Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 41: Teringat Kejadian Semalam

Share

Bab 41: Teringat Kejadian Semalam

last update Last Updated: 2024-09-10 10:25:21

Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Cahaya matahari lembut menembus celah tirai kamar, menyinari sosok Dania yang masih berbaring di ranjang. Tubuhnya terasa remuk, seolah seluruh energinya terkuras habis.

Rasa lelah menjalar di setiap otot, dan ada nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Ketika membuka mata, ia mengerang pelan, menyesuaikan diri dengan perasaan berat di kepalanya. Napasnya perlahan teratur saat ia mencoba mengumpulkan kesadarannya.

Dania menggerakkan tangannya ke samping, mencari keberadaan Mark, suaminya. Namun, tangannya hanya menyentuh seprai kosong. "Di mana Mark?" gumamnya pelan, menoleh ke kanan dan kiri dengan mata setengah terpejam.

Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang menyelimuti kamar. Suara lembut burung berkicau dari luar terdengar samar, seolah mempertegas sunyi yang mendominasi ruangan.

Dengan enggan, Dania bangkit dari ranjang dan duduk di tepinya. Pikirannya berkecamuk, merasa bingung dengan ketidakhadiran Mark di sisinya. "Tumben sekali pagi-pagi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
mark, sekarang bukan ceo dingin lagi nih. sekarang mark jd ceo ramah, nyaman, murah senyum ...
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
kenapa nanya mark?penasaran ya?tapi kalo ditanya balik selalu g mau jawab,kan curang
goodnovel comment avatar
wieanton
wow wow pastinya Mark keliatan seksoy dong lg masak gk pake baju uuhh aahh...pengen peyuk dr blkng gk sih kamu Dania? ish ish hoki banget Dania dpt suami yg gini paket komplit plit jauh lho sm Kevin. jgn smp lepas dr genggaman deh cowok yg bernama Mark, hrs seterusnya tanpa embel2 kontrak lg
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 42: Bertemu Seseorang

    Dania terbatuk-batuk, terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut Mark. Suara pria itu terdengar begitu tenang dan biasa, seolah tidak ada beban dalam ucapannya, namun bagi Dania, kata-kata itu seperti petir di siang bolong.“Kenapa kau bertanya seperti itu, padahal kau sudah menyentuhku?” Dania akhirnya berbicara. Matanya menatap pria di hadapannya, mencoba mencari kejelasan dalam wajah yang selalu sulit dibaca itu.Mark hanya menatap balik dengan pandangan datar, seolah pertanyaannya tadi bukan hal besar. "Tinggal jawab saja, apa susahnya?" ucapnya dengan suara rendah, lalu menyesap kopi yang sudah dingin dari cangkirnya.Dania menghela napas panjang. "Aku tidak tahu," gumamnya pelan, seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. "Aku ... mempersilakanmu untuk menyentuhku hanya sebatas kewajibanku padamu, bukan karena ada perasaan di hatiku," tambahnya dengan suara lebih tegas, kini menatap mata Mark langsung.Mark menyunggingk

    Last Updated : 2024-09-11
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 43: Mark adalah Kakakku!

    Betapa terkejutnya Dania saat melihat sosok yang memanggilnya di sebuah kafe tepi pantai itu. Angin laut yang lembut seolah berhenti berhembus, dan waktu seperti membeku saat ia mendengar suara yang begitu akrab, tetapi telah lama tak didengarnya.“Sesyl?” serunya, matanya membesar, dan tubuhnya langsung bangkit dari duduknya. Ia berjalan cepat, kemudian tanpa ragu memeluk erat wanita di hadapannya, seolah takut sahabat lamanya itu menghilang seperti ilusi.Sesyl, dengan aroma parfum yang sama seperti dulu, membalas pelukan itu, meski wajahnya menunjukkan keterkejutan yang setara.“Dania! Astaga, Tuhan! Aku tidak percaya kita bertemu di sini! Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanyanya sambil melepaskan pelukan mereka, masih memandang Dania dengan mata berbinar penuh rasa heran.Wajah Sesyl masih secantik dulu, meski ada garis-garis tipis di sudut matanya yang mungkin terbentuk dari tahun-tahun yang telah berlalu sejak mereka terakhir bertemu.Dania tersenyum tipis, dan tanpa sadar

    Last Updated : 2024-09-11
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 44: Siapa yang Kecelakaan?

