Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 26: Jangan Ikut Campur!

Share

Bab 26: Jangan Ikut Campur!

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 09:00:06

Dania sudah bangun lebih awal, lebih cepat dari biasanya. Dia menyibukkan diri di dapur, menyiapkan sarapan untuk Mark, berharap sedikit kehangatan bisa mencairkan dingin yang mengendap di antara mereka.

Suara penggorengan berdengung lembut, diiringi aroma roti panggang dan telur goreng yang memenuhi udara, mencoba mengusir ketegangan yang menggantung sejak malam sebelumnya.

Tangannya cekatan memotong sayuran dan menggoreng telur, tapi pikirannya melayang, menelusuri kembali percakapan-percakapan singkat mereka yang penuh dengan kebekuan.

“Setidaknya aku bisa mendapat maaf dari Mark,” ucapnya pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Hh! Aku benar-benar telah membuat pria itu marah besar padaku. Aku tidak menyangka jika dia akan semenyeramkan itu jika sudah marah.”

Dania bergidik. Dia tahu, Mark bisa menjadi sangat menyeramkan ketika amarahnya memuncak. Selama ini, ia terbiasa dengan sikap Mark yang tegas dan terkadang ker

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (13)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
beruntung banget ini dania dpt mark. kadang laki laki yg sudah dikenal bertahun tahun aja selingkuh, sulit mempertahankan komitmen yang sdh dibuat kayak si kevin. ini mark yg baru kenal dania sebentar banget, bener bener mempertahankan pernikahan nya sekuat tenaga, tipe laki laki bertanggung jawab
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
putramu terlalu tertutup sih bu,,, keluarin 1001 cara buat suami luluh dan g marah lagi dong dan,,,,berguru sama yg lebih berpengalaman mungkin ya
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Seneng ya dania kalau masakan di habiskan oleh suami, meski suami gak bilang masakan kamu enak tapi dengan bukti habis itu udah lebih dari cukup
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 27: Kau Mencintai Mark?

    Sudah dua hari berlalu sejak berita itu tersebar, dan masalah yang sedang dihadapi Mark masih belum juga mereda, seperti badai yang enggan berlalu, menghantam batinnya bertubi-tubi tanpa ampun.Mark berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya, menatap keluar dengan pandangan kosong. Di balik kaca yang dingin itu, kota terlihat samar, buram seperti harapan-harapan yang perlahan memudar dalam pikirannya.Pikirannya terbelit kusut, seperti benang-benang halus yang tersimpul kuat, mengunci setiap solusi yang ingin ia raih.Tatapan matanya redup, kehilangan sinar optimisme yang biasanya memancar dari bola matanya yang tajam. Bahkan, untuk sekadar tersenyum, ia merasa begitu sulit.Bagaimana ia bisa tersenyum, ketika perusahaan yang ia bangun dengan darah dan keringat kini terancam runtuh oleh fitnah dan kabar burung yang menyebar begitu cepat, secepat kilat membakar hutan kering?Ia tidak memberitahu Dania mengenai masalah di perusahaannya. Ia tahu, Dania sedang terluka, disebabkan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 28: Menjadi Sandaran Mark

    Dania tertawa pelan, sebuah tawa yang lebih mirip gemerisik daun jatuh daripada ungkapan bahagia. "Tentu saja aku mencintai Mark," ucapnya dengan nada yang terdengar meyakinkan. “Untuk apa aku mencintai Kevin yang sudah mengkhianatiku?”Namun, saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya, hati Dania memberontak. Pernyataan itu adalah kebohongan yang dikemas rapi, seperti hadiah buruk dalam kertas kado cantik. Cinta? Apa itu cinta, pikirnya dalam hati. Pernikahannya dengan Mark hanyalah sebuah kontrak di atas kertas, sebuah kesepakatan yang lebih mirip transaksi daripada ikatan hati. Apakah Mark mencintainya? Belum tentu. Hanya Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya dirasakan pria itu.Tetapi Maia tak perlu tahu kebenaran di balik pernikahan mereka. Maia, sahabat terbaiknya, selalu ingin yang terbaik untuknya, tetapi ada hal-hal yang sebaiknya tetap tersembunyi. Lagipula, Dania sangat takut kalau-kalau Mark mengetahui apa yang mereka bicarakan. Amarah Mark bukanlah sesuatu yang ingin ia pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 29: Kenapa Mempertahankannya?

