Home / Pernikahan / NAFKAH YANG TERBAGI / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of NAFKAH YANG TERBAGI : Chapter 31 - Chapter 40

122 Chapters

Bab 31 Angkat Kaki

"Pagi, Beri! Kayaknya kamu baru bangun tidur. Ah ... Aku lupa, pengantin baru," celetuk Saga.Beri tampak mengangguk kemudian menunduk malu-malu."Ah kamu bisa saja, Ga. Biasa lah ... Lagi senang-senangnya," sahut Beri dengan wajah berseri-seri."Loh, Yang. Mereka ini nggak sopan, loh. Masa masuk ke sini, ke rumah kita main nyelonong saja, tapi kamu nggak marah. Malah bermanis-manis begini," ujar Lulu.Ratri hanya bisa tertunduk sambil menahan tawa. Sebenarnya ia merasa jahat saat ini. Namun, mengingat perangai Lulu dan keluarganya yang sangat keterlaluan, membuatnya seperti itu."Tidak usah marah-marah, Sayang. Mereka tamu kita, lebih baik kamu buatin minum, gih. Bawakan juga cemilan buat mereka," sahut Beri.Lulu tampak kesal melihat reaksi suaminya. Seharusnya Beri marah. Namun, malah sebaliknya Beri tampak ramah terhadap Saga dan Ratri."Ah ... Tidak usah repot-repot. Kedatangan kami ke sini, hanya untuk memberikan hadiah untuk kalian, khususnya kamu, Beri. Sebentar," ujar Saga.S
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Bab 32 Ingin Bercerai

Ratri mengaduh kesakitan, ketika dahinya terkena lemparan batu."Kamu nggak apa-apa, Mbak?" tanya Saga khawatir.Dari luar pagar, terlihat Beri menarik tangan Lulu, yang berulah melempar batu barusan.Saga tampak geram melihat itu. Lulu sudah sangat keterlaluan. Lulu masih tidak terima atas pengusirannya itu."Beri, cepat bawa pergi istrimu!" bentak Saga.Beri kemudian berhasil membawa Lulu pergi. Kini Ratri tengah memegangi dahinya yang mengeluarkan cairan merah."Aku ambil kotak obat dulu, kamu tunggu di sini," ujar Saga. Ia kemudian mengambil kotak obat di ruang tengah."Aw!" pekik Ratri, ketika Saga membersihkan dan mengobati lukanya sambil sesekali meniupnya.Aroma mint begitu segar masuk ke dalam hidung Ratri. Tak sadar Ratri memperhatikan Saga begitu lekat."Mbak baik-baik saja?" tanya Saga, ketika menyadari Ratri tengah memperhatikannya.Ratri membuang muka, wajahnya bersemu merah."Ah iya, aku baik-baik saja," jawab Ratri.Setelah urusan selesai, Saga segera mengantar Ratri p
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Bab 33 Fitnah

Rusdi menghampiri Lulu dan Beri, yang sedang berdebat itu."Kalian berdua tahu malu, tidak? Kalian berantem dengan suara sangat keras. Lulu, tutup pintunya!" titah Rusdi.Lulu pun menurut, ia menutup pintu itu dengan rapat."Beri, aku sudah dengar semuanya tentang kamu. Apa maksud kamu beraninya telah menipu adikku dan keluargaku?" tanya Rusdi."Sebaiknya kita duduk dulu. Aku bisa jelaskan semuanya, Mas," sahut Beri.Beri menggelar tikar di atas lantai. Kini, Beri dan Lulu tinggal di sebuah kontrakan rumah berukuran kecil.Lulu kemudian pergi ke kamarnya, ia merasa lelah setelah perdebatan barusan."Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa melakukan ini semua. Aku cinta sama adikmu, Mas. Aku memang salah telah berbohong, tidak jujur tentang keadaanku yang sebenarnya kepada kalian. Namun, jika aku jujur, apakah kalian masih akan menerimaku, menikah dengan Lulu?" tanya Beri.Rusdi terdiam, ia menatap tajam ke arah Beri."Ah ... Tentu saja tidak, kan? Asal Mas tahu saja. Yang duluan mendekatiku ad
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab 34 Tak Berkutik

