Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 33: Kapan Bulan Madu?

Share

Bab 33: Kapan Bulan Madu?

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 10:27:00

Mark terdiam, seraya menatap Dania, yang baru saja selesai menceritakan kisah kelamnya. Kecelakaan tragis itu telah merenggut ibunya, dan dalam keheningan yang tiba-tiba mencekam, semua terasa berubah.

Bayang-bayang masa lalu yang selama ini disimpan rapi oleh Dania seolah membayang di antara mereka, memenuhi setiap celah di ruangan yang remang.

"Jadi, kecelakaan itu ... parah?" tanya Mark akhirnya, suaranya bergetar sedikit, mencoba memahami beratnya kenyataan yang baru saja terungkap.

Dania menghela napas panjang, seolah setiap helaan napasnya membawa kepedihan yang telah lama tersimpan. Matanya menatap kosong pada piring di depannya, seakan tak lagi mampu berhubungan dengan kenyataan di sekelilingnya.

"Aku tidak tahu persis," jawabnya lirih, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan. "Tapi sepertinya iya, karena ibuku meninggal di tempat. Bahkan aku tidak bisa mengantarnya ke tempat istirahat terakhirnya."

Mark merasakan desakan di dadanya. Ia menatap Dania dengan intens, sorot ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (12)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
ide yg bagus nih buat mark dan dania. sarah, mertua idaman ini.
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
ternyata disuruh fatang mo ditagih cucu to,,,kirain mau ada berita apaaa gitu bu
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Mark dan dania pasti kaget dengan kata bulan madu, padahal unboxing aja belum pernah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 34: First Kiss

    Mark menoleh sekilas ke arah Dania yang duduk di sampingnya, wajahnya tampak tegang ketika mendengar pertanyaan ibunya. Di dalam hatinya, Mark tahu, ia tidak pernah sekalipun memikirkan soal bulan madu.Untuk apa? Pernikahan mereka hanyalah sebuah formalitas, sebuah kesepakatan di atas kertas. Tidak ada ruang untuk bulan madu atau kebahagiaan pengantin baru seperti pasangan lain.Tetapi, kenyataan bahwa ibunya kini menatap mereka dengan penuh antusias, menunggu jawaban, membuat suasana semakin tertekan.Dania, yang duduk dengan punggung tegak, melirik sekilas ke arah Mark. Ada rasa tidak percaya yang perlahan merayap dalam dirinya.Bagaimana bisa Mark terlihat begitu santai, sementara mereka berdua tahu betul bahwa pernikahan ini hanyalah sebuah topeng?Ibunya tak sabar ingin tahu ke mana mereka akan berbulan madu, seolah itu hal yang paling wajar dilakukan oleh setiap pasangan yang baru saja menikah."Tentu saja," kata Mark dengan tenang, suaranya terdengar begitu mantap dan penuh ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 35: Time to Honeymoon

    “Kau adalah istriku, Dania. Wajar bukan, jika aku menciummu?” ucap Mark dengan nada datar, seolah tindakan itu hanyalah bagian dari peran yang harus mereka mainkan sebagai pasangan suami istri, tanpa emosi atau makna lebih. Tatapannya yang dingin membuat Dania bergidik.Dania menelan ludahnya, berusaha menenangkan debaran jantungnya yang tak teratur. Matanya yang semula menatap tajam ke arah Mark kini melembut, meski tetap dipenuhi kebingungan. “Ya, aku tahu. Hanya saja ... kau tidak—”“Berhenti mengoceh sebelum kesabaranku habis, Dania.” Nada suara Mark tiba-tiba berubah tegas, memotong ucapan Dania sebelum kalimat itu selesai. Seketika suasana menjadi tegang, dan Dania merasa seperti berjalan di atas tali tipis, terancam jatuh ke dalam jurang ketidakpastian yang mendalam.Dania mengepalkan tangannya kuat-kuat, bibirnya bergetar menahan luapan amarah yang nyaris meledak. Dia tidak ingin bertengkar, tapi sikap Mark yang dingin dan keras kepala membuatnya hampir kehilangan kendali. T

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 36: Beli Semua yang Kau Inginkan

