Semua Bab Terjerat Cinta CEO Dingin: Bab 21 - Bab 30

60 Bab

Bab 21: Masalah Semakin Runyam

Mark menaikan alisnya mendengar pertanyaan dari istrinya itu. Mata birunya menatap Dania dengan penuh ketenangan, berusaha meyakinkan istrinya yang masih terlihat rapuh dan cemas.“Dania, jangan pikirkan hal itu lagi,” ujarnya dengan suara yang lembut namun penuh ketegasan. “Aku bisa mengatasinya. Ini bukan pertama kalinya aku harus menghadapi rumor dan gosip seperti ini. Percayalah, ini tidak akan mempengaruhi reputasi atau nama baikku. Semua ini hanya sementara. Mereka tidak berhak ikut campur dalam urusan pribadiku.”Dania mengangguk pelan, meski hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran. Dia tahu Mark adalah pria yang kuat dan tangguh, tetapi fitnah yang dilontarkan Marsha terasa begitu menghancurkan, seperti pisau tajam yang menusuk tanpa ampun.Namun, ia mencoba untuk percaya pada suaminya, mencoba untuk menggantungkan harapan pada kata-kata meyakinkan yang keluar dari mulutnya.“Tidurlah. Sudah malam.”“Memangnya kau mau ke mana?” tanya Dania setelah Mark memintanya untuk tidu
Baca selengkapnya

Bab 22: Sebaiknya Akhiri Saja Pernikahan Kita

Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Cahaya matahari yang lembut mulai menyusup di antara tirai jendela, menerangi kamar tidur yang nyaman. Dania membuka matanya perlahan, merasa berat karena tidur yang tak tenang. Ponselnya berdering tanpa henti di sampingnya, suara getarannya mengusik ketenangan pagi itu. Dengan enggan, ia meraih ponselnya, mata masih setengah tertutup. “Halo?” suaranya serak, mencerminkan sisa-sisa kelelahan yang masih menggantung.“Halo, Dania. Apa kau sudah melihat berita sejak semalam? Kau sedang menjadi pembicaraan hangat di media, Dania!” suara Maia di seberang terdengar penuh dengan kepanikan dan keterkejutan.Sontak Dania terbangun dari tidurnya, menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya. “Apa? Maksudmu ….” Suaranya mulai menguat, nadanya dipenuhi rasa cemas dan tidak percaya.“Ya. Berita tentang siapa dirimu yang menjadi istri seorang Mark. Kau difitnah sebagai wanita murahan. Oh my God!” Maia terdengar sangat shock, suaranya nyaris bergetar saat membe
Baca selengkapnya

Bab 23: Memberinya Sesuatu

“Tidak ada!” ucap Mark dengan tegas. Pandangan Mark menembus Dania dengan intensitas yang tajam dan tak terbantahkan.Ada api yang membara di matanya, sebuah kekuatan yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih tebal, seolah-olah sedang membara di bawah pengaruh kehadiran yang begitu mendominasi.Dania, yang merasa kecil di hadapan tatapan penuh emosi itu, merasakan pundaknya meringkuk tanpa sadar, seolah-olah mencoba melindungi dirinya dari energi yang dikeluarkan oleh suaminya. Suara napasnya terdengar putus-putus, seolah berusaha menahan ketakutan yang merayap di dadanya.“Dania,” kata Mark, suaranya rendah, hampir seperti bisikan, tapi ada nada ketegasan yang tidak bisa disangkal di balik kata-katanya. "Aku ingin kau tahu satu hal dengan sangat jelas: perkara ini, apa pun yang mereka katakan, tidak ada hubungannya dengan pernikahan kita."Dania menggigit bibirnya, berusaha menahan gemetar yang mulai merambati tubuhnya. "Ta&md
Baca selengkapnya

