengangguk, "Aku sudah memutuskan jika aku akan segera menceraikan Ratri."Tiana terbelalak, ia terkejut atas ucapan Rusdi barusan."Yang benar, Mas? Ya ampun ... Aku senang sek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status