Semua Bab About Me: Alshameyzea : Bab 51 - Bab 60

143 Bab

Bab 21. Tuhan itu Baik (Part 3)

Alsha: Maaf Keenan, aku gak bisa pulang sama kamu sekarang Keenan Aksara: kenapa? kamu dimana emangnya? Aku tak mungkin memberitahu Keenan kalau aku di rumah sakit. Bisa-bisa dia marah besar. Jadi, kuputuskan untuk tidak membalas pesannya. Drt! Drt! Drt! Suara panggilan masuk dari Keenan menyusul setelah beberapa menit aku mendiamkannya. Drt! Drt! Drt! 'Aku gak mau nerima.' Drt! Drt! Drt! "HP lo," ucap cowok aneh itu sambil melirik ponsel yang kupegang. Dalam hati, aku bingung. Dengan satu gerakan, aku mengusap ikon merah, menolak panggilannya. 'Maaf, Keenan.' Setelah menjenguk Kak Davin, kami memutuskan untuk pulang. Di parkiran, saat Rey dan cowok aneh itu hendak masuk ke mobil, aku masih berdiri di luar, terjebak dalam pikiran yang melayang jauh. Keenan pasti marah besar, aku tidak bisa membayangkan reaksinya nanti. "Ngapain jadi patung disitu?" ucap cowok aneh itu, melangkah mendekat sementara Rey sudah berada di dalam mobil. "Aku pulangnya naik grab aja," jawabku, berusah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya

Bab 22. Keberanian

"Jika kehidupan adalah sebuah buku, maka awal hijrah adalah bab favorit ku." -Alshameyzea Afsheena °°°°Pagi itu, aku melangkah memasuki kelas dengan hati yang berdebar, seolah setiap langkahku menimbulkan riak dalam lautan keraguan yang menyesakkan. Rasanya, setiap sudut ruang kelas yang sempit itu dipenuhi oleh tatapan-tatapan yang tajam, menelusuri perubahan yang terasa begitu mencolok dalam diriku. Napasku terasa berat, meskipun aku mencoba untuk tetap tenang, mengabaikan bisikan-bisikan yang mengikuti di belakangku seperti bayangan yang tak terelakkan."Al? lo?" Suara Kafka memecah keheningan, serak dan penuh dengan keterkejutan. Dia berdiri di sana, matanya melebar, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Aku balas menatap Kafka, bibirku mencoba membentuk senyuman yang terasa getir. Langkahku tak terhenti, terus menuju bangku, meskipun hatiku ingin sekali berhenti dan melarikan diri. Kafka, Abhi, dan Nevan terus memperhatikanku, mata mereka dipenuhi dengan rasa ingin tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

Bab 22. Keberanian (Part 2)

Di tengah keheningan itu, suara pengumuman dari speaker sekolah tiba-tiba memecah suasana, menggema di seluruh sudut kelas dan lorong-lorong. "Perhatian! Kepada calon kandidat OSIS, diharapkan segera berkumpul ke kantor. Terimakasih."Aku beranjak dari tempat duduk dengan langkah yang sedikit ragu. Rasanya setiap gerakanku diawasi oleh tatapan diam mereka, seperti mereka menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Aku pergi dulu, ya," ucapku, suaraku berusaha terdengar tegas, meskipun ada sedikit getaran yang terselip.Saat aku melangkah pergi, suara Kafka menghentikan langkahku sejenak. "Al? Lo berani sendirian?"Pertanyaannya membuatku menoleh, melihat wajahnya yang penuh kekhawatiran. Kafka, aku tahu dia tipe orang yang pekaan, terutama terhadap hal-hal kecil yang mungkin terlewatkan oleh orang lain. Senyum tipis muncul di bibirku, mengangguk pelan untuk meyakinkan dia dan.. diriku sendiri, bahwa aku baik-baik saja. Aku meninggalkan mereka bertiga dengan perasaan campur adu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

Bab 22. Keberanian (Part 3)

