Sebulan setelah rencana untuk membangun gudang produksi makanan. Kini, rencana itu telah terealisasikan walaupun sederhana. Penghasilan dari pendapatan novel yang Ratri buat, ia pergunakan untuk memulai usaha barunya.Di dalam gudang itu, Ratri berkutat dengan penggorengan. Ia tengah memasak menu sederhana. Namun, tentunya dengan resep rahasia yang ia buat. Berbagai menu ia coba dengan resep bumbu rahasia yang ia miliki. Mungkin karena di tangan yang tepat, makanan sederhana itu jadi terasa lezat.Hari pertama masih sepi, hari kedua, ketiga, sampai seminggu, pelanggan satu persatu berdatangan. Walaupun hasilnya belum banyak, akan tetapi tekad Ratri ingin sukses membuatnya terus dan terus berusaha. Selain jualan offline, Ratri juga menjualnya dengan cara online. Ia juga sering memasarkan makanannya secara online diberbagai media sosial.Di Minggu kedua, ternyata pelanggan Ratri kian bertambah. Mereka mengaku, makanan Ratri memang lezat. Ada juga yang dapat rekomendasi dari pelanggan ya
Setelah berkata demikian, bu Jamal pun pergi. Kini Ratri yang mulai penasaran, apa yang dimaksud bu Jamal mengenai rumahnya? Seketika perasaan Ratri menjadi tak enak.Gegas Ratri meninggalkan gudang, ia berjalan cepat menuju rumahnya."Ya Tuhan!" pekik Ratri, ketika melihat rumahnya dalam keadaan berantakan.Pintu rumah terbuka lebar, banyak barang-barang yang berserakan di lantai. Di teras pun pot bunga sudah tak beraturan.Ratri berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mendengar ada kegaduhan di dalam ruangan lain.Ratri berjalan cepat ke ruangan tengah. Ternyata disana ada Rusdi, ibunya dan Lulu berdiri menatap kedatangan Ratri."Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengacak-acak rumah saya?" sentak Ratri, tak terima atas perlakuan Rusdi dan keluarganya yang tidak sopan."Nah tuh! Akhirnya dia pulang juga, Mas. Menantu durhaka, bisa-bisanya mempermalukan dan menghina Ibuku di tempat umum," tukas Lulu yang langsung menyemprot Ratri dengan ucapan pedas.Ratri mengernyit, tak mengerti dengan ucapan
"Kenapa Mas nggak ceraikan dia saja sih. Dia juga minta kok, kenapa kamu seperti ini?"Esok hari di kediaman bu Nunik, Rusdi, bu Nunik dan Lulu tengah duduk bersama di ruang keluarga. Sementara Tiana, ia tidak ikut ke rumah bu Nunik."Ini bukan urusan kamu, Lulu. Ini rumah tangga Mas, jadi hanya Mas yang boleh nentuin apakah harus menceraikannya atau tidak. Lagipula, Mas berat terhadap Gina. Dia anak Mas, dan Mas sangat menyayanginya," sanggah Rusdi.Bu Nunik kemudian duduk di sofa. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Ibu ngerti, Rusdi ... Ibu juga sayang sama Gina. Tapi kamu juga harus memikirkan perasaan Tiana dan Cherly. Mereka juga tanggung jawab kamu, Rusdi," timpal bu Nunik.Rusdi terdiam, sambil mengangguk lesu."Bu, aku boleh pinjam uang?" tanya Rusdi di tengah keheningan.Sontak bu Nunik dan Lulu menoleh ke arah Rusdi."Pinjam uang? Lah ... Mas kan banyak uang. Kenapa pinjam ke Ibu?" tanya Lulu.Rusdi mengusap wajahnya kasar."Uang cash aku tinggal sedikit lagi. Sement
Keesokan paginya, Ratri terbangun ketika jam telah menunjukkan menunjukkan pukul 04.30. Gegas ia melakukan kewajibannya di atas sajadah yang terbentang. Kemudian setelah itu ia mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.Selesai beres-beres dan hari sudah mulai terang, Ratri segera memasak menu sarapan pagi untuknya dan Gina. Rencananya, setelah mengantar Gina sekolah, Ratri akan kembali ke gudang, untuk kembali memproduksi makanan dan menjualnya."Gina sayang, ayok bangun, Nak! Sudah pagi sebentar lagi se...." Ratri tiba-tiba terdiam ketika pintu kamar Gina terbuka lebar."Gina, Gina kamu dimana, sayang?" Ratri masuk ke dalam kamar Gina, mencarinya di dalam sana.Namun, Gina tidak ada di dalam kamarnya. Ratri pun berjalan cepat menuju kamar mandi. Ia menduga, mungkin Gina berada di sana setelah bangun tidur.Namun nyatanya, di kamar mandi pun Gina tidak ada. Sontak membuat Ratri panik serta khawatir. Gegas Ratri berjalan cepat menuju keluar.Ceklek!Ratri memutar kunci pintu ru