"Lepaskan saya, ini semua fitnah!" sarkas Ratri tidak terima dengan semua tuduhan ini.Sekuat tenaga, Ratri berusaha melepaskan diri. Namun, tetap saja tidak bisa.Datang beberapa tetangga Ratri, yang berusaha mencoba meluruskan permasalahan ini. Namun, preman bayaran Lulu, lebih sigap menghadang. Sehingga tetangga Ratri hanya bisa menonton sambil menatap iba.Keadaan di jalan pun seketika berubah macet, akibat ulah Lulu.Duar!Dari belakang, terdengar suara tembakan, membuat semua orang terdiam dan menoleh ke belakang."Polisi?" Mereka berbisik-bisik dengan raut wajah ketakutan. Di belakang mereka, terlihat banyak polisi dan salah satunya tengah mengacungkan sebuah pistol ke udara.Ratri yang sudah tidak berdaya, hanya bisa pasrah di tangan orang-orang itu."Jangan bergerak!" Polisi segera mendekati kerumunan orang-orang itu, dan melihat Ratri yang sudah tidak berdaya."Ratri, ya Tuhan!" pekik Saga, sambil menggendong Gina, menerobos kerumunan."Kalian semua apa-apaan? Apa yang kalia
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 35 Perasaan Cinta

"Apa?! Ratri penulis sekaligus owner catering ternama?" ucap bu Nunik, Rusdi, dan Tiana berbarengan.Mereka tengah berada di kantor polisi, setelah Lulu memberitahu mereka dan mengungkapkan kebenaran tentang Ratri. Sementara Beri, Lulu tidak menghubunginya. Lulu juga meminta untuk tidak memberitahu Beri tentang masalah ini.Wajah bu Nunik tampak memerah. Ia tak menyangka, jika menantu yang ia buang dihinakan itu, ternyata seorang penulis dan pengusaha sukses."Kenapa, Bu?" tanya Tiana, ketika melihat perubahan mimik wajah mertuanya."Nggak apa-apa, cuma tidak menyangka saja. Wanita itu kok bisa menjadi pengusaha sukses. Yang Ibu tahu, dia itu hanya wanita miskin yang nggak bisa apa-apa," jawab bu Nunik.Melihat perubahan raut wajah mertuanya, Tiana merasa kesal. Entah kenapa, ia merasa tersaingi atas keberhasilan Ratri, walaupun pada kenyataannya, ia lah yang menjadi pemenangnya karena telah mendapatkan Rusdi seutuhnya.Tiana pun melihat raut wajah Rusdi tampak berbeda. Ia semakin kes
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Bab 36 Mak Lampir

Saga berdiri mematung di depan pintu, menatap wanita paruh baya, yang pernah berdebat dengannya.Wanita itu, yang tak lain adalah bu Nunik berdiri dengan mulut menganga."Kamu!" tunjuk bu Nunik terkejut."Kamu kenal sama anakku, Nik?" tanya bu Wulan, yang tak lain adalah ibunya Saga."Ja-jadi ... Dia anakmu, Lan?" tanya bu Nunik tergugup.Bu Wulan mengangguk, "Iya, dia anak kami namanya Saga. Tapi kok kamu kayak kaget gitu, Nik?"Bu Nunik kemudian duduk kembali. Seketika ia merasa salah tingkah, setelah mengetahui Saga adalah anak Wulan, teman lamanya sendiri. Apalagi saat ia ditatap oleh Saga. Bu Nunik menyesal karena sempat mengira bahwa Saga hanyalah orang miskin dan hanya seorang preman. Bahkan anak-anaknya pun sempat menghinanya. Namun kenyataannya, Saga adalah anak pemilik perusahaan percetakan buku terbesar di kota itu."Nggak terlalu kenal, cuma pernah bertemu saja itu pun hanya sebentar," jawab bu Nunik berusaha bersikap biasa saja.Saga membalikkan badan hendak pergi dari ka
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Bab 37 Komplotan Ipar dan Mertua

"Kamu lagi apa sih, Mas?" Rusdi terkejut, ketika Tiana tiba-tiba datang dan mengejutkannya yang tengah menatap layar ponselnya.Rusdi menyimpan ponselnya ke belakang tubuhnya."Ah nggak apa-apa, aku cuma lagi nonton film saja. Filmnya bagus, nih. Aku butuh cemilan, tolong dong buatin aku cemilan," jawab Rusdi.Tiana menatap lekat ke arah Rusdi. Membuat Rusdi merasa tak nyaman dibuatnya."Kenapa lihatnya kayak gitu?" tanya Rusdi."Nggak apa-apa, cuma mau lihatin kamu saja!" Tiana kemudian pergi ke dapur membuatkan Rusdi cemilan."Kenapa mas Rusdi kelihatan aneh, ya? Seperti ada yang sedang disembunyikan," gumam Tiana sambil mengiris bahan makanan.Selesai membuat cemilan, Tiana kembali menghampiri Rusdi."Mas, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ujar Tiana.Rusdi yang tengah menatap lurus layar televisi, segera menyahut tanpa sekali pun menoleh ke arah Tiana."Ngomong apa?" tanya Rusdi."Jadi gini, Mas. Hampir tiap hari adik kamu itu minta uang sama aku. Katanya disuruh sama kamu. Pada
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Bab 38 Menemukan Sosok Ayah