    Hari pertama mereka berada di pulau kecil itu dimulai dengan sinar matahari pagi yang cerah dan angin laut yang segar.Sebuah hari yang tampak sempurna, namun entah mengapa, suasana terasa seperti diam-diam menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar ketenangan.Dania duduk di tepi tempat tidur, menguap dengan malas, sementara Mark sudah berdiri di dekat jendela, matanya tertuju jauh ke arah laut.“Dania. Ayo pergi ke kota,” katanya tiba-tiba, tanpa menoleh.Dania berhenti menguap, menoleh ke arah Mark dengan alis yang berkerut. “Huh?”Mark menatapnya sekilas, lalu tersenyum kecil, seperti seseorang yang sudah menyusun rencana matang. “Kota di seberang pulau. Kita bisa ke sana dengan kapal pribadi. Aku sudah mengatur semuanya.”Dania mendengus pelan, merasa enggan. "Untuk apa ke sana, Mark?" tanyanya, meski tahu suaminya tidak akan pernah memberikan jawaban langsung.Mark menghela napas, berjalan mendekati Dania yang masih duduk dengan ekspresi skeptis. "Ikut saja, jangan banyak tanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 37: Akan Langgeng sampai Tua?

    “Huft! Lelah sekali,” keluh Dania sambil mengusap keningnya yang berkeringat. Angin malam dari luar terasa lembut di kulitnya, tapi rasa penat tetap menyelimuti tubuhnya setelah seharian berbelanja di pusat kota yang ramai. Villa mewah yang kini menjadi tempat mereka beristirahat terlihat megah di bawah langit senja. Dinding-dinding batu besar yang mengelilingi villa itu berkilau diterpa cahaya lampu yang lembut, menciptakan bayangan indah di sekitar taman yang asri.Setelah membuka pintu depan, Dania menghela napas panjang. Aroma rempah-rempah yang menggugah selera langsung menyerbu indra penciumannya. Meja makan di ruang utama sudah disiapkan dengan elegan. Lilin-lilin panjang berwarna putih menyala lembut, menerangi piring-piring porselen mahal yang dihiasi dengan susunan hidangan mewah.“Rasa lelahmu akan segera berkurang setelah menikmati makan malam yang telah disediakan koki di sini,” kata Mark dengan nada datar, sembari meletakkan tas belanjaan mereka di lantai.“Oh, ya? Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 38: Sebenarnya Tidak Percaya?

    Mark hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Dania yang menurutnya tidak penting untuk dijawab. Ia tidak sedikit pun menjawab pertanyaannya yang terus menggantung di udara.Namun, bagi Dania, pertanyaan itu sangat penting—apakah dia mencintainya dan apakah pernikahan ini akan bertahan hingga maut memisahkan mereka. Namun, Mark hanya menjawab dengan sikap dingin, seperti biasa.“Mark, tolong jawab pertanyaanku,” pinta Dania memohon pada Mark yang masih juga tidak ingin mengeluarkan suaranya.Mark mengadahkan kepalanya menatap Dania. “Habiskan makananmu,” katanya tanpa emosi, sebelum meninggalkan meja makan dan berjalan menuju balkon.Dania menghela napas panjang, matanya terus mengamati punggung Mark yang semakin menjauh.Hatinya resah. Dalam pikirannya, hanya ada pertanyaan yang terus berputar-putar tanpa jawaban. Mengapa Mark tidak pernah menjawab dengan jelas? Mengapa dia selalu membuat segalanya menggantung?Di ruang makan yang mulai sepi, Dania hanya bisa menggerutu dalam hati.“Pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 39: Bisakah Melakukannya Malam ini?

    “Sebenarnya,” kata Dania pelan, mencoba mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya, “waktu itu, ibumu memang tidak secara langsung mengatakan kalau dia belum percaya sepenuhnya dengan pernikahan kita. Tapi … ada sesuatu dalam ucapannya yang membuatku berpikir.”Mark menoleh ke arahnya, alisnya terangkat, sorot matanya penuh tanda tanya. “Apa maksudmu?” tanyanya, nada suaranya tidak sepenuhnya waspada, tapi tetap ada keraguan di sana.Dania menghela napas, merasa ada sesuatu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. “Yang kukatakan tadi padamu, agar aku tetap berada di sisimu. Hanya saja, dari cara dia berbicara, aku merasa dia tahu sesuatu,” lanjutnya. “Seolah-olah … dia tahu bahwa pernikahan kita ini hanyalah pernikahan kontrak. Pernikahan tanpa cinta.”Mark terdiam sejenak, menatap Dania dengan serius. Bibirnya bergerak sedikit, tapi tidak ada kata yang keluar. Akhirnya, ia membuang pandangannya ke arah lain, ke laut yang tenang di kejauhan. “Lupakan apa yang dikatakan ibuku,” ujarnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Terjerat Cinta CEO Dingin    Bab 40: Our First Night

