Ratri, seorang istri yang harus menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh kebohongan. Nafkah jauh dari kata cukup, membuatnya harus hidup hemat dan memutar otak setiap kali berganti hari. Namun, setelah rahasia besar sang suami terungkap, Ratri yang semula hanya wanita lemah, kini bangkit berusaha menjadi wanita mandiri dengan keahlian yang terpendam di dalam dirinya. Dengan keahliannya itu, siapa sangka membuat Ratri mampu merubah nasib dirinya dan juga anaknya.
View MoreGina menggedikkan bahunya, ia juga merasa ragu sama seperti yang dirasakan Tessa.Kosan yang baru saja disewa Cherly terlihat tidak terawat. Bukan berarti kumuh, akan tetapi, keadaanya yang terlihat lembab."Entahlah, aku juga ragu, Tes. Kosan ini juga berada di paling ujung berbatasan dengan kebun pisang," sahut Gina."Em ... Apa kita kasih saran saja sama Cherly, buat cari lagi kosan yang lain? Aku saja sekarang ini, kok kurang nyaman, ya!" seru Tessa.Gina terdiam, ucapan Tessa ada benarnya juga. Namun, apakah Cherly setuju?"Tapi Cherly sudah membayar sewa selama beberapa bulan ke depan, Tes. Tapi ... Kita coba tanyakan saja nanti kalau dia sudah kembali," sahut Gina.Tak berselang lama, Cherly kembali dengan membawa 3 cup minuman dingin yang ditenteng di dalam kantong kresek bening."Ini buat kalian, huhhh haus banget," ujar Cherly, lantas memberikan 2 cup minuman itu kepada Gina dan Tessa."Terima kasih, Cher. Em ... Cher, kamu yakin mau tinggal di kosan ini?" tanya Gina memasti
"Aaargh!" Gina terkejut, saat seseorang menyiramkan 1 ember air ke seluruh tubuhnya, hingga bajunya basah kuyup.Ingin marah, akan tetapi di sana ia tidak mendapati siapa pun. Entah ini pekerjaan siapa, Gina tidak tahu."Perbuatan siapa ini?" teriak Gina lantang.Gina menoleh ke sana kemari, siapa tahu ada orang yang bisa ia tanyai mengenai hal itu. Namun, sayangnya tidak ada siapa pun di sana.Prok! Prok! Prok!Dari arah ruangan di samping Gina, pintu seketika terbuka lebar dan menampakkan 3 orang yang ia kenali. Salah satu dari mereka tepuk tangan dengan puas melihat Gina basah kuyup."Kamu!" gumam Gina.David tersenyum puas, menampakkan deretan gigi putihnya."Bagaimana, apakah kamu masih tidak takut sama saya?" tanya David.Kini Gina mengerti, ternyata ini perbuatan David, si monster kampus dan kedua temannya.Gina menyeka wajahnya yang penuh air dengan kasar. Ia tak habis pikir, kenapa orang seperti David masih dipertahankan di kampus itu. Padahal, banyak sekali orang-orang yang
Gina berusaha memberontak, saat seseorang yang tidak ia ketahui siapa itu terus menariknya hendak menuju kamar.Ingin berteriak, apa daya, suara Gina tertahan karena tangan itu terus membungkam mulut Gina."Ya Tuhan, siapa orang ini? Jangan sampai dia mencelakaiku," batin Gina ketakutan.Gina terus berusaha melepaskan diri, hingga terlintas di kepalanya, untuk menginjak kaki orang itu.Buk!"Aw!" pekik orang itu, merasa kesakitan akibat diinjak cukup kuat oleh Gina.Gina terperanjat, ia merasa tidak asing dengan suara itu. Orang itu kemudian melepaskan tangannya dari mulut Gina. Saat Gina membalikkan badan menghadapnya, ia terkejut saat melihat orang itu."Sakit tahu!" seru orang itu."Cherly, ya ampun! Ternyata ini kerjaan kamu," imbuh Gina terbelalak.Cherly mengangguk, seraya duduk di pinggiran ranjang sambil mengaduh kesakitan pada kakinya. Gina kemudian duduk di sampingnya."Hehe ... Maaf ya, Saudari. Aku hanya mau memberi kejutan," ucap Cherly tersenyum tengil. Namun, ia masih m