Pertanyaan itu menghantamku seperti pukulan telak. Aku mencoba mempertahankan ketenanganku, menahan gemuruh emosi yang mulai berkecamuk di dada. "Aku pakai kerudung karena pilihan pribadi. Ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan niatku untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS," jawabku, berusaha setenang mungkin meski di dalam hati terasa sangat sakit.Namun, ejekan itu tak berhenti. "Kenapa lo tiba-tiba pakai kerudung? Biar kita milih lo?" seorang siswa lainnya ikut bersuara, disusul dengan komentar sinis lainnya."Hahaha, jadi orang kok sok suci!" ejek seorang siswa lain, wajahnya penuh cemoohan yang memantul di antara teman-temannya."Apa lo lagi tobat? Karena udah berhasil bikin temen kita, Davin, masuk RS?" seorang siswa lagi menambahkan, suaranya penuh dengan kepalsuan yang mengiris tajam."Eh bener! Sok jagoan banget tuh pacarnya, sampai bikin Davin masuk RS, padahal nggak sengaja, ya, kan?"Aku menelan ludah, berusaha menahan diri agar tidak ikut terhanyut dalam emosi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

Bab 22. Keberanian (Part 4)

Suasana semakin tegang. kak Claudia, yang semula memimpin tawa ejekan, mencoba mengendalikan situasi. "Kita cuma bercanda kok, Arshaka." Katanya, dengan senyum tipis yang penuh kepalsuan."Bercanda?" Arshaka menanggapi dengan nada yang lebih tegas, matanya menyipit penuh kemarahan. "Lo pikir ngejek keyakinan dan usaha orang itu lucu? Lo harusnya malu sama diri lo sendiri. Alsha punya keberanian buat tampil beda dan memimpin, sementara lo semua cuma bisa ngerendahin!"Kata-kata Arshaka memukul telak, menghempaskan setiap ejekan yang baru saja terlontar. Tak ada yang berani menanggapi, kecuali seorang siswa lain yang masih mencoba melawan arus. "Tapi kan dia beda sendiri. Gimana mau jadi ketua OSIS kalau gitu?"Arshaka menatap siswa itu dengan sorot mata tajam. "Justru karena dia berani beda, dia layak jadi ketua. Keteguhan dan keyakinannya itu kualitas pemimpin yang sejati. Kalau lo semua punya masalah sama program kerjanya, kasih saran yang bener, bukan hinaan!" Suaranya semakin tegas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

Bab 22. Keberanian (Part 5)

Meski rasa terima kasih masih ada di dalam hati, aku tidak bisa menahan diri untuk mengalihkan pandangan. 'Aku benar-benar nggak mood buat ngobrol sama siapa pun hari ini', bahkan dengan dia yang telah berdiri di pihakku.Dengan langkah tegas, aku berjalan melewatinya, berharap dia tidak mencoba menghentikanku. Tatapan kami bertemu sejenak, dan meskipun tidak ada kata-kata yang terucap, ada pemahaman yang melintas di antara kami. Dia membiarkan aku pergi, hanya menatap punggungku yang perlahan menjauh, membawa segala luka dan tekad baru yang harus kuhadapi sendiri.----Sepulang sekolah, aku memutuskan untuk berjalan kaki meskipun matahari sore masih terasa menyengat. Jalanan dipenuhi kendaraan yang melaju perlahan, orang-orang baru pulang kerja, dan suara klakson yang bersahutan membuat suasana semakin ramai. Namun, di tengah keramaian ini, hatiku justru terasa sepi, seolah-olah aku hanyalah sosok kecil yang terhanyut dalam lautan manusia.Setiap langkahku terasa berat, pikiranku te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

Bab 23. Bimbingan dari Langit

"Setiap tantangan adalah pelajaran dan setiap kesabaran adalah kekuatan."°°°°"Sheena..."Suara itu terdengar lagi, begitu jelas di telinga, menggetarkan hatiku dengan kelembutan dan kehangatan yang hanya dimiliki oleh sosok nenek. Pandanganku menyapu sekitar, nihil, tidak ada siapa-siapa disini. Air mataku mengalir deras, mengiringi panggilan itu dalam keheningan ruangan yang sunyi."Sheena...""Nenek... di mana, Nek?" suaraku gemetar, terputus-putus oleh kekosongan yang mendalam di dalam hatiku. Aku merasa hancur, terpuruk dalam rasa kehilangan yang tak terungkapkan. Tubuhku rapuh, seperti tak mampu lagi menahan beratnya duka yang menghimpit.Aku bersimpuh lemas di tempat yang asing ini, meratapi kekosongan yang menyelimuti diriku tanpa ampun. Tanganku menutupi wajahku yang terasa hangus oleh kepedihan ini. Aku menangis dalam kesendirian yang menyayat hati, merindukan pelukan hangat nenek yang selalu menjadi penyejuk dalam badai kehidupanku."Nek.." ucapku sesenggukan."Sheena mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 23. Bimbingan dari Langit (Part 2)

