Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 46: Masih Mencintainya?

Share

Bab 46: Masih Mencintainya?

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 11:49:16

Dania menghentikan langkahnya sejenak di ambang pintu kamar, kemudian perlahan berbalik. Pandangannya tajam menembus ruang di antara mereka, mata terfokus pada wajah Mark. Ia menahan napas sejenak sebelum akhirnya mengajukan pertanyaan yang tak bisa lagi ia bendung.

“Kau masih mencintai cinta pertamamu itu?” suaranya datar, hampir tanpa emosi, namun jelas mengandung kesedihan yang dalam.

“Kau masih memikirkan wanita itu, meskipun kini kau telah menikah denganku?” lanjutnya.

Mark menghela napas panjang, matanya menyapu ruang, seolah mencari jalan keluar dari situasi yang semakin memburuk ini. “Dania …,” ucapnya lirih, tidak ingin melanjutkan pembicaraan itu. “Aku akan memasak untuk makan malam nanti. Kita bisa bicara setelah itu.”

Dania menggeleng pelan, tak tergoyahkan oleh usaha Mark untuk mengalihkan perhatian. “Aku sedang tidak nafsu makan, Mark,” jawabnya tegas, matanya tetap menatapnya tanpa henti, seolah menuntut kejujuran penuh dari pria di hadapannya.

Mark meraih tangannya den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
mark pergi supaya gak tambah emosi dania, klo gak pergi bisa bisa dia kesel sama kamu dan akhir nya pukul kamu. kan jd nya lebih aman menghindar dulu, meredakan emosi.
goodnovel comment avatar
MAIMAI
serba salah ya mark, ngejelasin yg sensitif sama perempuan. di jawab jujur salah, di jawab bohong tambah salah.
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
tinggal gimana mereka membuang masa lalu jauh2 aja sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 47: Pria tidak Peka

    Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi. Matahari perlahan meninggi di langit yang cerah, namun bagi Dania, pagi itu terasa sepi dan sunyi, hanya ditemani oleh desiran lembut ombak yang berulang kali menghantam pasir di tepi pantai.Di situlah ia duduk, kakinya terbenam dalam butiran pasir yang dingin, matanya menerawang jauh ke cakrawala, tempat langit dan laut menyatu dalam gradasi biru keabu-abuan.Ucapan Mark semalam terus bergema di benaknya, seperti badai yang berputar tanpa akhir, menghantam ketenangan hati yang sempat ia bangun. "Mark tidak punya perasaan," gumamnya, mengulang keyakinan yang sudah lama terpatri sejak pertama kali mereka bertemu.Sosok pria dingin, kaku, tak tergoyahkan, seolah hatinya tersembunyi di balik lapisan baja yang tak bisa ditembus siapa pun.Namun, kenyataan yang terungkap semalam membalikkan semua asumsi yang telah ia buat. "Ternyata, sebelum aku hadir dalam hidupnya, dia sudah memiliki seseorang yang menjadi pusat dunianya," bisiknya pada dirinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 48: Kerjasama Tiga Serangkai

    Yonas terduduk di kursi kayu antik di ruang tamunya menatap dengan wajah tegang kala mendengar berita yang baru saja ia dengar dari Cindy dan Alex membuat jantungnya berdetak lebih kencang.Mark, pria yang selama ini ia harapkan untuk bergabung dengan keluarganya, telah menikah. Lebih mengejutkan lagi, ia kalah start dari wanita yang berhasil memenangkan hati Mark."Kau bercanda, kan?" Yonas menatap putrinya, Cindy, yang berdiri dengan tangan menyilang di depan dada. Wajahnya tampak marah, seperti seringai kekecewaan yang tak bisa ia sembunyikan.“Tidak, Ayah. Mark sudah menikah, dan Ayah bahkan tidak tahu siapa wanita itu!” balas Cindy dengan suara tinggi. "Ayah selalu gagal mendekati Mark. Apa Ayah pikir pria seperti dia akan datang sendiri ke keluarga kita?"Yonas meremas jemarinya, merasa gugup dan malu. "Jangankan aku, Alex pun yang ayahnya lebih sering menolak tawaran perusahaan besar juga tidak pernah bisa menembus dinding dingin Mark," ujarnya, berusaha membela diri. Matanya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 49: Hanya ada Masa Depan

    Waktu telah berjalan seminggu sejak Mark dan Dania memulai bulan madu mereka, namun bagi Dania, perasaan campur aduk yang ia alami belum juga mereda.Setiap harinya, Dania merasa seperti berada di ambang sesuatu yang besar namun tak terlihat, sebuah ketidakpastian yang mengendap-endap di hatinya.Pagi itu, seperti biasa, ia duduk di bangku panjang yang menghadap langsung ke pantai, menikmati hembusan angin laut yang sejuk dan menenangkan.Suara deburan ombak yang tak henti-henti menghantam pantai memberikan irama konstan yang tak pernah berubah, kontras dengan pikirannya yang terus berputar.Matanya menerawang, sementara jemarinya menggenggam erat sandaran kursi di sebelahnya.Mark, di sisi lain, sibuk di dekatnya, berdiri sambil berbicara di telepon dengan Vicky, asistennya, tentang urusan kantor yang tak bisa ditunda. Meskipun mereka sedang dalam bulan madu, Mark masih terhubung erat dengan dunia bisnisnya.“Ya, aku tahu. Mereka sedang menungguku pulang. Tapi, jangan beri aku waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 50: Siapa Bilang?

    Hari terakhir di villa yang tenang dan penuh kenangan.Mark menghampiri Dania yang sedang duduk di gazebo sembari menikmati cokelat panas miliknya.“Aku baru saja menyewa dua sepeda. Ayo, bersepeda di sana,” ajak Mark kepada sang istri.“Bersepeda? Woah! Sudah lama juga aku tidak bersepeda. Ayo!” ucap Dania penuh antusias.Mark mengulas senyum dan menggenggam tangan Dania menuju pesisir di mana dia menaruh dua buah sepeda tersebut di sana.Sinar matahari yang hangat terasa menyentuh kulit, membuat setiap detik terasa begitu sempurna. Roda sepeda mereka berderak lembut di atas pasir yang masih basah oleh deburan ombak.Dania tersenyum lebar, merasakan angin laut yang menerpa rambutnya. Ada kebahagiaan sederhana yang terpancar dari setiap langkah kaki dan putaran roda sepeda. "Ini menyenangkan sekali," gumamnya dalam hati, perasaan ringan dan bebas seperti ketika masih anak-anak.Namun, sejenak kemudian, kebahagiaan itu tiba-tiba diselimuti perasaan aneh. Deja vu. Semua ini—bersepeda di

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 51: Memojokkan Mark

    Kata-kata itu membuat Dania terdiam. Ia menatap Mark dengan hati yang berdebar-debar, merasakan kehangatan yang memancar dari pria yang berdiri di hadapannya. Kata-kata itu sederhana, namun penuh makna.Ada sesuatu dalam tatapan Mark yang membuatnya percaya—untuk pertama kalinya, mungkin, ia merasa bahwa Mark benar-benar tulus."Aku tidak menikahimu hanya untuk melupakan seseorang," lanjut Mark dengan nada yang lebih lembut. "Aku menikahimu karena aku ingin bersamamu. Bukan karena masa lalu, tapi karena masa depan yang kita miliki bersama."Dania menatap Mark yang kini menatap ke laut seraya meneguk air mineralnya. Pun dengan Dania. Akhirnya menoleh ke arah depan.“Kau pasti paham kenapa aku berpikir seperti itu, Mark,” kata Dania pelan.Mark mengangguk. “Ya. Aku paham,” ucapnya dengan pelan.Dania menoleh kemudian menghela napasnya dengan panjang. Sebenarnya ia ingin bertanya lagi, apakah Mark telah menaruh hati untuknya. Namun, ia tahan karena terlalu dini menanyakan hal tersebut.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 52: Jangan pernah Ikut Campur!

    Mark merasakan amarah yang bergejolak di dalam dadanya. Wajahnya memerah, dan matanya berkilat tajam, memancarkan kemarahan yang selama ini ia pendam. Suara Alex, penuh dengan keyakinan dan otoritas, menggema di dalam ruangan. Namun kali ini, Mark tidak bisa lagi menahan dirinya."Apa yang kau katakan tadi semuanya salah!" suara Mark rendah namun menggigil penuh emosi. Ia menatap tajam ke arah ayahnya, seolah-olah menantang Alex untuk mengulanginya.Alex mengangkat alisnya, tetap tenang di tengah kemarahan putranya. "Apa yang aku katakan itu benar, Mark. Bahwa wanita itu bukan orang baik. Dia bukan untukmu, Mark. Kau buta oleh perasaannya. Kau tidak bisa melihat kenyataan."Sesyl yang berada di sudut ruangan tampak cemas, matanya berkali-kali bergeser dari Mark ke Alex, merasa ketegangan yang begitu kuat di antara keduanya. Ia tahu bahwa percakapan ini akan menjadi semakin buruk, dan ia merasa tak berdaya untuk menghentikannya.‘Kenapa Ayah berpikir seperti itu tentang Dania? Seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 53: Sekilas Tentang Mark