"Mbak Ratri!" Lulu dan pria tak dikenal itu tampak terkejut atas kehadiran Ratri yang tiba-tiba.Mereka berdua serempak menjaga jarak, seolah tidak terjadi apa-apa.Ratri yang melihatnya, seketika merasa malu sendiri dengan kelakuan adik iparnya itu. Namun, ia harus tetap masuk ke rumah itu demi untuk mencari Gina."Mau apa kamu kesini, Mbak? Kenapa tiba-tiba buka pintu, nggak diketuk dulu?" Lulu terlihat salah tingkah."Aku mau cari Gina, apa Gina ada di sini, Lu?" tanya Ratri. Matanya menyapu area dalam rumah bu Nunik."Nggak ada, Gina nggak ada di sini. Memangnya Gina kemana?" Lulu malah balik bertanya. Jelas-jelas Ratri tengah mencarinya.Tanpa berlama-lama dan tanpa menjawab pertanyaan Lulu, Ratri langsung menerobos masuk ke dalam. Omongan Lulu tidak dapat dipercaya. Ratri harus memastikan sendiri, apakah Gina ada di dalam atau tidak?"Hei, Mbak! Jangan lancang kamu, ya! Ini bukan rumah kamu. Aku sudah bilang, Gina tidak ada di sini!" sentak Lulu mengikuti Ratri dari belakang.Ra
"Gina sudah tidur, Mas?" tanya Tiana, yang baru saja masuk ke dalam kamar.Rusdi menoleh, "Iya, dia baru saja tidur. Mungkin kelelahan karena Gina lama sekali menangis," jawab Rusdi.Tiana duduk di tepian tempat tidur. Lalu ia mengusap rambut Gina dengan lembut."Biarkan dia tidur, Mas. Lama kelamaan dia pasti betah bersama kita. Ayok, kita kembali ke kamar kita!" ajak Tiana.Rusdi menggeleng, ia seakan tidak ingin melepas Gina."Kamu takut jika Ratri mengambil Gina? Mas, kamu ayahnya, kamu juga berhak atas Gina. Jadi ... Nggak perlu takut. Biarkan dia tidur sendiri," imbuh Tiana.Rusdi terdiam, kemudian ia menidurkan Gina. Setelah menyelimuti Gina, Rusdi dan Tiana kembali ke kamar mereka."Mas!""Ti!"Secara bersamaan, Rusdi dan Tiana memanggil satu sama lain."Ah ... Kamu duluan saja, Mas," ujar Tiana.Rusdi mengangguk, "Aku sudah memutuskan jika aku akan segera menceraikan Ratri."Tiana terbelalak, ia terkejut atas ucapan Rusdi barusan."Yang benar, Mas? Ya ampun ... Aku senang sek
"Gina!" teriak Ratri.Ratri yang ketiduran di atas kursi, terbangun akibat mimpi buruk tentang Gina."Gina ketakutan," gumam Ratri.Ratri bangkit kemudian menyambar tasnya. Ia tergesa keluar untuk kembali ke rumah Rusdi. Ia masih penasaran akan Rusdi dan Tiana. Feeling-nya begitu kuat, jika Gina memang ada di sana.Ratri mencari ojek yang selalu mangkal di pinggir jalan. Namun, tak ada satu pun mereka ada di sana. Karena hari sudah malam, angkot pun sudah tidak ada yang beroperasi."Nggak apa-apa, aku akan jalan kaki saja. Pasti mereka ada di rumah sekarang. Aku yakin," batin Ratri.Ratri memutuskan untuk berjalan kaki saja. Ia akan menempuh perjalanan yang jauh untuk sampai ke rumah Rusdi.Tekadnya begitu kuat demi sang buah hati. Ia rela berjalan kaki sejauh apapun.Ratri mempercepat langkahnya. Namun, baru saja ia hendak menyebrang jalan. Sebuah motor ugal-ugalan hampir saja menabraknya.Bruk!Seseorang berhasil menangkap tubuh Ratri ke pinggir jalan. Membuat mereka terguling secar
"Kamu siapa?" tanya seorang wanita muda dengan pakaian layaknya baby sitter.Ratri terdiam, bingung hendak menjawab apa. Suster yang bekerja sebagai pengasuh Cherly kemudian menatap Gina."Pak, Bu, ada penyusup!" teriak suster itu tiba-tiba.Ratri panik, takut jika Rusdi dan Tiana mendengar, dan kembali masuk ke dalam rumah."Aaa!"Ratri terpaksa menarik tangan suster itu dan mendorong kasar tubuhnya ke dalam kamar. Kemudian menutup pintunya dan mengunci kamar itu, yang kebetulan kuncinya tergantung dari luar."Tolong, saya dikunci di dalam kamar!" teriak suster itu sambil menggedor pintu.Gegas Ratri mencari jalan keluar lewat pintu lain. Namun, pintu yang lain semua dikunci. Hanya ada satu jalan keluar yang bisa membuat Ratri keluar, yakni pintu depan.Dengan sangat terpaksa Ratri harus kembali ke pintu depan. Ia berharap, Rusdi dan Tiana masih fokus pada apa yang sedang dilakukan pria itu.Sampai di luar, terlihat Rusdi, Tiana dan pria tadi tengah mematikan api, yang telah merambat