Semua Bab About Me: Alshameyzea : Bab 71 - Bab 80

143 Bab

Bab 27. Cinta yang Terluka (Part 3)

Aku mendengus kesal. "Kamu bilang apa barusan?" tanyaku.Arshaka terkejut, kemudian sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. "Lo cantik kalau pakai kacamata, Sha."Mendengar pujian yang tidak terduga itu, marahku tiba-tiba memudar. Aku merasa bingung dengan perasaanku sendiri, heran dengan reaksi yang ditimbulkan oleh kata-katanya.Arshaka tersenyum lagi, kali ini dengan kehangatan yang lebih jelas. "Jangan terlalu banyak mikir, Sha. Biar nggak lupaan.""Eh? Iyakah?" tanyaku, sedikit bingung.Arshaka tertawa melihat ekspresi bingungku, dan untuk pertama kalinya, aku melihat tawa itu. Tawa yang memunculkan kedua lesung pipit di wajahnya, menambah pesona yang jarang kulihat. "Udah, buruan makan," perintahnya sambil menunjuk kotak nasi yang sudah kubuka sejak tadi.Di tengah keheningan yang nyaman, aku mulai makan, sementara Arshaka duduk di sampingku, memastikan aku menyelesaikan makananku. Perhatian sederhana yang ditunjukkannya memberi warna baru pada hari ini, membuatku merasa lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 27. Cinta yang Terluka (Part 4)

Aku berdiri cepat, dan Aline mengikuti langkahku menuju jendela. Dari sana, kami bisa melihat kerumunan yang sedang berkumpul di taman belakang, di tengah-tengahnya terlihat Keenan dan seorang siswa lainnya yang saling berhadapan.Aline menatapku, "Kita harus kesana, Al!"Aku mengangguk, dengan cepat meninggalkan bangku dan menuju pintu kelas bersama Aline. Di dalam hati, aku merasa cemas dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya satu yang pasti-aku harus memastikan semuanya baik-baik saja, dan jika perlu, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.Ketika aku dan Aline sampai di taman belakang, suasana sudah riuh. Kerumunan siswa mengelilingi dua sosok yang bertarung. Aku dan Aline berusaha menembus kerumunan yang semakin memanas. Kami melihat Kafka, Abhi, dan Nevan berlari ke arah pertarungan, mencoba melerai Keenan dan Arshaka."Keenan! Udah! Kontrol emosi lo, ini sekolah!" teriak Kafka, mencoba menahan Keenan.Tapi, amarah Keenan semakin memuncak. Tanpa memperhatikan siapa yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 28. Di Antara Pilihan dan Perasaan

"Dalam dunia yang penuh pilihan dan perasaan, setiap langkah adalah puisi yang ditulis di atas kanvas hidup yang tak ternilai."°°°°Aku duduk di bangku di depan kelasku, tenggelam dalam dunia yang diciptakan oleh buku yang sedang kubaca. Angin sepoi-sepoi meniup lembut kerudungku, memberikan rasa nyaman di tengah panasnya siang. Pandanganku sesekali beralih dari halaman buku ke sekeliling, mengamati suasana sekolah yang mulai sepi karena sebagian besar siswa memilih untuk bermain di lapangan atau menghabiskan uangnya di kantin, termasuk Aline. Dia sejak tadi memaksaku untuk ke kantin, tapi aku menolaknya, aku ingin menghabiskan bacaanku dulu.Saat itulah mataku menangkap sosok yang familiar. Arshaka dan Rey berjalan bersama menuju kelas mereka. Mereka tampak bercakap-cakap, tampaknya begitu asyik hingga tak menyadari kehadiranku yang duduk di sana. Aku menatap mereka, terutama Arshaka. Aku merasa lega melihat luka di wajah Arshaka yang sudah mulai memudar. Kejadian perkelahian itu te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 28. Di Antara Pilihan dan Perasaan (Part 2)