"Hai, Gina!" Rika tersenyum ke arah Gina.Gina berdiri mematung, begitu pun dengan Tessa, ia terkejut melihat Rika ada di dalam mobil bersama Saga."Ayah, kenapa Rika bisa bersama Ayah?" tanya Gina, ia urung untuk masuk ke dalam mobil.Saga mengerutkan dahinya, ia merasa aneh dengan sikap putrinya itu. Pasalnya ia tidak tahu menahu tentang Rika seperti apa. Gina maupun Ratri belum memberitahu Saga, jika Rika berusaha mendekatinya, dan berusaha membuat rumah tangganya bersama Ratri hancur."Kok kamu nanyanya gitu, Nak. Rika kan teman kamu, memangnya kenapa kalau Rika ikut kita sekalian. Tadi Ayah lihat dia terjatuh di jalan, kakinya sakit kayaknya. Jadi, Ayah ajak saja Rika untuk pulang bareng," jelas Saga.Gina menatap tajam ke arah Rika, yang melemparkan senyuman penuh kemenangan."Pokoknya aku nggak mau satu mobil dengan Rika," ujar Gina menegaskan.Saga semakin aneh dengan sikap Gina. Ia kemudian turun dari dalam mobil, lalu mendekatinya."Kamu kenapa sih, kok jadi gitu? Dia teman
"Aaaaargh!" Rika berdiri dengan mulut menganga. Rambut dan bajunya basah karena guyuran air itu."Kurang ajar," pekik Rika.Semua orang di kantin terpana atas apa yang dilakukan Gina.Gina tersenyum, ia kemudian menyimpan kembali botol air mineral itu ke atas meja."Bagiamana rasanya? Tidak enak, kan? Itu juga yang aku rasakan tadi, setelah kamu menyebar gosip murahan, yang jauh dari kebenarannya," cetus Gina dengan santainya.Rika menatap Gina tajam. Ia mengepalkan tangannya kuat, mulai terpancing emosi."Jadi kamu mau balas dendam?" tanya Rika.Gina tersenyum miring seraya melipat kedua tangannya di depan dada."Jadi ... Kamu merasa aku ini sedang balas dendam sama kamu? Dari ucapanmu barusan saja, sudah terbukti kalau kamu memang mau mencari masalah denganku. Tapi sayangnya, aku tidak ada maksud balas dendam. Aku hanya ingin memberi pelajaran kepada orang yang suka playing victim seperti kamu. Miris sekali, tidak mendapatkan ayahnya, kamu malah memfitnah anaknya," ujar Gina sambil
Hari-hari telah berlalu, kini Gina tengah bersantai di kursi teras depan, sambil memakan camilan kesukaannya. Beruntung, setelah pertengkaran Gina dan Rika tempo hari di mobil, Rika tidak pernah datang lagi ke rumah. Gina berharap, Rika segera menyadari kesalahannya. Ia tidak mau jika kedua orang tuanya menjadi korban atas ambisi Rika yang keterlaluan itu.Seperti ucapan Rika saat menginap, kini ia telah menjadi mahasiswi di kampus yang sama dengan Gina. Namun, pertengkaran itu lantas menjadikan mereka seperti seorang musuh. Bukan musuh tepatnya, tapi Gina berusaha menjaga jarak dengan Rika. Ia tidak ingin hal buruk terjadi jika terus berdekatan dengan orang sepertinya.Keesokan harinya, Gina telah bersiap untuk pergi ke kampus, dengan ditemani oleh Saga. Karena letak kampus searah dengan kantor tempatnya bekerja, maka sekalian Saga yang mengantarkan Gina kuliah."Kamu yang semangat belajarnya. Buat ibu sama Ayahmu ini bangga, Nak," pesan Saga sebelum Gina keluar dari mobil."Iya, Yah
"Ma-maksud kamu?" tanya Rika tergugup."Jalan, Pak!" titah Gina pada sopir.Pak Mukidi mengangguk, kemudian mulai menyalakan mobilnya.Di perjalanan, Gina tampak terdiam mengacuhkan Rika. Ia sangat kesal pada kelakuan Rika yang sangat tidak sopan itu."Gina, aku tidak bermaksud-""Stop, Rika! Sebaiknya kamu tidak usah datang lagi ke rumahku. Di depan aku saja, kamu sudah berani bersikap kurang ajar sama ayahku. Apa maksud kamu, Rika? Dia ayahku, dia suami ibuku. Dia sudah tua, jauh berbeda usianya dengan kamu. Apa nggak ada lelaki lain yang kamu incar?" potong Gina, ia merasa geram dengan sikap Rika.Rika terdiam, tatapannya berubah sinis."Kenapa? Kamu takut ayah kamu aku rebut? Atau jangan-jangan ... Kamu juga suka sama Om Saga? Secara dia kan ayah tiri kamu," pungkas Rika.Gina terbelalak, terkejut mendengar ucapan Rika."Apa maksud kamu bicara seperti itu, Rik? Mana mungkin aku suka sama ayahku sendiri. Memang benar ayah Saga itu ayah tiriku. Tapi dia yang merawat aku dari kecil.