    "Melakukan yang seharusnya pasangan suami istri lakukan, Dania." Kalimat itu terucap dengan begitu tenang dari mulut Mark, namun efeknya bagi Dania seperti gelombang yang menggulung di dalam dadanya.Ada rasa takut yang tidak bisa ia abaikan, perasaan yang menghantuinya sejak awal pernikahan mereka.Meski ia tahu bahwa hubungan ini berlandaskan kontrak, perlahan segalanya mulai berubah, terutama sikap Mark yang semakin mendekat, semakin menginginkannya.Dania merasa terjebak, terhimpit antara keinginan untuk menghindar dan kesadaran bahwa ia harus memenuhi harapan Mark.Namun, ketika Mark mendekat lagi, tangan Dania perlahan naik, melingkar di leher suaminya, membalas ciumannya.Ciuman itu sederhana, tetapi ada sesuatu di baliknya—rasa takut, keraguan, dan keterpaksaan yang menyelimuti setiap gerakan bibirnya.Mark, yang merasakan tanggapan dari Dania, segera mengangkat tubuhnya dengan mudah. Dia menggendongnya, langkah-lan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 41: Teringat Kejadian Semalam

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Cahaya matahari lembut menembus celah tirai kamar, menyinari sosok Dania yang masih berbaring di ranjang. Tubuhnya terasa remuk, seolah seluruh energinya terkuras habis. Rasa lelah menjalar di setiap otot, dan ada nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Ketika membuka mata, ia mengerang pelan, menyesuaikan diri dengan perasaan berat di kepalanya. Napasnya perlahan teratur saat ia mencoba mengumpulkan kesadarannya.Dania menggerakkan tangannya ke samping, mencari keberadaan Mark, suaminya. Namun, tangannya hanya menyentuh seprai kosong. "Di mana Mark?" gumamnya pelan, menoleh ke kanan dan kiri dengan mata setengah terpejam. Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang menyelimuti kamar. Suara lembut burung berkicau dari luar terdengar samar, seolah mempertegas sunyi yang mendominasi ruangan.Dengan enggan, Dania bangkit dari ranjang dan duduk di tepinya. Pikirannya berkecamuk, merasa bingung dengan ketidakhadiran Mark di sisinya. "Tumben sekali pagi-pagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 233: Tetap Menjadi si Periang di Mata Stevan

    “Kau serius, akan menikah dengan Uncle Stevan?” tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan.Clara menoleh, menatap Samuel dengan alis terangkat. “Kenapa?” tanyanya santai sambil meniup perlahan kukunya agar cepat kering.“Kau takut media mempermasalahkannya? Bukankah mereka sudah tahu yang sebenarnya?”Samuel menghela napas kasar, berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat meja rias Clara.“Tidak. Aku tidak mempermasalahkan itu,” ucapnya dengan nada datar. “Justru aku bingung, kenapa Uncle Stevan bisa mencintai wanita aneh sepertimu.”Clara sontak menyunggingkan senyum sinis. Ucapan Samuel selalu punya cara untuk membuat darahnya naik, meskipun ia tahu itu hanya cara Samuel menggoda.“Kau ingin tahu jawabannya, Sam?” Clara meletakkan kuas kuteksnya, menatap Samuel dengan ekspresi penuh tantangan.“Coba menjalin hubungan, biar kau tahu bahwa cinta itu nyata!” sengalnya dengan nada yang sengaja dibuat menusuk.Samuel malah mengangkat bahu, seolah tidak terpengaruh sedikit pun. “

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 232: Status Baru

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan suasana pesta yang digelar untuk menyambut Stevan sebagai CEO baru Kv’s Group semakin meriah.Aula megah itu dipenuhi tamu-tamu berpakaian formal, dengan gelas-gelas anggur yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal.Denting piano dari sudut ruangan menciptakan suasana elegan, sementara obrolan dan tawa memenuhi udara.Stevan berdiri di salah satu sisi ruangan, dikelilingi oleh beberapa eksekutif perusahaan yang memberikan ucapan selamat kepadanya. Wajahnya tetap tenang, meski malam itu sebenarnya menguras banyak energi emosinya.“Congrats, Uncle. Kau berhak mendapatkan ini semua,” suara Samuel memecah pikirannya. Pemuda itu menepuk pundaknya dengan senyum percaya diri yang khas.Stevan menoleh dan mengulas senyum kecil. “Terima kasih, Sam. Fokus belajar, kau harus masuk universitas terbaik untuk menggantikan posisi ayahmu suatu hari nanti.”Samuel menyeringai kecil, matanya memancarkan keyakinan. “Mudah bagiku, Uncle. Bahkan saat ini

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 231: Rapat Pimpinan Kv's Group