    "Apa yang kau lakukan di sini, Sesyl?" tanya Mark dengan nada yang hampir datar, tapi tajam seperti ujung belati yang menekan lembut kulit tanpa menusuk. "Tempat ini cukup jauh dari kantormu. Kau bolos lagi, huh?"“Jangan menuduh sembarangan, Mark,” ucap Sesyl tak terima dengan tuduhan kakaknya itu.“Lantas? Kau sedang mempromosikan parfum-mu itu di sini? Jauh sekali,” kata Mark, sepertinya pria ini belum puas membuat Sesyl sebal.Sesyl mendengus, tak mampu menyembunyikan rasa kesalnya. Tangan kecilnya dengan kasar meraih lengan Mark, menariknya dengan paksa menjauh dari Dania, wanita yang selama ini ia anggap sahabat dekatnya.“Dania. Aku pinjam kakakku … um, suamimu dulu.” Sesyl membawa Mark yang berada cukup jauh dari Dania.“Bagaimana mungkin kalian bisa menikah?” suaranya tercekat, mencerminkan keterkejutan yang belum hilang. Matanya berkilat tak percaya, berusaha memahami kenyataan di dep

    Last Updated : 2024-09-12
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 45: Sudah Melupakan Cinta Pertamanya

    Dania melangkah mendekati Mark dan Sesyl, yang masih berbincang dengan ekspresi yang lebih serius dari biasanya.“Mark,” ujar Dania dengan suara yang tenang, namun ada getaran halus yang tidak bisa ia sembunyikan sepenuhnya. “Aku dan Sesyl menjadi sahabat setelah kecelakaan itu.”Sekilas, tampak keheningan itu semakin dalam. Kata-kata Dania seperti mengguncang sesuatu di antara mereka, membuat udara di sekitar terasa semakin berat.Sesyl, yang selalu penuh percaya diri, tertegun. Ekspresi bingungnya semakin jelas terpampang di wajahnya yang biasanya tenang.“Tunggu ... jadi selama ini kau pernah mengalami kecelakaan? Kenapa kau tidak pernah bilang?” Suara Sesyl terdengar patah, campuran dari keterkejutan dan rasa bersalah yang mendalam. Tak pernah terlintas di benaknya bahwa sahabatnya pernah melalui tragedi besar tanpa ia ketahui.Dania menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Karena menurutku tidak penting, Sesyl. Bukan karena aku tak ingin memberitahumu.”Sesyl menghela napas p

    Last Updated : 2024-09-13
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 46: Masih Mencintainya?

    Dania menghentikan langkahnya sejenak di ambang pintu kamar, kemudian perlahan berbalik. Pandangannya tajam menembus ruang di antara mereka, mata terfokus pada wajah Mark. Ia menahan napas sejenak sebelum akhirnya mengajukan pertanyaan yang tak bisa lagi ia bendung.“Kau masih mencintai cinta pertamamu itu?” suaranya datar, hampir tanpa emosi, namun jelas mengandung kesedihan yang dalam.“Kau masih memikirkan wanita itu, meskipun kini kau telah menikah denganku?” lanjutnya.Mark menghela napas panjang, matanya menyapu ruang, seolah mencari jalan keluar dari situasi yang semakin memburuk ini. “Dania …,” ucapnya lirih, tidak ingin melanjutkan pembicaraan itu. “Aku akan memasak untuk makan malam nanti. Kita bisa bicara setelah itu.”Dania menggeleng pelan, tak tergoyahkan oleh usaha Mark untuk mengalihkan perhatian. “Aku sedang tidak nafsu makan, Mark,” jawabnya tegas, matanya tetap menatapnya tanpa henti, seolah menuntut kejujuran penuh dari pria di hadapannya.Mark meraih tangannya den

    Last Updated : 2024-09-13
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 47: Pria tidak Peka

    Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi. Matahari perlahan meninggi di langit yang cerah, namun bagi Dania, pagi itu terasa sepi dan sunyi, hanya ditemani oleh desiran lembut ombak yang berulang kali menghantam pasir di tepi pantai.Di situlah ia duduk, kakinya terbenam dalam butiran pasir yang dingin, matanya menerawang jauh ke cakrawala, tempat langit dan laut menyatu dalam gradasi biru keabu-abuan.Ucapan Mark semalam terus bergema di benaknya, seperti badai yang berputar tanpa akhir, menghantam ketenangan hati yang sempat ia bangun. "Mark tidak punya perasaan," gumamnya, mengulang keyakinan yang sudah lama terpatri sejak pertama kali mereka bertemu.Sosok pria dingin, kaku, tak tergoyahkan, seolah hatinya tersembunyi di balik lapisan baja yang tak bisa ditembus siapa pun.Namun, kenyataan yang terungkap semalam membalikkan semua asumsi yang telah ia buat. "Ternyata, sebelum aku hadir dalam hidupnya, dia sudah memiliki seseorang yang menjadi pusat dunianya," bisiknya pada dirinya

    Last Updated : 2024-09-14
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 48: Kerjasama Tiga Serangkai

    Yonas terduduk di kursi kayu antik di ruang tamunya menatap dengan wajah tegang kala mendengar berita yang baru saja ia dengar dari Cindy dan Alex membuat jantungnya berdetak lebih kencang.Mark, pria yang selama ini ia harapkan untuk bergabung dengan keluarganya, telah menikah. Lebih mengejutkan lagi, ia kalah start dari wanita yang berhasil memenangkan hati Mark."Kau bercanda, kan?" Yonas menatap putrinya, Cindy, yang berdiri dengan tangan menyilang di depan dada. Wajahnya tampak marah, seperti seringai kekecewaan yang tak bisa ia sembunyikan.“Tidak, Ayah. Mark sudah menikah, dan Ayah bahkan tidak tahu siapa wanita itu!” balas Cindy dengan suara tinggi. "Ayah selalu gagal mendekati Mark. Apa Ayah pikir pria seperti dia akan datang sendiri ke keluarga kita?"Yonas meremas jemarinya, merasa gugup dan malu. "Jangankan aku, Alex pun yang ayahnya lebih sering menolak tawaran perusahaan besar juga tidak pernah bisa menembus dinding dingin Mark," ujarnya, berusaha membela diri. Matanya m

    Last Updated : 2024-09-15
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 49: Hanya ada Masa Depan

    Waktu telah berjalan seminggu sejak Mark dan Dania memulai bulan madu mereka, namun bagi Dania, perasaan campur aduk yang ia alami belum juga mereda.Setiap harinya, Dania merasa seperti berada di ambang sesuatu yang besar namun tak terlihat, sebuah ketidakpastian yang mengendap-endap di hatinya.Pagi itu, seperti biasa, ia duduk di bangku panjang yang menghadap langsung ke pantai, menikmati hembusan angin laut yang sejuk dan menenangkan.Suara deburan ombak yang tak henti-henti menghantam pantai memberikan irama konstan yang tak pernah berubah, kontras dengan pikirannya yang terus berputar.Matanya menerawang, sementara jemarinya menggenggam erat sandaran kursi di sebelahnya.Mark, di sisi lain, sibuk di dekatnya, berdiri sambil berbicara di telepon dengan Vicky, asistennya, tentang urusan kantor yang tak bisa ditunda. Meskipun mereka sedang dalam bulan madu, Mark masih terhubung erat dengan dunia bisnisnya.“Ya, aku tahu. Mereka sedang menungguku pulang. Tapi, jangan beri aku waktu

    Last Updated : 2024-09-15

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 247: Masih Berbaik Hati

    “Maaf, aku tidak memberitahumu karena urusanku sangat mendadak,” suara Stevan terdengar di seberang sana, tenang namun mengandung jejak kelelahan yang sulit disembunyikan.Clara menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kekhawatiran dan amarah yang bercampur menjadi satu. “Sekarang jelaskan, apa yang kau lakukan di sana sampai pergi mendadak seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar, antara menahan rasa kecewa dan desakan ingin tahu.“Ibuku memaksaku untuk datang,” jawab Stevan akhirnya, suaranya terdengar berat, seperti seseorang yang menanggung beban yang terlalu besar. “Suaminya mengancam akan membunuh ibuku jika aku tidak pergi, Clara. Meskipun dia sudah menyakitiku, dia tetap ibuku.”Kata-kata itu menggantung di udara, menusuk relung hati Clara. Ia menelan salivanya dengan pelan, mencoba meredakan gemuruh emosinya. “Memangnya ayah tirimu sejahat itu, Uncle?” tanyanya, nada suaranya penuh dengan campuran simpati dan ketakutan.“Entahlah,” Stevan menjawab, suaranya nyaris s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status