    Sesyl melangkah keluar dari gedung perusahaan kakaknya dengan langkah cepat. Hembusan angin kota yang hangat menyambutnya ketika ia tiba di lobi, namun pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan berat yang baru saja terjadi di lantai atas.Tanpa berpikir panjang, ia meraih ponsel dari tasnya dan mulai mencari nama yang familiar dalam daftar kontak."Dania," gumamnya pelan sambil menekan tombol panggil.Beberapa detik kemudian, suara lembut dan akrab dari Dania terdengar di ujung sana. "Ya, Sesyl? Ada apa?" tanya Dania, suaranya terdengar heran mendapati panggilan tak terduga dari adik iparnya itu.Sesyl menarik napas panjang sebelum menjawab, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang meski pikirannya penuh dengan hal-hal yang ingin ia bicarakan."Dania, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Kau bisa menemuiku di Jizzi Café?" tanyanya, suaranya terdengar tegas namun tetap hangat."Huh? Kau ... ada di sini?" Dania terdengar terkejut. "Aku pikir kau masih di luar negeri, Sesyl."Sesyl

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 54: Sentuhan Menenangkan Pikiran

    Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat Mark melangkah masuk ke rumah dengan langkah berat. Pikirannya dipenuhi oleh tumpukan masalah yang ia hadapi sepanjang hari, seakan seluruh dunia sedang berada di atas pundaknya.Setiap langkahnya terasa lambat, menggambarkan beban mental yang tak tampak namun begitu nyata. Ketika pintu tertutup di belakangnya, ia menghela napas panjang, berharap suasana tenang di rumah akan memberi sedikit kelegaan.Namun, segala ketegangan itu luruh begitu saja ketika matanya menangkap sosok Dania yang berdiri di ruang tamu.Dengan senyum manis yang khas, Dania menyambutnya, mengenakan piyama satin hitam yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambut panjangnya tergerai di bahu, menambah kesan sensual yang langsung mempengaruhi Mark. Sejenak, semua masalahnya terlupakan.“Hi, Mark. Kau baru pulang,” kata Dania lembut, menyambut kedatangan suaminya.Mark menatapnya dengan mata yang penuh hasrat, meski suaranya masih serak dan lelah. "Dania ...," bisikn

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 236: Usiamu sudah Tua

    Malam itu suasana rumah terasa hangat, tetapi sedikit riuh dengan suara percakapan yang mengisi ruang tengah.Clara masih berdiri di tempatnya, tangan terlipat di dada dengan ekspresi serius yang belum juga memudar.Di depannya, Mark hanya bisa menghela napas, mencoba memahami sikap putrinya yang tampaknya tak mau mundur.“Tidak! Biarkan Mommy saja yang peduli padamu,” ujar Clara dengan nada tegas, matanya menatap tajam ke arah ayahnya. “Untuk saat ini, aku sedang ingin memarahimu.”Mark mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal sambil mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Namun, di dalam hatinya, ia tidak benar-benar marah.Ia tahu Clara sedang meluapkan emosinya, dan sebagai seorang ayah, ia memilih untuk bersabar. Toh, ia pun pernah berada di posisi Clara—jatuh cinta dan begitu peduli pada seseorang.Mark pun hanya menghela napas dan mengangkat tangan seolah menyerah. “Baiklah, Tuan Putri. Daddy akan menerima semua kemarahanmu dengan lapang dada,” ujarnya dengan nada bercanda,

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 235: Memarahi Mark

    “Apa kau belum makan siang?” tanya Clara dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang terselip di sana.Clara duduk berhadapan dengan Stevan, mengamati dengan penuh perhatian bagaimana pria itu begitu lahap menyantap makan siangnya.Wajah Stevan tampak sedikit lelah, tetapi matanya masih bersinar, mencerminkan semangat yang tak pernah luntur.Clara melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum pendek sudah menunjuk angka dua, dan ia mengerutkan dahi kecilnya.Stevan, yang tengah sibuk dengan suapan nasi dan lauk di hadapannya, mendongak sejenak. Bibirnya membentuk senyum cengengesan khasnya.“Lebih tepatnya, belum makan sejak pagi tadi,” jawabnya santai. Ia kemudian mengusap mulutnya dengan tisu sebelum melanjutkan.“Aku lupa sarapan karena harus mengikuti meeting dengan ayahmu. Jadi, aku baru sempat mengisi perutku sekarang.”Clara mendesah pelan, matanya menatap Stevan dengan sedikit protes. “Bisa-bisanya kau bekerja dengan perut kosong. Memangnya otakmu bisa konsen?” tanyanya, me