---Saat aku terbaring di rumah sakit, aku sempat berpikir bahwa kesempatan untuk menjadi kandidat OSIS akan hilang begitu saja. Anehnya, aku tidak merasa sedih atau kecewa dengan kemungkinan itu. Sebaliknya, ada rasa lega yang aneh di dalam diriku. Aku tidak benar-benar ingin menjadi kandidat OSIS.Keesokan harinya, Pak Iwan menghubungiku. Suaranya terdengar tenang dan penuh perhatian."Alsha, bagaimana keadaanmu?" tanyanya.Aku menjawab pelan, "Sedikit lebih baik, Pak. Tapi, saya khawatir tentang pemilihan OSIS. Saya tidak yakin bisa berpartisipasi."Pak Iwan menghela napas, lalu berkata, "Kami memutuskan untuk menunda pemilu sampai kamu benar-benar pulih."Aku terkejut mendengar itu. "Benarkah, Pak?""Ya, kami ingin memastikan bahwa semua kandidat memiliki kesempatan yang adil. Dan yang terpenting, kami ingin kamu fokus pada pemulihanmu dulu. Jadi, istirahatlah dan sembuhkan dirimu. Kami akan menunggu," kata Pak Iwan dengan suara hangat saat itu.---Pemilu OSIS di SMAN Cendana sel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 28. Di Antara Pilihan dan Perasaan (Part 3)

"Menurut gue, Alsha juga layak dipertimbangkan. Dia punya kemampuan yang sama dan juga bisa diandelin." Rey mencoba meyakinkan Arshaka, sedangkan aku hanya bisa menelan ludah, 'kenapa Rey bisa seyakin itu ke aku?'Arshaka menatap Rey dengan frustrasi. "Tapi kita butuh seseorang yang bener-bener siap setiap saat. Clara sudah terbukti kompeten dalam hal ini."Rey mengangkat alis, mencoba bersikap ringan. "Oh, jadi Clara udah dipastiin tanpa pertimbangan lain?"Arshaka mendengus. "Dan lo mau bilang kalau lo lebih tau dari gue tentang siapa yang cocok untuk posisi ini?"'Eh? Kenapa mereka malah berdebat?' Semua orang yang di ruangan hanya bisa diam, melihat kedua laki-laki itu berbicara.Rey, dengan nada penuh percaya diri, menanggapi, "Gue nggak bilang gitu. Gue cuma mau bilang kalau Alsha juga punya catatan bagus. Kalau lo terus-menerus pilih Clara, kita nggak bakal dapet pandangan objektif."Arshaka mengerutkan kening, tampak marah. "Gue udah banyak pertimbangkan semua faktor, Rey. Dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 28. Di Antara Pilihan dan Perasaan (Part 4)

Aku terkejut dan merasa terhentak dari pikiranku. Dengan suara lembut dan penuh keraguan, aku menjawab, "Sebenernya, aku nggak yakin kalau aku nanti jadi sekretaris OSIS. Aku khawatir aku nggak bisa memenuhi harapan dan tanggung jawab yang ada."Arshaka, yang mendengar pernyataan ini, langsung menatap Rey dengan nada tajam. "Lo denger sendiri kan? Yang lo pilih aja nggak yakin sama dirinya sendiri. Kenapa lo bisa segitu yakinnya milih dia?"Rey, yang tampak marah, langsung membalas, "Shaka! Lo kenapa sih! Kok lo gini ke Alsha! Dia baru aja bilang kalau dia nggak yakin, tapi itu bukan berarti dia nggak bisa melakukannya. Kenapa lo harus membela Clara dengan cara kayak gini?"Arshaka, yang merasa terpojok, menjawab dengan nada tinggi, "Lo yang kenapa, Sampai segitunya ke Alsha! Kenapa lo begitu keras membela dia, padahal gue udah banyak pertimbangan!"Melihat pertengkaran yang semakin memanas, aku merasa hatiku berat. Mendengar Arshaka dan Rey saling berdebat, terutama ketika Arshaka me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 29. Konflik dan Harapan

"Seperti matahari terbenam yang menyalakan langit dengan warna-warna akhir, setiap pertentangan memurnikan jiwa kita dengan pelajaran berharga."°°°°Setelah pemilihan struktur inti OSIS, semua pengurus yang baru terpilih diminta berkumpul di aula sekolah. Ruangan itu telah dipersiapkan dengan baik. Kursi-kursi berjejer rapi, sementara tirai tebal berwarna biru tua menutupi jendela, membatasi cahaya matahari yang biasanya menerangi ruangan.Kemarin terasa seperti mimpi yang menegangkan—perdebatan sengit antara Arshaka dan Rey di ruang OSIS masih terbayang jelas di benakku. Suara mereka menggema, mengisi setiap sudut ruangan dengan ketegangan yang membuat napasku terasa berat. Arshaka dengan ketegasannya, dan Rey dengan argumennya yang tak kalah kuat, bertarung dalam kata-kata hingga akhirnya keputusan final pun dijatuhkan. Aku terpilih menjadi sekretaris OSIS, bersama Ghisel sebagai wakil, Clara sebagai bendahara, dan Elysia sebagai wakil bendahara. Meskipun keputusan itu akhirnya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 29. Konflik dan Harapan (Part 2)

