Home / Fiksi Remaja / About Me: Alshameyzea / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of About Me: Alshameyzea : Chapter 31 - Chapter 40

143 Chapters

Bab 15. Perubahannya (Part 4)

Huft! Aku menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Pandanganku beralih ke bangku kosong di sebelahku. Gak ada Aline, sepi juga.Aku mengerutkan dahi, berusaha mencari cara untuk mengusir rasa sedih yang tiba-tiba melanda. Kenapa harus merasa sedih di saat seperti ini? Hey Alsha! Kamu baru aja dapet medali, kenapa malah sedih sih!Dengan tekad, aku mengeluarkan buku paket IPA dari dalam tas. Kulihat deretan soal-soal latihan di dalamnya, dan aku mulai mengerjakannya dengan penuh konsentrasi. Setiap goresan pensil di atas kertas seolah membantu mengusir kepedihan dari hatiku. Alsha, kamu bisa melaluinya. Ini hanya sementara.Tiba-tiba, aku merasakan kehadiran seseorang di dekatku. Kuangkat kepala, dan melihat Keenan memasuki kelas. Dengan tatapan singkat, dia menatapku sebelum melanjutkan langkahnya. Keningku berkerut saat dia melewatiku tanpa sepatah kata pun.Pandanganku mengikuti langkahnya, melihat bagaimana sosoknya yang tegap
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 15. Perubahannya (Part 5)

"Yang sabar, All, jangan terlalu dipikirin kata-katanya." Suara lembut itu memecah kesunyian hatiku. Aku menunduk, berusaha keras menahan air mata yang mulai mengalir. Kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah mengerti betapa beratnya perasaan yang ku rasakan saat ini."Mungkin, saat ini, mood-nya kurang baik." Tambahnya, mencoba menenangkan dengan nada penuh pengertian. Suaranya memberikan sedikit rasa tenang di tengah kepedihan yang kurasakan."Kalo lo mau cerita, gue siap dengerin. Karena gue yang paling kenal dia di antara yang lain." Dia menawarkan telinga untuk mendengarkan, kata-katanya penuh dengan kepedulian tulus.Aku mendongak perlahan, menatap laki-laki yang dikenal sering memakai hoodie ke sekolah dan selalu dengan earphone yang melekat di telinganya. Kafka—dikenal dengan sikapnya yang tenang dan penuh perhatian.Aku tersenyum tipis, berusaha keras menahan air mata yang masih mengancam untuk jatuh. "Thanks, Kafka," ucapku lembut, merasa sedikit lebih ringan.Kafka hanya
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 16. HTS?

"Ternyata hubungan ini sebatas zona abu-abu di antara 'aku mencintaimu' dan 'kita adalah kita'."°°°°Aku berdiri tegak di depan kaca tebal yang memisahkan kami dari ruang IGD, tatapanku terpaku pada sosok Keenan yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Wajahnya yang biasanya tegas kini tampak sangat rapuh, dan tak ada tanda-tanda kesadaran di matanya. Dokter sebelumnya telah menjelaskan bahwa benturan keras di kepalanya membuatnya tak sadarkan diri, dan kami harus menunggu beberapa jam untuk mengetahui apakah dia akan pulih.Rasa cemas menyeliputi seluruh diriku, membuatku tidak bisa berpaling dari kaca itu. Hatiku terasa hancur melihat Keenan terbaring tak berdaya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jam, dan kesedihan mendalam menggerogoti setiap bagian dari diriku, menyisakan hanya rasa sakit yang mendalam.Nevan yang duduk di kursi depan ruang IGD mengangkat kepalanya, suara lembutnya menembus kerumitan pikiranku. "Al, lo udah dua jam berdiri di situ."Aku tahu betul ber
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 16. HTS? (Part 2)