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 234: Kejutan untukmu

    Clara duduk di bangku taman kampus, mengerutkan kening sambil menatap layar ponselnya yang sudah redup sejak tadi. Pesannya ke Stevan tak juga mendapat balasan. Ia melirik jam di sudut layar: pukul satu siang. Waktu sudah mepet, dan dalam satu jam lagi ia harus pulang.“Ke mana Uncle Stevan?” gumam Clara sembari mengetuk-ngetukkan jemarinya ke layar ponsel. Ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lamanya saat merasa gelisah. “Tumben sekali pesanku belum dia balas.”Ia bersandar di bangku dan memandangi awan yang berarak di langit. Kecurigaan mulai merayap di benaknya.“Sepertinya Daddy mulai membuat Uncle Stevan sibuk. Bisa-bisanya sudah pukul satu dan dia belum juga online,” keluhnya, memicing curiga. Ia tahu betul bagaimana ayahnya selalu menyeret Stevan ke dalam urusan kantor, bahkan di luar jam kerja.“Clara?” Sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas menyapanya, memecah lamunannya.Clara mengangkat kepala, mendapati Matthew berdiri beberapa langkah darinya. Pemuda itu terseny

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 233: Tetap Menjadi si Periang di Mata Stevan

    “Kau serius, akan menikah dengan Uncle Stevan?” tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan.Clara menoleh, menatap Samuel dengan alis terangkat. “Kenapa?” tanyanya santai sambil meniup perlahan kukunya agar cepat kering.“Kau takut media mempermasalahkannya? Bukankah mereka sudah tahu yang sebenarnya?”Samuel menghela napas kasar, berjalan masuk dan menjatuhkan tubuhnya di kursi dekat meja rias Clara.“Tidak. Aku tidak mempermasalahkan itu,” ucapnya dengan nada datar. “Justru aku bingung, kenapa Uncle Stevan bisa mencintai wanita aneh sepertimu.”Clara sontak menyunggingkan senyum sinis. Ucapan Samuel selalu punya cara untuk membuat darahnya naik, meskipun ia tahu itu hanya cara Samuel menggoda.“Kau ingin tahu jawabannya, Sam?” Clara meletakkan kuas kuteksnya, menatap Samuel dengan ekspresi penuh tantangan.“Coba menjalin hubungan, biar kau tahu bahwa cinta itu nyata!” sengalnya dengan nada yang sengaja dibuat menusuk.Samuel malah mengangkat bahu, seolah tidak terpengaruh sedikit pun. “

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 232: Status Baru

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan suasana pesta yang digelar untuk menyambut Stevan sebagai CEO baru Kv’s Group semakin meriah.Aula megah itu dipenuhi tamu-tamu berpakaian formal, dengan gelas-gelas anggur yang berkilau di bawah cahaya lampu kristal.Denting piano dari sudut ruangan menciptakan suasana elegan, sementara obrolan dan tawa memenuhi udara.Stevan berdiri di salah satu sisi ruangan, dikelilingi oleh beberapa eksekutif perusahaan yang memberikan ucapan selamat kepadanya. Wajahnya tetap tenang, meski malam itu sebenarnya menguras banyak energi emosinya.“Congrats, Uncle. Kau berhak mendapatkan ini semua,” suara Samuel memecah pikirannya. Pemuda itu menepuk pundaknya dengan senyum percaya diri yang khas.Stevan menoleh dan mengulas senyum kecil. “Terima kasih, Sam. Fokus belajar, kau harus masuk universitas terbaik untuk menggantikan posisi ayahmu suatu hari nanti.”Samuel menyeringai kecil, matanya memancarkan keyakinan. “Mudah bagiku, Uncle. Bahkan saat ini

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 231: Rapat Pimpinan Kv's Group