"K-kalian sebenarnya siapa?" Suaraku bergetar saat aku melihat mereka tersenyum padaku. Tiba-tiba, wanita itu melangkah maju ke arahku. Aku merasa hendak mundur, namun pandanganku terpaku pada kecantikannya. Ibu ini cantik sekali, wajahnya tampak tidak asing bagiku, seolah pernah kulihat dalam mimpi atau kenangan yang samar."Nak... selesaikan tugasmu dulu, baru kamu boleh pulang," ucapnya lembut, suaranya penuh kehangatan yang menenangkan.'Tugas?' Aku berusaha memikirkan dengan cepat. Tugas apa yang dimaksud ibu ini? Tugas sekolah? Rasanya aku sudah menyelesaikan semua, dan terakhir kali aku ingat, di sekolah sedang dalam waktu free class. Wanita itu tersenyum lembut, matanya penuh dengan kebijaksanaan. "Pikirkan ini baik-baik. Dalam perjalanan hidupmu, ada tiga pertanyaan besar yang harus kamu jawab."Aku mengerutkan kening, bingung. "Tiga pertanyaan besar? Apa aja?"Wanita itu menjawab dengan tenang, "Yang pertama... darimana kamu berasal.""Yang kedua... untuk apa kamu hidup."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 23. Bimbingan dari Langit (Part 3)

Laki-laki itu tersenyum padaku, "Ketahuilah nak, dunia ini, dengan segala keindahan dan kerumitannya, akan selalu menjadi misteri bagi mereka yang mau berpikir. Seperti samudera yang tak bertepi, ia menyimpan rahasia yang hanya dapat diungkap oleh hati yang berani bertanya dan jiwa yang bersedia menyelam ke kedalaman.Dalam setiap matahari terbit dan terbenam, dalam setiap daun yang jatuh dari pohon, ada cerita yang menunggu untuk ditemukan. Bagi mereka yang mau berpikir, dunia bukan sekadar tempat untuk hidup, tetapi sebuah teka-teki raksasa yang setiap potongannya menyimpan pelajaran dan makna.Setiap hembusan angin membawa bisikan dari masa lalu, setiap tetes hujan adalah cermin dari perasaan dan emosi yang pernah dirasakan oleh manusia. Bintang-bintang di langit malam bukan hanya cahaya yang jauh, tetapi tanda-tanda dari misteri alam semesta yang abadi. Mereka yang mau berpikir, menyadari bahwa setiap fenomena, betapa pun kecilnya, memiliki tujuan dan arti yang mendalam.Hidup ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 24. Arti Rumah

"Di tengah kesunyian, terkadang hati kita menemukan suara yang paling nyata."°°°°"Aline? Kenapa kamu nggak ke sekolah?" tanyaku, melihatnya tanpa seragam, sementara Kafka, Abhi, dan Nevan sudah siap dengan seragam mereka.Aline menggeleng lembut. "Aku mau jaga kamu, Al.""Aline, aku baik-baik aja kok kalau kamu pergi," kataku sambil tersenyum tipis. Ini sudah hari kelima aku di Rumah Sakit, dan Aline sudah izin lebih dari seminggu. Aku khawatir dia kena Alpha."Enggak, Al. Aku nggak mau kamu merasa sendirian," jawab Aline dengan nada sedih, sambil memegang tanganku erat."Ada gue," ujar Keenan tiba-tiba, duduk di samping Aline dengan sikap tenang namun tegas. "Lo harus ke sekolah. KBM udah mulai aktif, nanti lo bakal ketinggalan banyak materi," lanjutnya, berusaha meyakinkan Aline dengan nada penuh kepastian.Keenan benar. Pelajaran telah berjalan seperti biasanya. Ini hari kelima aku di rumah sakit, yang berarti pemilu OSIS sudah berlalu. Kemarin, Pak Iwan dan kandidat OSIS lainnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status