Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 23: Memberinya Sesuatu

Share

Bab 23: Memberinya Sesuatu

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-02 09:00:46

“Tidak ada!” ucap Mark dengan tegas. Pandangan Mark menembus Dania dengan intensitas yang tajam dan tak terbantahkan.

Ada api yang membara di matanya, sebuah kekuatan yang membuat udara di sekitarnya terasa lebih tebal, seolah-olah sedang membara di bawah pengaruh kehadiran yang begitu mendominasi.

Dania, yang merasa kecil di hadapan tatapan penuh emosi itu, merasakan pundaknya meringkuk tanpa sadar, seolah-olah mencoba melindungi dirinya dari energi yang dikeluarkan oleh suaminya. Suara napasnya terdengar putus-putus, seolah berusaha menahan ketakutan yang merayap di dadanya.

“Dania,” kata Mark, suaranya rendah, hampir seperti bisikan, tapi ada nada ketegasan yang tidak bisa disangkal di balik kata-katanya. "Aku ingin kau tahu satu hal dengan sangat jelas: perkara ini, apa pun yang mereka katakan, tidak ada hubungannya dengan pernikahan kita."

Dania menggigit bibirnya, berusaha menahan gemetar yang mulai merambati tubuhnya. "Ta&md

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (12)
goodnovel comment avatar
MAIMAI
coklat dpt merelakskan tubuh dan pikiran dania, makanya mark ngasih coklat itu ke kamu, supaya kamu lebih relaks, gak grasak grusuk dalam mengambil keputusan.
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
nah makanya mikir jangan grasa grusu dan,lagian tinggal buktikan klo kamu bukan wanita seperti yg diberitakan diluar sana
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Mark kayaknya udah punya rasa strawberry ke dania nih, dia ngasih perhatian kecil ke dania dan gak mau dania merasa terbebani dengan berita hoax itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 24: Ceraikan Istrimu

    Pagi masih gelap ketika Dania terbangun, meraba sisi ranjang yang dingin di mana Mark seharusnya berada. Tidak ada kehangatan, tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Lagi-lagi, Mark telah pergi bahkan sebelum fajar merekah di ufuk timur."Ke mana dia?" gumamnya dengan suara serak. Ia menoleh ke kanan dan kiri, bahkan mendengarkan suara di kamar mandi. Namun, tidak ada tanda-tanda jika Mark ada di kamar mandi.Dania merasakan kehampaan mengisi relung hatinya, seolah-olah malam-malam tanpa suaminya telah mencuri sesuatu yang berharga dari dirinya.Mark pulang larut malam, saat Dania sudah terlelap, dan pergi pagi-pagi sekali, saat mata Dania masih terpejam dalam kantuk. Hatinya terasa berat, penuh keraguan dan kecemasan yang tak kunjung reda.Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, kegelisahan yang tak kunjung hilang. Apakah Mark masih marah padanya? Apakah kata-kata yang terucap hari itu telah melukai hatinya lebih dalam dari yang Dania duga?Dia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 25: Permintaan Maaf Dania

    Malam itu, rumah terasa sepi, seakan-akan bersekutu dengan kegelapan yang merayap di setiap sudut ruangan. Mark akhirnya pulang, setelah sepanjang hari menghilang tanpa kabar.Pintu utama rumah terbuka perlahan, membiarkan angin malam yang dingin menyusup masuk, menggoyangkan tirai tipis yang menggantung di jendela.Dengan langkah berat, Mark melangkah masuk, kakinya seolah terbelenggu oleh beban pikiran yang tak kunjung pergi. Matanya segera menangkap sosok Dania yang tertidur di sofa ruang tengah."Kenapa dia tidur di sana?" gumam Mark, suaranya nyaris tak terdengar di antara hembusan angin malam yang masuk.Dia melangkah mendekat, memperhatikan wajah Dania yang tampak begitu lelah, dengan ponsel di tangannya yang masih menyala, menampilkan layar chat yang belum sempat tertutup.Rambutnya terurai berantakan di atas bantal sofa, napasnya teratur, namun wajahnya menyiratkan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan.Mark duduk di sampingnya, merasa janggal sekaligus tersentuh oleh peman

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 26: Jangan Ikut Campur!