    “Setelah delapan belas tahun lamanya Kv’s Group berada di bawah naungan Tuan Mark Louis Evander,” ujarnya, menghentikan kalimatnya sejenak untuk memberi waktu pada hadirin yang kembali bertepuk tangan.“Kita semua mengakui dan sangat mengagumi keberhasilan yang telah beliau berikan pada Kv’s Group. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini tidak hanya bertahan tetapi berkembang menjadi salah satu konglomerasi terbesar di dunia.”Suasana ruang rapat utama Kv’s Group dipenuhi oleh para jajaran eksekutif, investor, dan awak media yang sudah siap dengan kamera dan mikrofon.Sorotan lampu terang menerangi podium yang berdiri megah di tengah ruangan, tempat Mark Louis Evander berdiri dengan karisma khasnya, tersenyum tipis di tengah riuh tepuk tangan yang membahana.Seorang pembawa memulai pidato dengan suara yang lantang dan penuh wibawa.Mark mengangguk pelan sebagai tanda terima kasih, tetapi senyumnya tidak memudar sedikit pun.Pembawa acara melanjutkan, “Karena beliau telah mendapatkan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 230: I have Something for You

    Stevan berdiri di samping mobilnya, melipat lengan di depan dada sambil mengamati gerbang megah kampus tempat Clara menuntut ilmu.Langit sore mulai memerah, memberikan nuansa hangat yang kontras dengan suasana hatinya yang tengah diliputi beragam pikiran. Langkah cepat Clara yang mendekatinya menariknya kembali ke kenyataan.“Sudah lama, menunggu?” tanya Stevan seraya melirik ke arah wanita muda itu.Clara mendengus kecil, kedua tangannya terlipat di dada, matanya menatapnya tajam. “Ya! Setengah jam lamanya aku menunggumu, Uncle!” protes Clara dengan nada setengah manja, bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang sedang merajuk.Stevan hanya terkekeh menanggapi. Dengan lembut, ia mengusap pucuk kepala Clara, membuat rambut panjangnya sedikit berantakan.“Maafkan aku. Jalanan macet,” balasnya dengan nada menggoda.Clara mendengus lagi, tapi kali ini dengan nada menyerah. “Huh, alasanmu selalu macet.”Setelah itu, keduanya masuk ke dalam mobil. Stevan memutar kunci, dan suara mesin ya

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 229: Sebuah Keputusan Besar

    Gedung Kv’s Group berdiri megah dengan desain modern nan elegan, mencerminkan kesuksesan yang telah dibangun selama bertahun-tahun.Di salah satu ruangan di lantai tertinggi, Stevan duduk di hadapan Mark, kakaknya, yang kini memimpin perusahaan itu.Di tangannya, sebuah dokumen tebal dengan kop surat resmi Kv’s Group tampak mencolok. Wajah Stevan dipenuhi kebingungan.“Apa ini, Kak?” tanya Stevan, keningnya mengerut saat membaca baris pertama dokumen tersebut. Ia melirik Mark yang duduk tenang di kursinya, dengan ekspresi penuh percaya diri.Mark melipat tangannya di atas meja kaca besar. “Sudah satu bulan lamanya kami berunding untuk posisi CEO di Kv’s Group yang sudah hampir tujuh belas tahun ini masih aku pegang,” katanya pelan namun tegas, menatap adiknya dengan tatapan tajam.Stevan mengangkat wajahnya dari dokumen itu, menatap Mark yang terlihat begitu serius.“Menunggu Samuel masih lama,” lanjut Mark, menyebut nama putra sulungnya. “Mungkin tujuh sampai delapan tahun baru bisa

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 228: Argumen Menggelikan Keluarga Mark

    “Wow! My Dad is amazing!” seru Clara dengan nada ceria yang begitu khasnya, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah impian.Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari bertepuk tangan, seolah ingin menyambut kabar dari Mark dengan sorak kemenangan.Aura antusiasnya memenuhi ruang itu, melengkapi suasana penuh rencana yang menggantung di udara.“Stevan sudah tahu soal ini, Mark?” tanya Dania, suaranya lembut namun sarat perhatian, sembari menyuapkan anggur hijau ke bibirnya yang merah alami.Matanya menatap Mark penuh rasa ingin tahu, seolah mencari tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh suaminya itu.Mark menggeleng pelan, bibirnya tersungging dengan senyuman kecil yang penuh rahasia. “Belum,” jawabnya santai, sembari melipat kedua tangannya di atas meja.“Aku akan mengumpulkan jajaran terlebih dahulu untuk memberitahu bahwa Kv’s Group akan dipimpin oleh Stevan. Ini akan menjadi kejutan untuknya.”“Well, Dad,” sela Samuel, suara beratnya memotong percakapan s

DMCA.com Protection Status