Bab 24: Ceraikan Istrimu

Pagi masih gelap ketika Dania terbangun, meraba sisi ranjang yang dingin di mana Mark seharusnya berada. Tidak ada kehangatan, tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Lagi-lagi, Mark telah pergi bahkan sebelum fajar merekah di ufuk timur."Ke mana dia?" gumamnya dengan suara serak. Ia menoleh ke kanan dan kiri, bahkan mendengarkan suara di kamar mandi. Namun, tidak ada tanda-tanda jika Mark ada di kamar mandi.Dania merasakan kehampaan mengisi relung hatinya, seolah-olah malam-malam tanpa suaminya telah mencuri sesuatu yang berharga dari dirinya.Mark pulang larut malam, saat Dania sudah terlelap, dan pergi pagi-pagi sekali, saat mata Dania masih terpejam dalam kantuk. Hatinya terasa berat, penuh keraguan dan kecemasan yang tak kunjung reda.Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, kegelisahan yang tak kunjung hilang. Apakah Mark masih marah padanya? Apakah kata-kata yang terucap hari itu telah melukai hatinya lebih dalam dari yang Dania duga?Dia me
Baca selengkapnya

Bab 25: Permintaan Maaf Dania

Malam itu, rumah terasa sepi, seakan-akan bersekutu dengan kegelapan yang merayap di setiap sudut ruangan. Mark akhirnya pulang, setelah sepanjang hari menghilang tanpa kabar.Pintu utama rumah terbuka perlahan, membiarkan angin malam yang dingin menyusup masuk, menggoyangkan tirai tipis yang menggantung di jendela.Dengan langkah berat, Mark melangkah masuk, kakinya seolah terbelenggu oleh beban pikiran yang tak kunjung pergi. Matanya segera menangkap sosok Dania yang tertidur di sofa ruang tengah."Kenapa dia tidur di sana?" gumam Mark, suaranya nyaris tak terdengar di antara hembusan angin malam yang masuk.Dia melangkah mendekat, memperhatikan wajah Dania yang tampak begitu lelah, dengan ponsel di tangannya yang masih menyala, menampilkan layar chat yang belum sempat tertutup.Rambutnya terurai berantakan di atas bantal sofa, napasnya teratur, namun wajahnya menyiratkan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan.Mark duduk di sampingnya, merasa janggal sekaligus tersentuh oleh peman
Baca selengkapnya

Bab 26: Jangan Ikut Campur!

Dania sudah bangun lebih awal, lebih cepat dari biasanya. Dia menyibukkan diri di dapur, menyiapkan sarapan untuk Mark, berharap sedikit kehangatan bisa mencairkan dingin yang mengendap di antara mereka.Suara penggorengan berdengung lembut, diiringi aroma roti panggang dan telur goreng yang memenuhi udara, mencoba mengusir ketegangan yang menggantung sejak malam sebelumnya.Tangannya cekatan memotong sayuran dan menggoreng telur, tapi pikirannya melayang, menelusuri kembali percakapan-percakapan singkat mereka yang penuh dengan kebekuan.“Setidaknya aku bisa mendapat maaf dari Mark,” ucapnya pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Hh! Aku benar-benar telah membuat pria itu marah besar padaku. Aku tidak menyangka jika dia akan semenyeramkan itu jika sudah marah.”Dania bergidik. Dia tahu, Mark bisa menjadi sangat menyeramkan ketika amarahnya memuncak. Selama ini, ia terbiasa dengan sikap Mark yang tegas dan terkadang ker
Baca selengkapnya

Bab 27: Kau Mencintai Mark?

Sudah dua hari berlalu sejak berita itu tersebar, dan masalah yang sedang dihadapi Mark masih belum juga mereda, seperti badai yang enggan berlalu, menghantam batinnya bertubi-tubi tanpa ampun.Mark berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya, menatap keluar dengan pandangan kosong. Di balik kaca yang dingin itu, kota terlihat samar, buram seperti harapan-harapan yang perlahan memudar dalam pikirannya.Pikirannya terbelit kusut, seperti benang-benang halus yang tersimpul kuat, mengunci setiap solusi yang ingin ia raih.Tatapan matanya redup, kehilangan sinar optimisme yang biasanya memancar dari bola matanya yang tajam. Bahkan, untuk sekadar tersenyum, ia merasa begitu sulit.Bagaimana ia bisa tersenyum, ketika perusahaan yang ia bangun dengan darah dan keringat kini terancam runtuh oleh fitnah dan kabar burung yang menyebar begitu cepat, secepat kilat membakar hutan kering?Ia tidak memberitahu Dania mengenai masalah di perusahaannya. Ia tahu, Dania sedang terluka, disebabkan oleh
Baca selengkapnya