Aku melotot, bingung dengan tingkahnya. "Iya, nih, aku makan!" ucapku tiba-tiba, merebut kotak nasi itu dan langsung memasukkan suapan pertama ke mulutku. Sebelumnya, aku sempat melihatnya tersenyum simpul, senyum kedua yang ditujukan padaku."Lo gak mau bilang makasih ke bunda gue?" tanyanya, masih tersenyum, namun dengan nada yang sedikit menuntut."Makasih banyak, salam buat bunda kamu," jawabku sambil mengunyah, berusaha mengalihkan perhatian dari tatapannya.Hening kembali menyelimuti kami. Aku sibuk menghabiskan makanan yang disiapkan dengan penuh kasih, sementara dia hanya diam, memperhatikanku dengan tatapan tajam."Ke gue?" suara barunya memecah keheningan, membuatku menoleh ke arahnya."Harus?" tanyaku, merasa sedikit terpaksa.Laki-laki itu mengerutkan keningnya, dan tatapannya kini berubah menjadi serius. "Buruan selesain makannya, kotak nasinya mau gue bawa pulang!" ucapnya, menambah tekanan dalam nada suaranya.Mode galak on!Tiba-tiba, suara notifikasi WA dari Kafka mem
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 16. HTS? (Part 3)

BIM! BIM!Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti mendadak di depan kami, memaksa sopir Grab melakukan rem mendadak yang membuatku terhuyung ke depan."Mbak? Gak papa kan? Aduh maaf mba, ini lagian siapa sih yang tiba-tiba berhenti dadakan gini. Kebiasaan deh, kayak jalan nenek moyangnya aja." omel sopir Grab itu dengan kesal.BIM! BIM!Sopir membunyikan klakson, mencoba memberi isyarat agar mobil di depan kami bergerak. Tapi nihil, tidak ada respon sama sekali. Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, seseorang muncul dari balik mobil itu."KELUAR!" teriaknya, mengacungkan senjata tajam ke arah kami. Wajahnya penuh amarah, membuat sopir Grab ketakutan, begitu juga aku.Aduh, ini siapa? Copet? Maling? Perampok? Begal? Jantungku semakin gak karuan, aku benar-benar panik saat ini. Seseorang, tolonglah aku."KELUAR ATAU GUE PECAHIN KACA MOBILNYA!" "Tenang mbak tenang, saya lagi telvon polisi, mbak jangan panik ya." ucap sopir grab ituPak? Gimana caranya tenang kalau gini, please!
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 16. HTS? (Part 4)

'Hah? Dia beneran Keenan? Keenan Aksara?' Aku masih tidak bisa memproses semuanya. Dalam suasana yang penuh ketegangan ini, kenyataan bahwa pria misterius yang melawan penjahat itu adalah Keenan semakin membuatku terkejut dan bingung. Tiba-tiba, sebuah mobil datang dengan cepat dan berhenti tepat di belakang mobil Grab. Dari mobil tersebut, keluar Kafka, Nevan, dan Abhi, bergegas menuju ke arahku. "All, lo gak papa?" tanya Kafka dengan suara penuh kekhawatiran. Aku hanya bisa mengangguk, masih terpengaruh oleh ketegangan yang menyelimuti suasana ini. "Lo yang tenang, ada kita di sini," ucap Kafka, berusaha menenangkan. "Kita gak bakal biarin lo kenapa-kenapa," tambah Nevan dengan suara tegas. "Iya, neng Alsha, mendingan di dalam mobil aja. Lebih aman," saran Abhi, menunjukkan rasa pedulinya. Kafka mengangguk, "Bener kata Abhi, lo masuk mobil dulu—" "Tapi Keenan lagi berantem, gimana aku bisa tenang!" potongku dengan panik, melihat Keenan yang masih berada dalam situasi
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 17. Trigonometri

Suasana pagi di SMAN Cendana terhampar dengan keanggunan yang mempesona. Sinar matahari pagi menyapu lembut bangunan-bangunan bersejarah sekolah, sedangkan angin pagi membawa aroma segar dari tanaman-tanaman yang baru mekar, menciptakan kedamaian yang hanya terputus oleh langkah gemulai siswa-siswa yang menuju kelas mereka.Saat aku melangkah hendak memasuki area sekolah, tiba-tiba aku melihat seorang siswa laki-laki berdiri di hadapanku. Ia mengenakan seragam dengan bagian atasnya yang dikeluarkan, menunjukkan kesan santai namun tetap berwibawa. Jaket jeans hitam yang ia kenakan seolah menyatu dengan tubuhnya yang kekar, menambah kesan keren pada penampilannya. Rambutnya tersisir rapi, memberikan kesan klimis yang menghiasi wajah tampannya, wajah yang begitu mudah dikenali."Kee-"Belum sempat aku menyebutkan namanya, Keenan sudah memegang tanganku dengan erat. Saat aku hendak melangkah, tiba-tiba segerombolan siswa laki-laki menghampiri kami."Loh?" mereka bertiga serempak, tampak k
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 17. Trigonometri (Part 2)