Pak Iwan kemudian memproyeksikan nama-nama kami di layar besar di depan aula. Nama-nama itu muncul satu per satu, seakan menegaskan tanggung jawab baru yang kini kami emban. Arshaka sebagai ketua OSIS, Rey sebagai wakil ketua, aku sebagai sekretaris, Ghisel sebagai wakil sekretaris, Clara sebagai bendahara, dan Elysia sebagai wakil bendahara. Nama-nama itu berkilau di layar, mengukir janji dan harapan untuk masa depan SMAN Cendana.Aku tak bisa menahan diri untuk melirik ke arah Arshaka. Namun, seperti biasa, dia hanya menoleh ke arah lain, wajahnya tetap dingin dan tak terbaca. Ada jarak yang terasa semakin jauh di antara kami, sebuah dinding tak terlihat yang sulit untuk dirobohkan. Namun, di balik semua itu, aku bertekad. Apapun yang terjadi, aku akan menjalankan tugas ini dengan sebaik mungkin. Bersama teman-teman yang lain, kami akan bekerja keras untuk membuat sekolah ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua siswa. Ini adalah awal dari sesuatu yang baru, dan aku harus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 29. Konflik dan Harapan (Part 3)

Aku hanya membalas dengan senyum kecil, mengangguk pelan, dan kembali memusatkan perhatian pada catatanku. Rey, yang duduk di seberang meja, tampak berbeda dari biasanya. Tatapannya tidak bercanda seperti biasanya, kali ini dia serius, memperhatikan dengan perhatian yang dalam. Sesekali, dia mengarahkan senyuman hangat ke arahku, menambah rasa nyaman di tengah ketegangan rapat.Arshaka melirik ke arah kami sekilas, ekspresi wajahnya tetap datar namun matanya menunjukkan konsentrasi penuh. “Alsha, pastikan semua agenda dicatat dengan detail. Rey, nanti lo bantu koordinasi dengan ketua divisi.”Rey mengangguk mantap, suaranya penuh kepastian. “Siap.”Sementara itu, Clara duduk di sebelah Arshaka, tidak bisa menutupi tatapan yang penuh kekaguman terhadapnya. “Arshaka, kalau ada acara nanti, aku bisa bantu urus dana. Aku punya beberapa kontak sponsor yang bisa kita manfaatkan,” ucapnya dengan nada manis sambil memainkan rambutnya, matanya berbinar dengan harapan.Elysia, yang duduk di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Bab 29. Konflik dan Harapan (Part 4)

“Bentar lagi kalau udah sampai kantin,” jawab Ghisel, sengaja menggantungkan rasa penasaran.Aku mengangkat alis, menyaksikan kehebohan kecil di depan mata. Dengan sedikit kekaguman, aku menggeleng pelan melihat tingkah mereka. Kami melanjutkan langkah hingga sampai di kantin, menemukan meja kosong di sudut dekat jendela.Kami memesan makanan dan minuman sebelum duduk. Suasana kantin yang ramai mulai terasa menyenangkan.“Ngomong-ngomong, rapatnya gimana? Seru atau bosenin?” Aline langsung membuka percakapan dengan penuh antusias.“Seru lah, mana ada bosenin. Apalagi ketos-nya ganteng,” kata Ghisel, menggoda dengan nada nakal.“Heh! Si ganteng itu milik gue, awas aja macem-macem!” Aline membalas, nada suaranya mengancam tapi penuh canda.Ghisel tertawa, sementara aku hanya bisa menghela napas panjang. 'Mulai.'“Tapi serius deh, Lin, bener kata lo waktu itu, Arshaka emang ganteng banget, cuy. Bukan cuma itu, dia juga pinter kalau disuruh ngasih ide-ide tentang program OSIS. Pantes aja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status