Bab 28: Menjadi Sandaran Mark

Dania tertawa pelan, sebuah tawa yang lebih mirip gemerisik daun jatuh daripada ungkapan bahagia. "Tentu saja aku mencintai Mark," ucapnya dengan nada yang terdengar meyakinkan. “Untuk apa aku mencintai Kevin yang sudah mengkhianatiku?”Namun, saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya, hati Dania memberontak. Pernyataan itu adalah kebohongan yang dikemas rapi, seperti hadiah buruk dalam kertas kado cantik. Cinta? Apa itu cinta, pikirnya dalam hati. Pernikahannya dengan Mark hanyalah sebuah kontrak di atas kertas, sebuah kesepakatan yang lebih mirip transaksi daripada ikatan hati. Apakah Mark mencintainya? Belum tentu. Hanya Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya dirasakan pria itu.Tetapi Maia tak perlu tahu kebenaran di balik pernikahan mereka. Maia, sahabat terbaiknya, selalu ingin yang terbaik untuknya, tetapi ada hal-hal yang sebaiknya tetap tersembunyi. Lagipula, Dania sangat takut kalau-kalau Mark mengetahui apa yang mereka bicarakan. Amarah Mark bukanlah sesuatu yang ingin ia pi
Baca selengkapnya

Bab 29: Kenapa Mempertahankannya?

Dania tersenyum tipis mendengar ucapan Sarah. Matanya menatap Sarah yang tengah menyimpan harapan padanya."Jangan pernah meninggalkan Mark apa pun yang terjadi, Dania."Dania menganggukkan kepalanya. Saat ini, yang ia lakukan hanyalah meyakinkan Sarah agar wanita itu tidak cemas karena Mark yang sedang tidak baik-baik saja. "Baik, Ibu. Aku pasti akan selalu ada di samping Mark. Kau tenang saja," kata Dania dengan lembut. Sarah menghela napas lega mendengar ucapan Dania tadi. "Baiklah. Kalian memang pasangan yang serasi dan saling melengkapi. Kalau begitu, aku pamit pulang, Dania. Jangan beri tahu Mark jika aku datang kemari."Dania menaikan alisnya. "Kenapa?" tanyanya ingin tahu. Sarah menghela napasnya dengan panjang. "Mark akan marah jika aku memohon seperti ini apalagi memohon tentangnya. Dia akan memarahiku dan mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Mark sangat membenci orang tuanya karena kami terlalu mengatur hidupnya,
Baca selengkapnya

Bab 30: Ancaman Mark untuk Marsha

Mark menoleh, matanya yang tajam dan penuh arti mengunci pandangan pada sosok Dania yang masih duduk di tepi tempat tidur.Wajahnya tampak sayu, menanti jawaban yang mungkin akan merubah segalanya. Dalam hening yang terasa berat, Mark menghela napas pelan."Aku malas mencari wanita lagi," ucap Mark akhirnya. "Aku hanya ingin fokus pada rumah tangga yang sedang aku jalani saat ini. Masalah apa pun yang datang, aku akan hadapi," lanjutnya.Namun bagi Dania, setiap kata yang keluar dari mulut Mark seperti pukulan lembut yang menghantam jiwanya.Dia merasakan ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata itu, sebuah janji yang tak terucapkan namun begitu jelas terasa. Hatinya bergetar, ada rasa syukur yang perlahan mengalir, meresap ke dalam setiap pori-porinya.Mark, meskipun keras kepala dan kaku, adalah seorang pria yang berdiri kokoh di tengah badai yang menghantam rumah tangga mereka.Dania mulai menyadari, betapa kuatnya komitmen suaminya, betapa teguhnya hati pria itu meski banya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status