"Ayah, temani aku ke rumah Nenek. Tidak usah menunggu Ibu, biar nanti Ayah telepon Ibu dan suruh menyusul saja," ajak Gina.Saga mengangguk, ia setuju dengan usulan Gina."Iya, Sayang. Kalau begitu, Ayah siap-siap dulu," sahut Saga.Saga melangkah menuju kamarnya. Kemudian Gina pun segera berganti baju di kamarnya."Sebaiknya kamu pulang, Rika. Aku sama Ayah mau pergi," pinta Gina."Ya ... Baru saja aku mau bilang ikut. Jadi gimana ini, aku kan mau nginap lagi di sini," sahut Rika.Gina menghembuskan nafas kasar. Lalu menatap Rika dengan tajam. Perasaannya yang sedang sakit, kini ditambah oleh kelakuan Rika, seketika membuat Gina menjadi kesal dan ilfil."Maaf, Rika. Kamu punya rumah, kamu masih memiliki orang tua. Tidak seharusnya kamu sering-sering menginap di rumah orang. Maaf, bukan aku melarang kamu. Tapi, hargai tuan rumah. Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu," pungkas Gina. Terpaksa ia harus berbicara tegas terhadap Rika.Mendengar ucapan Gina, Rika merasa kesal. Namun, ia be
Selesai makan malam, lanjut Saga dan Ratri seperti biasa mengobrol kecil berdua di taman belakang. Sambil meminum teh hangat, mereka tampak tertawa kecil dengan cerita-cerita lucu yang mereka ceritakan berdua. Hal tersebut membuat keduanya semakin harmonis dalam berumah tangga."Aku bahagia, akhirnya kita bisa bersama lagi, Sayang. Setelah melalui cobaan yang berat, sehingga kita sempat terpisah jauh. Namun, ternyata Tuhan telah merencanakan hadiah terindah untuk kita. Kamu kembali ke rumah ini dengan kabar baik. Rumah kita menjadi ramai karena memiliki sepasang anak cantik dan tampan. Aku selalu bersyukur, semoga kebahagiaan kita tidak akan pernah berakhir," imbuh Saga.Ratri mengangguk, ia yang duduk bersebelahan dengan Saga, menyandarkan kepalanya pada bahu Saga. Tangan kekar Saga mengusap lembut kepala Ratri, dan beberapa kali ia mengecup keningnya."Alhamdulillah ... Ini semua nikmat yang Tuhan berikan untuk kita, Mas. Aku bangga memiliki suami seperti kamu, Mas. Kamu pria setia,
"Ayah pulang ...." "Ye ... Ayah pulang, pasti bawa makanan enak lagi." Teriakkan Gina, anak perempuan yang baru berusia 4 tahun itu begitu menggema di sebuah rumah kecil. Ia berhambur mengambil bungkusan makanan dari tangan ayahnya. Rusdi, sang ayah yang baru pulang bekerja sebagai office boy itu, langsung masuk ke dalam rumah, disambuthangat oleh istrinya yang bernama Ratri. "Wah ayam goreng, tapi kok ada bekas gigitan," ujar Gina, yang baru saja membuka bungkusan makanan itu. "Masa sih, Nak? Sini coba ibu lihat!" Ratri melihat ayam goreng tersebut. "Loh iya, kok ada bekas gigitan, Mas," imbuh Ratri. "Em ... Mungkin penjual ayam goreng itu salah memasukan ayamnya karena saking ramainya pembeli. Makan saja ya yang ada, mungkin itu bukan bekas gigitan. Masa iya sih bekas gigitan dimasukin dan dijual," sahut Rusdi. Gina yang menatap ayam itu, mengangguk lalu memakan ayam goreng itu dengan lahap. Ratri tersenyum melihat putri semata wayangnya itu begitu menikmati makana
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments