Home / Fiksi Remaja / About Me: Alshameyzea / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of About Me: Alshameyzea : Chapter 61 - Chapter 70

143 Chapters

Bab 24. Arti Rumah (Part 2)

Setelah baca pesan itu, rasa terima kasihku semakin meluap. Selama ini, aku menganggap lima hari di RS, ternyata sudah seminggu. Dan betapa bersyukurnya aku memiliki seseorang seperti Keenan di sampingku. Aku menatap Keenan dengan mata yang penuh rasa haru, dan senyuman lembutku tak mampu menutupi betapa dalamnya rasa syukurku. Di tengah semua kepedihan dan ketidakpastian, kehadiran Keenan adalah cahaya yang memberi harapan, mengingatkan aku bahwa aku tidak sendirian dalam hidup ini. Dia selalu punya cara untuk membuatku merasa istimewa. Dalam hatiku, aku berdo'a agar bisa segera sembuh dan kembali ke kehidupan normalku. Tapi satu hal yang pasti, Keenan akan selalu menjadi bagian penting dari hatiku. "Makasih banyak ya, Keenan. Makasih sudah mau jagain aku, nungguin aku, sabar ngadepin sikapku." ucapku dengan nada haru.Keenan mengangguk pelan, sambil tersenyum lembut padaku, "Sudah, waktunya kamu istirahat gih." ucap Keenan, menyuruhku untuk tidur setelah aku menyelesaikan makanku
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 25. Pelepasan Penuh?

"Setiap akhir adalah awal baru yang penuh dengan kemungkinan."°°°°Hari terakhirku di rumah sakit terasa penuh warna, dipenuhi obrolan dan canda tawa teman-temanku. Ruangan itu terasa hangat, meski dinding putihnya menyimpan kisah-kisah pasien yang lain. Keenan duduk di sampingku, wajahnya penuh perhatian. Di seberang ruangan, Aline sibuk bercerita tentang rencana kami untuk besok, tangannya bergerak seolah-olah dia sedang merajut imajinasinya menjadi kenyataan. Sementara itu, Kafka, dengan santai memainkan gitar, jemarinya menari di atas senar, menciptakan melodi yang terasa akrab namun menenangkan. Abhi, yang selalu ceria, duduk di sebelah Kafka, sesekali ikut bernyanyi dengan senyum lebar.Nevan yang biasanya tenang tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang mengguncang suasana. "Al, kalau boleh tau, siapa yang nabrak lo?"Pertanyaan itu menghentikan waktu sejenak. Semua suara lenyap, dan aku merasa seolah-olah hanya ada aku dan bayangan kecelakaan itu di ruangan ini. Ingatan yang menc
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 25. Pelepasan Penuh? (Part 2)

Dokter Athala memandang Aline dengan tatapan lembut dan memberi isyarat agar dia meninggalkan ruangan. Aline sedikit gelagapan, wajahnya tampak merah muda saat senyum dokter itu terarah padanya. Aku terkekeh pelan melihat kelakuan Aline. Dia lucu banget.Ketika teman-teman Keenan dan Aline keluar, ruangan menjadi lebih tenang. Dokter Athala mendekat dengan langkah penuh keyakinan, dan dengan lembut mulai memeriksa kondisiku. Senyumnya yang ramah dan tatapannya yang penuh perhatian membuatku merasa lebih tenang, meskipun perasaan cemas masih ada di dalam hatiku. Aku memperhatikan wajahnya, 'eh? Aku baru sadar, sepertinya aku pernah melihat dokter ini, tapi dimana ya?' Aku mencoba mengingat sesuatu, tapi malah membuat kepalaku tambah pusing."Alsha, kondisimu sangat baik, jangan terlalu banyak mikir, dan selamat, besok kamu benar-benar bisa pulang," kata Dokter Athala sambil meletakkan kantong plastik hitam berisi obat di samping tempat tidurku. "Ini obatmu, Alsha."Aku memandang obat
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 25. Pelepasan Penuh? (Part 3)

Sore itu, kami meninggalkan rumah sakit dengan perasaan lega yang menyelimuti kami setelah berhari-hari di sana. Keenan dan Kafka mengantar kami pulang menggunakan mobil, sementara Abhi dan Nevan mengikuti di belakang dengan motor. Suasana di dalam mobil cukup ceria, meskipun tubuhku masih terasa lelah, aku merasa tenang mengetahui bahwa akhirnya kami bisa kembali ke rumah.Namun, ketenangan yang menyenangkan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, di tengah perjalanan, sebuah geng motor muncul dari kejauhan, menghalangi jalan kami dengan formasi yang menakutkan. Mobil kami terpaksa berhenti mendadak. Keenan mengerutkan kening, tatapannya terpaku pada geng motor yang terdiri dari sepuluh motor lebih, dengan anggota yang tampak garang dan siap menghadapi apa pun.Salah satu dari mereka menghampiri mobil, mengetuk kaca dengan keras. "Keluar semua!" suaranya kasar, penuh ancaman.Keenan membuka kaca sedikit, wajahnya tegang dan penuh ketidakpastian. "Raka," ucapnya dengan nada dingin.Aku da
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 26. Dalam Pelukan Malam

"Kehilangan mengajarkan kita arti kehadiran"°°°°--Malam menampilkan langit yang dihiasi bintang-bintang bersinar gemerlapan, seperti permata yang tersebar di samudera hitam, aku dan Keenan duduk di depan rumahku. Bulan purnama memancarkan cahaya lembutnya, menyelimuti malam dengan sentuhan magis yang menenangkan. Angin malam berhembus lembut, menambah keheningan malam yang menyentuh.Keenan menatap bintang-bintang, lalu mengalihkan pandangannya kepadaku dengan senyuman yang penuh arti. "Sheena," katanya dengan lembut, "Bintang-bintang itu selalu ada untuk bulan, meskipun kadang mereka nggak tampak. Aku ingin kamu tahu, aku akan selalu ada untukmu, seperti bintang-bintang itu untuk bulan."Aku mendengar kata-katanya, merasakan betapa indahnya kalimat-kalimat itu.Kemudian, tanpa peringatan, Keenan menatapku dengan sorot mata yang begitu dalam, seolah-olah dia mencoba membaca jiwaku. Mata cokelatnya yang lembut memancarkan perasaan yang sulit diartikan, seakan menyatu dengan kedamaia
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 26. Dalam Pelukan Malam (Part 2)

Meskipun aku melihat Aline juga ikut menangis, tapi dia berusaha berbicara dengan lembut, suaranya penuh kasih sayang. "Al, dengerin aku. Kehilangan orang yang kita sayang emang berat, dan rasanya seperti kehilangan rumah, tempat perlindungan kita. Tapi rumah itu bukan hanya sekadar bangunan atau tempat. Rumah adalah orang-orang yang peduli pada kita, yang selalu ada untuk kita."Aku terisak, mencoba mencerna kata-kata Aline yang menyentuh hati."Meskipun kamu telah kehilangan orang-orang yang paling kamu sayangi, kamu masih punya aku, sahabatmu." ucap Aline Aku merasakan sedikit harapan di tengah kesedihan yang mendalam. "Aku janji, kita akan melewati ini bareng-bareng. Kamu gak sendirian, Al. Ada aku disini. Di samping kamu." kata Aline, suaranya tegas namun lembut.Di malam ini, dalam hangat pelukan sahabatku, aku menemukan kekuatan untuk menghadapi hari esok. Mengingatkanku bahwa kesepian hanyalah ilusi, dan aku selalu memiliki seseorang yang mendampingi. Aline. Sahabatku.Alin
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 26. Dalam Pelukan Malam (Part 3)

Arshaka mendengus kesal, dia melangkah maju ke arahku, "Asal lo tau ya, gue punya nama! Arshaka Najendra, panggil gue Shaka!" ucapnya sambil menekankan kata 'Shaka' padaku."Shaka? Si cowok aneh," sahutku tanpa ragu, tetap dengan nada santai yang mungkin hanya semakin membuatnya marah.Dia melotot ke arahku, "Lo minta diapain, Sha?""Aku cuma ngomong jujur. Kamu emang aneh, kan," jawabku, tetap tenang meski situasi ini semakin memanas.Arshaka tampak semakin kesal, jarinya menunjuk ke arahku dengan gerakan cepat, seperti ingin menuduhku atas sesuatu yang besar. "Lo.." suaranya menggantung, mencari kata-kata yang lebih kuat untuk mengungkapkan perasaannya.Namun tiba-tiba, dia menarik diri, seolah menyadari bahwa melanjutkan ini tidak akan membawa keuntungan. "Udahlah, gue lagi nggak mood berantem sama lo!" ucapnya dengan nada kesal, melangkah mundur, menciptakan jarak antara kami yang tadinya begitu dekat."Siapa juga yang mau berantem sama cowok aneh kayak kamu." sahutku sambil memba
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 26. Dalam Pelukan Malam (Part 4)