    Dania tersenyum tipis mendengar ucapan Sarah. Matanya menatap Sarah yang tengah menyimpan harapan padanya."Jangan pernah meninggalkan Mark apa pun yang terjadi, Dania."Dania menganggukkan kepalanya. Saat ini, yang ia lakukan hanyalah meyakinkan Sarah agar wanita itu tidak cemas karena Mark yang sedang tidak baik-baik saja."Baik, Ibu. Aku pasti akan selalu ada di samping Mark. Kau tenang saja," kata Dania dengan lembut.Sarah menghela napas lega mendengar ucapan Dania tadi. "Baiklah. Kalian memang pasangan yang serasi dan saling melengkapi. Kalau begitu, aku pamit pulang, Dania. Jangan beri tahu Mark jika aku datang kemari."Dania menaikan alisnya. "Kenapa?" tanyanya ingin tahu.Sarah menghela napasnya dengan panjang. "Mark akan marah jika aku memohon seperti ini apalagi memohon tentangnya. Dia akan memarahiku dan mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Mark sangat membenci orang tuanya karena kami terlalu mengatur hidupnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 30: Ancaman Mark untuk Marsha

    Mark menoleh, matanya yang tajam dan penuh arti mengunci pandangan pada sosok Dania yang masih duduk di tepi tempat tidur.Wajahnya tampak sayu, menanti jawaban yang mungkin akan merubah segalanya. Dalam hening yang terasa berat, Mark menghela napas pelan."Aku malas mencari wanita lagi," ucap Mark akhirnya. "Aku hanya ingin fokus pada rumah tangga yang sedang aku jalani saat ini. Masalah apa pun yang datang, aku akan hadapi," lanjutnya.Namun bagi Dania, setiap kata yang keluar dari mulut Mark seperti pukulan lembut yang menghantam jiwanya.Dia merasakan ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata itu, sebuah janji yang tak terucapkan namun begitu jelas terasa. Hatinya bergetar, ada rasa syukur yang perlahan mengalir, meresap ke dalam setiap pori-porinya.Mark, meskipun keras kepala dan kaku, adalah seorang pria yang berdiri kokoh di tengah badai yang menghantam rumah tangga mereka.Dania mulai menyadari, betapa kuatnya komitmen suaminya, betapa teguhnya hati pria itu meski banya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 31: Klarifikasi

    “Oke, oke!” Marsha menahan tangan Mark yang sudah siap mengirimkan foto dan video itu ke keluarga Kevin. Jemarinya gemetar, tetapi dia berusaha keras untuk terlihat tegar.Namun, tatapan tajam Mark yang penuh kemenangan membuatnya merasa semakin terpojok. Mark menaikkan alisnya, menunggu Marsha untuk melanjutkan ucapannya."So?" tanyanya dengan nada datar, seolah menguji seberapa jauh Marsha akan melangkah.Marsha mengepalkan tangannya, menatap datar ke wajah Mark. Dalam hatinya, amarah dan kepanikan berperang sengit, tapi dia tahu bahwa dia tak punya pilihan lain."Aku menyerah," katanya akhirnya, suaranya terdengar rendah dan hampir tak bernyawa. "Aku akan memberitahu semua orang bahwa itu hanya fitnah."Senyum puas terukir di wajah Mark, senyum yang membuat Marsha semakin menyadari betapa dia telah kalah telak dalam permainan ini."Siapkan media dan ruang untuk konferensi pers dua jam lagi," perintah Mark tanpa sedikit pun rasa ragu. Vicky, yang berdiri di sampingnya, mengangguk ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 32: Di Mana Ayahmu?

    “Marsha…” Kevin menghela napas panjang, suaranya terdengar berat dan tertekan. Pandangannya tertuju pada Marsha, yang duduk tak jauh darinya, namun terasa begitu jauh dalam kabut emosinya.Aura di antara mereka penuh ketegangan, serupa hujan yang menggantung di langit gelap, siap mencurahkan butirannya kapan saja.“Bukan itu yang kumaksud, Marsha.” Ucapannya terasa patah, seolah-olah ia merangkai kata-kata yang tak sepenuhnya bisa menjangkau kedalaman hatinya sendiri. “Tentu saja aku sudah tidak mencintai Dania lagi. Aku sudah memilikimu. Aku hanya ingin melindungimu, bukan seperti yang kau ucapkan tadi.”Marsha diam, bibirnya terkatup rapat, tetapi matanya berbicara—sepasang mata yang dipenuhi kebingungan dan keraguan, seakan berusaha mencari jalan di tengah kabut tebal. Ia tidak berbicara, tetapi tatapannya mengisyaratkan ketidakpastian yang mendalam.Apakah yang sebenarnya Kevin sembunyikan di balik kalimat-kalimat itu? Ada sesuatu yang tak terucap, sesuatu yang tak bisa ia jangkau

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 33: Kapan Bulan Madu?