"Om ganteng, aku mau main itu!" tunjuk Gina ke arah wahana bermain di pusat perbelanjaan.Hari ini, Saga mengajak Ratri dan Gina jalan-jalan di mall. Mereka tampak seperti keluarga kecil, yang terlihat sangat bahagia.Mereka tertawa melihat kelakuan lucu Gina. Gina pun kini semakin dekat dengan Saga, layaknya ayah dan anak. Kini, Gina telah menemukan sosok ayah di dalam diri Saga. Tak ayal, dengan penerimaan hangat dari Gina, Saga semakin menyayanginya. Terlebih ia bertekad dalam hati, ingin selalu menjaga Ratri dan juga Gina."Dia lucu sekali, ya! Cantik lagi kayak kamu," puji Saga.Ratri yang tengah duduk memandang Gina. Seketika tersipu malu atas pujian yang Saga lontarkan. Pipinya berubah bersemu merah.Saga tersenyum. Namun, di balik senyuman itu tersimpan rasa kesal mengingat tentang kedekatan ibunya dengan bu Nunik. Namun, Saga tidak bercerita mengenai itu kepada Ratri. Ia tidak ingin merusak suasana bahagia yang tercipta di antara mereka, berubah menjadi rasa tak nyaman."Mas,
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Bab 39 Manipulatif

"Suara siapa itu?" gumam Saga.Saga mengamati pintu ruang tamu yang tertutup rapat."Siapa kira-kira?" batin Saga.Saga mengurungkan niatnya untuk mandi. Ia bergegas kembali ke ruang tamu, di mana bu Wulan masih duduk sambil membaca majalah di sana."Mama!" panggil Saga, membuat bu Wulan menoleh ke arahnya."Iya, ada apa, Sayang?" tanya bu Wulan, kemudian menutup buku majalahnya dan menyimpannya di atas meja.Saga kemudian duduk di sebelah bu Wulan."Ma, waktu aku mau ke kamarku. Aku nggak sengaja mendengar suara seseorang sedang ngobrol di dalam kamar tamu. Siapa mereka?" tanya Saga."Ah ... Itu tamu Mama sama anaknya. Tadi ada kejadian yang tidak mengenakan. Baju anaknya ketumpahan air minum, waktu bi Sarti menyajikan air minum kepada mereka. Sekarang dia lagi ganti baju di kamar tamu," jawab bu Wulan."Memangnya tamu Mama yang mana?" tanya Saga lagi."Dia bu-""Maaf lama, Lan. Tadi teh panasnya kena ke kulit Lulu. Jadi saya obati dulu pakai salep yang ada di kamar itu. Eh ... Anak
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 40 Karma

Bu Nunik kemudian mengurai pelukannya dengan bu Wulan. Bagai seorang aktris papan atas, bu Nunik pandai memanipulasi keadaan. Seolah-olah Lulu adalah korban dan Ratri lah penjahatnya."Sudah, ya. Aku nggak tega lihat kamu menangis begini. Dari semenjak kita berteman dulu, baru kali ini aku melihat kamu nangis, Nik. Semoga semua ujian keluarga kamu, cepat selesai. Putri kamu mendapat kebahagiaan," ujar bu Wulan.Bu Nunik mengangguk sembari mengusap air matanya."Iya, terima kasih, Wulan. Kamu memang teman aku yang paling baik. Aku harap, kita tidak hanya sekedar menjadi seorang teman saja. Aku ingin tali pertemanan kita menjadi tali kekeluargaan. Aku harap kamu mengerti, Wulan dengan maksudku!" seru bu Nunik.Bu Wulan mencerna setiap kata demi kata yang terucap dari bibir bu Nunik. Ia pun mengerti ke mana arah pembicaraan bu Nunik."Sudah, aku mengerti kok. Lebih baik kita panggil anak-anak. Kita makan siang bersama. Sepertinya bi Sarti sudah selesai masak," ujar bu Wulan.Bu Nunik men
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status