Beberapa menit kemudian, Arshaka keluar dari kamar mandi dengan hem panjang berwarna putih dan celana kain hitam. Penampilannya yang tampak seperti anak magang membuatku tersenyum canggung, merasa sedikit bersalah karena baju yang kuberikan.Arshaka memperhatikan penampilannya, "Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" tanya dia.Aku menggeleng cepat, berusaha menutupi rasa canggungku dengan senyuman. "Gue mau pulang," ucapnya, dan nada suaranya menunjukkan kekhawatiran.Aku melirik ke luar rumah, melihat hujan yang masih mengguyur dengan deras. "Gue takut dicari orang rumah," tambahnya, tampak semakin gelisah."Percuma aku kasih kamu baju ganti kalo pulang sekarang. Di luar masih hujan deras, kamu nggak boleh pulang. Tunggu reda dulu," tegasku, merasa khawatir dengan keputusannya."Tapi—" Arshaka mulai membantah, namun aku menghentikannya dengan cepat."Tunggu di sini," kataku sambil menuju dapur. Aku menyiapkan sesuatu dengan cepat, suara cericit hujan di luar membentuk latar belakang yan
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 27. Cinta yang Terluka

"Terkadang, dalam diam, cinta berbicara lebih lantang."°°°°Pagi ini, 1 Februari, dimulai dengan sinar matahari lembut yang menyelinap masuk melalui celah tirai, memberikan sentuhan keemasan pada ruangan. Namun, di rumahku, suasananya terasa biasa, seperti hari-hari lainnya. Aku bangun tanpa harapan, tanpa antusiasme, karena hari ini selalu berlalu tanpa perayaan.Saat aku meresapi kenyataan pagi ini, Aline tiba-tiba muncul dengan semangat yang tak terhingga. "Selamat pagi, Alsha!" teriaknya dengan nada ceria yang hampir membuatku terlonjak dari tempat tidur. "Buruan bangun, Al!"Aku meliriknya dengan bingung. "Aline, Ini masih pagi, ngapain heboh banget sih?"Dia langsung menarik selimutku dengan penuh tenaga, dan saat aku akhirnya keluar dari kamar, mataku terbelalak melihat pemandangan di ruang tamu. Ruangan itu dipenuhi balon-balon warna-warni yang berkilauan, pita-pita yang tergantung dengan anggun, dan meja yang penuh dengan kue-kue cantik yang menggugah selera. Semua ini teras
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 27. Cinta yang Terluka (Part 2)

Keenan menatap ke jendela sekali lagi, wajahnya dipenuhi ekspresi campur aduk, antara kesedihan dan harapan. Tak lama kemudian, dia membalikkan tubuh dan melangkah pergi dengan langkah yang tampak berat dan lambat. Kepergiannya terasa seperti satu babak penutup yang belum selesai.Hati ini berdegup kencang saat aku akhirnya keluar dari tempat persembunyianku. Melangkah perlahan menuju gerbang, aku mengambil bunga tulip yang masih tergeletak di tanah, bersama dengan surat kecil yang tergantung di sana. Kupegang bunga itu dengan lembut, merasakan kehangatannya yang masih menyimpan rasa perhatian dan pengertian.Aku membuka surat itu dengan tangan yang bergetar. Di dalamnya, tertulis:"Aku tau, kamu masih marah sama aku, but I wanted you to know how special today is for me. Hari ini, gadis paling istimewa lahir.Semoga harimu selalu bahagia ya, cantik. Maaf kalau aku belum bisa memberikan lebih dari ini. Have a great one, Sheena..Aku kangen kamu, boleh?"Air mata mulai mengalir di pipik
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status