    Mark terdiam, seraya menatap Dania, yang baru saja selesai menceritakan kisah kelamnya. Kecelakaan tragis itu telah merenggut ibunya, dan dalam keheningan yang tiba-tiba mencekam, semua terasa berubah.Bayang-bayang masa lalu yang selama ini disimpan rapi oleh Dania seolah membayang di antara mereka, memenuhi setiap celah di ruangan yang remang."Jadi, kecelakaan itu ... parah?" tanya Mark akhirnya, suaranya bergetar sedikit, mencoba memahami beratnya kenyataan yang baru saja terungkap.Dania menghela napas panjang, seolah setiap helaan napasnya membawa kepedihan yang telah lama tersimpan. Matanya menatap kosong pada piring di depannya, seakan tak lagi mampu berhubungan dengan kenyataan di sekelilingnya."Aku tidak tahu persis," jawabnya lirih, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan. "Tapi sepertinya iya, karena ibuku meninggal di tempat. Bahkan aku tidak bisa mengantarnya ke tempat istirahat terakhirnya."Mark merasakan desakan di dadanya. Ia menatap Dania dengan intens, sorot ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 34: First Kiss

    Mark menoleh sekilas ke arah Dania yang duduk di sampingnya, wajahnya tampak tegang ketika mendengar pertanyaan ibunya. Di dalam hatinya, Mark tahu, ia tidak pernah sekalipun memikirkan soal bulan madu.Untuk apa? Pernikahan mereka hanyalah sebuah formalitas, sebuah kesepakatan di atas kertas. Tidak ada ruang untuk bulan madu atau kebahagiaan pengantin baru seperti pasangan lain.Tetapi, kenyataan bahwa ibunya kini menatap mereka dengan penuh antusias, menunggu jawaban, membuat suasana semakin tertekan.Dania, yang duduk dengan punggung tegak, melirik sekilas ke arah Mark. Ada rasa tidak percaya yang perlahan merayap dalam dirinya.Bagaimana bisa Mark terlihat begitu santai, sementara mereka berdua tahu betul bahwa pernikahan ini hanyalah sebuah topeng?Ibunya tak sabar ingin tahu ke mana mereka akan berbulan madu, seolah itu hal yang paling wajar dilakukan oleh setiap pasangan yang baru saja menikah."Tentu saja," kata Mark dengan tenang, suaranya terdengar begitu mantap dan penuh ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 233: Tetap Menjadi si Periang di Mata Stevan

    “Kau serius, akan menikah dengan Uncle Stevan?” tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan.Clara menoleh, menatap Samuel dengan alis terangkat. “Kenapa?” tanyanya santai sambil meniup perlahan kukunya agar cepat kering.“Kau takut media mempermasalahkannya? Bukankah mereka sudah tahu yang sebenarnya?”Samuel menghela napas kasar, berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat meja rias Clara.“Tidak. Aku tidak mempermasalahkan itu,” ucapnya dengan nada datar. “Justru aku bingung, kenapa Uncle Stevan bisa mencintai wanita aneh sepertimu.”Clara sontak menyunggingkan senyum sinis. Ucapan Samuel selalu punya cara untuk membuat darahnya naik, meskipun ia tahu itu hanya cara Samuel menggoda.“Kau ingin tahu jawabannya, Sam?” Clara meletakkan kuas kuteksnya, menatap Samuel dengan ekspresi penuh tantangan.“Coba menjalin hubungan, biar kau tahu bahwa cinta itu nyata!” sengalnya dengan nada yang sengaja dibuat menusuk.Samuel malah mengangkat bahu, seolah tidak terpengaruh sedikit pun. “

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 232: Status Baru

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan suasana pesta yang digelar untuk menyambut Stevan sebagai CEO baru Kv’s Group semakin meriah.Aula megah itu dipenuhi tamu-tamu berpakaian formal, dengan gelas-gelas anggur yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal.Denting piano dari sudut ruangan menciptakan suasana elegan, sementara obrolan dan tawa memenuhi udara.Stevan berdiri di salah satu sisi ruangan, dikelilingi oleh beberapa eksekutif perusahaan yang memberikan ucapan selamat kepadanya. Wajahnya tetap tenang, meski malam itu sebenarnya menguras banyak energi emosinya.“Congrats, Uncle. Kau berhak mendapatkan ini semua,” suara Samuel memecah pikirannya. Pemuda itu menepuk pundaknya dengan senyum percaya diri yang khas.Stevan menoleh dan mengulas senyum kecil. “Terima kasih, Sam. Fokus belajar, kau harus masuk universitas terbaik untuk menggantikan posisi ayahmu suatu hari nanti.”Samuel menyeringai kecil, matanya memancarkan keyakinan. “Mudah bagiku, Uncle. Bahkan saat ini