    “Setelah delapan belas tahun lamanya Kv’s Group berada di bawah naungan Tuan Mark Louis Evander,” ujarnya, menghentikan kalimatnya sejenak untuk memberi waktu pada hadirin yang kembali bertepuk tangan.“Kita semua mengakui dan sangat mengagumi keberhasilan yang telah beliau berikan pada Kv’s Group. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini tidak hanya bertahan tetapi berkembang menjadi salah satu konglomerasi terbesar di dunia.”Suasana ruang rapat utama Kv’s Group dipenuhi oleh para jajaran eksekutif, investor, dan awak media yang sudah siap dengan kamera dan mikrofon.Sorotan lampu terang menerangi podium yang berdiri megah di tengah ruangan, tempat Mark Louis Evander berdiri dengan karisma khasnya, tersenyum tipis di tengah riuh tepuk tangan yang membahana.Seorang pembawa memulai pidato dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.Mark mengangguk pelan sebagai tanda terima kasih, tetapi senyumnya tidak memudar sedikit pun.Pembawa acara melanjutkan, “Karena beliau telah mendapatkan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 230: I have Something for You

    Stevan berdiri di samping mobilnya, melipat lengan di depan dada sambil mengamati gerbang megah kampus tempat Clara menuntut ilmu.Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat yang kontras dengan suasana hatinya yang tengah diliputi beragam pikiran. Langkah cepat Clara yang mendekatinya menariknya kembali ke kenyataan.“Sudah lama, menunggu?” tanya Stevan seraya melirik ke arah wanita muda itu.Clara mendengus kecil, kedua tangannya terlipat di dada, matanya menatapnya tajam. “Ya! Setengah jam lamanya aku menunggumu, Uncle!” protes Clara dengan nada setengah manja, bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk.Stevan hanya terkekeh menanggapi. Dengan lembut, ia mengusap pucuk kepala Clara, membuat rambut panjangnya sedikit berantakan.“Maafkan aku. Jalanan macet,” balasnya dengan nada menggoda.Clara mendengus lagi, tapi kali ini dengan nada menyerah. “Huh, alasanmu selalu macet.”Setelah itu, keduanya masuk ke dalam mobil. Stevan memutar kunci, dan suara mesin ya

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 229: Sebuah Keputusan Besar

    Gedung Kv’s Group berdiri megah dengan desain modern nan elegan, mencerminkan kesuksesan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.Di salah satu ruangan di lantai tertinggi, Stevan duduk di hadapan Mark, kakaknya, yang kini memimpin perusahaan itu.Di tangannya, sebuah dokumen tebal dengan kop surat resmi Kv’s Group tampak mencolok. Wajah Stevan dipenuhi kebingungan.“Apa ini, Kak?” tanya Stevan, keningnya mengerut saat membaca baris pertama dokumen tersebut. Ia melirik Mark yang duduk tenang di kursinya, dengan ekspresi penuh percaya diri.Mark melipat tangannya di atas meja kaca besar. “Sudah satu bulan lamanya kami berunding untuk posisi CEO di Kv’s Group yang sudah hampir tujuh belas tahun ini masih aku pegang,” katanya pelan namun tegas, menatap adiknya dengan tatapan tajam.Stevan mengangkat wajahnya dari dokumen itu, menatap Mark yang terlihat begitu serius.“Menunggu Samuel masih lama,” lanjut Mark, menyebut nama putra sulungnya. “Mungkin tujuh sampai delapan tahun baru bisa

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 228: Argumen Menggelikan Keluarga Mark

    “Wow! My Dad is amazing!” seru Clara dengan nada ceria yang begitu khasnya, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah impian.Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari bertepuk tangan, seolah ingin menyambut kabar dari Mark dengan sorak kemenangan.Aura antusiasnya memenuhi ruang itu, melengkapi suasana penuh rencana yang menggantung di udara.“Stevan sudah tahu soal ini, Mark?” tanya Dania, suaranya lembut namun sarat perhatian, sembari menyuapkan anggur hijau ke bibirnya yang merah alami.Matanya menatap Mark penuh rasa ingin tahu, seolah mencari tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh suaminya itu.Mark menggeleng pelan, bibirnya tersungging dengan senyuman kecil yang penuh rahasia. “Belum,” jawabnya santai, sembari melipat kedua tangannya di atas meja.“Aku akan mengumpulkan jajaran terlebih dahulu untuk memberitahu bahwa Kv’s Group akan dipimpin oleh Stevan. Ini akan menjadi kejutan untuknya.”“Well, Dad,” sela Samuel, suara beratnya memotong percakapan s

DMCA.com Protection Status