"Hai, Al," sapa Rey sambil tersenyum. Dia duduk di depanku di meja kantin dengan langkah yang tenang dan penuh percaya diri. Rey tampak sangat rapi, dengan seragam sekolahnya yang tersetrika dengan baik. Rambutnya tersisir rapi ke belakang, memberikan kesan terawat pada wajahnya yang ramah. Senyumannya, lembut dan manis, menghiasi wajahnya yang berseri-seri, memberi kesan bahwa dia benar-benar nyaman dan senang berada di sini. Matanya yang cerah memancarkan kebaikan, membuatku merasa seolah-olah dia benar-benar peduli dengan keberadaanku. Ketika dia duduk di depanku, aura positifnya langsung terasa, membuat suasana menjadi lebih hangat dan menyenangkan."Halo, Rey," jawabku sambil membalas senyumnya."Boleh aku temenin?" tanya Rey, matanya bersinar ceria."Boleh banget," jawabku, merasa gembira atas kehadiran Rey yang selalu membuat suasana lebih ceria.Rey melihatku dengan perhatian saat aku makan. "Kayaknya pelajaran hari ini bikin pusing banget ya," ucapnya sambil memperhatikan ak
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 17. Trigonometri (Part 3)

Aku mengeluarkan buku biologi dari tas, mempersiapkan diri untuk jam pelajaran terakhir.Coba kasih tau gue, Sheena, gimana caranya mengungkapkan rasa cemburu dengan baik." "Gue udah nyoba nyembunyiin perasaan cemburu gue dibalik senyuman, tapi itu semua malah bikin gue ngerasa gak nyaman. Pahit.""Gue gak suka ngeliat lo deket sama cowok lain. Sorry! Kalo gue kelewat lebay di mata lo!"Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Tatapanku mencari ke arah bangku Keenan di sudut kelas, namun tempat itu kosong. Tidak ada tanda-tanda Keenan atau teman-temannya. Mereka bolos? Rasa penasaran dan sedikit rasa cemas menggelayuti pikiranku. Suasana kelas biologi di jam terakhir seperti permainan menunggu waktu. Pak Dharma, guru biologi di SMA Cendana, masih semangat menjelaskan tentang sistem pencernaan, sementara beberapa dari kami mulai merasa seperti detik-detik ini adalah penantian yang tak berujung untuk pulang. Mata-mata kami yang mengantuk melirik ke arah jam dinding dengan
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Bab 17. Trigonometri (Part 4)

Dengan ekspresi serius laki-laki pemilik wajah tegas itu berdiri di depan kami. Melihat Keenan, cowok aneh itu akhirnya melepas genggamannya.Dia udah janji pulang sama gue," ujar Keenan dengan nada penuh penekanan.'Ha? Kapan?' batinku, bingung"Udah dibatalin janjinya," cetus cowok aneh itu, tidak memberi kesempatan untuk klarifikasi."Heh, mau Lo apa sih!" tanya Keenan, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan."Gue mau---" Cowok aneh itu mulai menjawab, namun terputus oleh interupsi."Udah-udah, aku sama Rey aja!" Aku memotong perdebatan mereka dan menarik tangan Rey, yang baru saja datang menghampiri kami. Rey tampak kebingungan, dan aku baru menyadari bahwa aku mungkin melakukan kesalahan.Tanpa aku sadari, aku melakukan satu kesalahan."Eh, Al?-" Rey mencoba memanggilku, bingung."Rey, kamu mau kan nganterin aku?" tanyaku, cepat-cepat membawa Rey menjauh dari dua cowok yang sedang berdebat.Setelah kami sampai di parkiran, aku melepas tangannya."Mau, tapi A-aku-" Rey mulai berbicara
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status