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 231: Rapat Pimpinan Kv's Group

    “Setelah delapan belas tahun lamanya Kv’s Group berada di bawah naungan Tuan Mark Louis Evander,” ujarnya, menghentikan kalimatnya sejenak untuk memberi waktu pada hadirin yang kembali bertepuk tangan.“Kita semua mengakui dan sangat mengagumi keberhasilan yang telah beliau berikan pada Kv’s Group. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini tidak hanya bertahan tetapi berkembang menjadi salah satu konglomerasi terbesar di dunia.”Suasana ruang rapat utama Kv’s Group dipenuhi oleh para jajaran eksekutif, investor, dan awak media yang sudah siap dengan kamera dan mikrofon.Sorotan lampu terang menerangi podium yang berdiri megah di tengah ruangan, tempat Mark Louis Evander berdiri dengan karisma khasnya, tersenyum tipis di tengah riuh tepuk tangan yang membahana.Seorang pembawa memulai pidato dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.Mark mengangguk pelan sebagai tanda terima kasih, tetapi senyumnya tidak memudar sedikit pun.Pembawa acara melanjutkan, “Karena beliau telah mendapatkan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 230: I have Something for You

    Stevan berdiri di samping mobilnya, melipat lengan di depan dada sambil mengamati gerbang megah kampus tempat Clara menuntut ilmu.Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat yang kontras dengan suasana hatinya yang tengah diliputi beragam pikiran. Langkah cepat Clara yang mendekatinya menariknya kembali ke kenyataan.“Sudah lama, menunggu?” tanya Stevan seraya melirik ke arah wanita muda itu.Clara mendengus kecil, kedua tangannya terlipat di dada, matanya menatapnya tajam. “Ya! Setengah jam lamanya aku menunggumu, Uncle!” protes Clara dengan nada setengah manja, bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk.Stevan hanya terkekeh menanggapi. Dengan lembut, ia mengusap pucuk kepala Clara, membuat rambut panjangnya sedikit berantakan.“Maafkan aku. Jalanan macet,” balasnya dengan nada menggoda.Clara mendengus lagi, tapi kali ini dengan nada menyerah. “Huh, alasanmu selalu macet.”Setelah itu, keduanya masuk ke dalam mobil. Stevan memutar kunci, dan suara mesin ya

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 229: Sebuah Keputusan Besar

    Gedung Kv’s Group berdiri megah dengan desain modern nan elegan, mencerminkan kesuksesan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.Di salah satu ruangan di lantai tertinggi, Stevan duduk di hadapan Mark, kakaknya, yang kini memimpin perusahaan itu.Di tangannya, sebuah dokumen tebal dengan kop surat resmi Kv’s Group tampak mencolok. Wajah Stevan dipenuhi kebingungan.“Apa ini, Kak?” tanya Stevan, keningnya mengerut saat membaca baris pertama dokumen tersebut. Ia melirik Mark yang duduk tenang di kursinya, dengan ekspresi penuh percaya diri.Mark melipat tangannya di atas meja kaca besar. “Sudah satu bulan lamanya kami berunding untuk posisi CEO di Kv’s Group yang sudah hampir tujuh belas tahun ini masih aku pegang,” katanya pelan namun tegas, menatap adiknya dengan tatapan tajam.Stevan mengangkat wajahnya dari dokumen itu, menatap Mark yang terlihat begitu serius.“Menunggu Samuel masih lama,” lanjut Mark, menyebut nama putra sulungnya. “Mungkin tujuh sampai delapan tahun baru bisa

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 228: Argumen Menggelikan Keluarga Mark

    “Wow! My Dad is amazing!” seru Clara dengan nada ceria yang begitu khasnya, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah impian.Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari bertepuk tangan, seolah ingin menyambut kabar dari Mark dengan sorak kemenangan.Aura antusiasnya memenuhi ruang itu, melengkapi suasana penuh rencana yang menggantung di udara.“Stevan sudah tahu soal ini, Mark?” tanya Dania, suaranya lembut namun sarat perhatian, sembari menyuapkan anggur hijau ke bibirnya yang merah alami.Matanya menatap Mark penuh rasa ingin tahu, seolah mencari tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh suaminya itu.Mark menggeleng pelan, bibirnya tersungging dengan senyuman kecil yang penuh rahasia. “Belum,” jawabnya santai, sembari melipat kedua tangannya di atas meja.“Aku akan mengumpulkan jajaran terlebih dahulu untuk memberitahu bahwa Kv’s Group akan dipimpin oleh Stevan. Ini akan menjadi kejutan untuknya.”“Well, Dad,” sela Samuel, suara beratnya memotong percakapan s

DMCA.com Protection Status