    Dania sudah bangun lebih awal, lebih cepat dari biasanya. Dia menyibukkan diri di dapur, menyiapkan sarapan untuk Mark, berharap sedikit kehangatan bisa mencairkan dingin yang mengendap di antara mereka.Suara penggorengan berdengung lembut, diiringi aroma roti panggang dan telur goreng yang memenuhi udara, mencoba mengusir ketegangan yang menggantung sejak malam sebelumnya.Tangannya cekatan memotong sayuran dan menggoreng telur, tapi pikirannya melayang, menelusuri kembali percakapan-percakapan singkat mereka yang penuh dengan kebekuan.“Setidaknya aku bisa mendapat maaf dari Mark,” ucapnya pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Hh! Aku benar-benar telah membuat pria itu marah besar padaku. Aku tidak menyangka jika dia akan semenyeramkan itu jika sudah marah.”Dania bergidik. Dia tahu, Mark bisa menjadi sangat menyeramkan ketika amarahnya memuncak. Selama ini, ia terbiasa dengan sikap Mark yang tegas dan terkadang ker

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 27: Kau Mencintai Mark?

    Sudah dua hari berlalu sejak berita itu tersebar, dan masalah yang sedang dihadapi Mark masih belum juga mereda, seperti badai yang enggan berlalu, menghantam batinnya bertubi-tubi tanpa ampun.Mark berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya, menatap keluar dengan pandangan kosong. Di balik kaca yang dingin itu, kota terlihat samar, buram seperti harapan-harapan yang perlahan memudar dalam pikirannya.Pikirannya terbelit kusut, seperti benang-benang halus yang tersimpul kuat, mengunci setiap solusi yang ingin ia raih.Tatapan matanya redup, kehilangan sinar optimisme yang biasanya memancar dari bola matanya yang tajam. Bahkan, untuk sekadar tersenyum, ia merasa begitu sulit.Bagaimana ia bisa tersenyum, ketika perusahaan yang ia bangun dengan darah dan keringat kini terancam runtuh oleh fitnah dan kabar burung yang menyebar begitu cepat, secepat kilat membakar hutan kering?Ia tidak memberitahu Dania mengenai masalah di perusahaannya. Ia tahu, Dania sedang terluka, disebabkan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 28: Menjadi Sandaran Mark

    Dania tertawa pelan, sebuah tawa yang lebih mirip gemerisik daun jatuh daripada ungkapan bahagia. "Tentu saja aku mencintai Mark," ucapnya dengan nada yang terdengar meyakinkan. “Untuk apa aku mencintai Kevin yang sudah mengkhianatiku?”Namun, saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya, hati Dania memberontak. Pernyataan itu adalah kebohongan yang dikemas rapi, seperti hadiah buruk dalam kertas kado cantik. Cinta? Apa itu cinta, pikirnya dalam hati. Pernikahannya dengan Mark hanyalah sebuah kontrak di atas kertas, sebuah kesepakatan yang lebih mirip transaksi daripada ikatan hati. Apakah Mark mencintainya? Belum tentu. Hanya Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya dirasakan pria itu.Tetapi Maia tak perlu tahu kebenaran di balik pernikahan mereka. Maia, sahabat terbaiknya, selalu ingin yang terbaik untuknya, tetapi ada hal-hal yang sebaiknya tetap tersembunyi. Lagipula, Dania sangat takut kalau-kalau Mark mengetahui apa yang mereka bicarakan. Amarah Mark bukanlah sesuatu yang ingin ia pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 29: Kenapa Mempertahankannya?

    Dania tersenyum tipis mendengar ucapan Sarah. Matanya menatap Sarah yang tengah menyimpan harapan padanya."Jangan pernah meninggalkan Mark apa pun yang terjadi, Dania."Dania menganggukkan kepalanya. Saat ini, yang ia lakukan hanyalah meyakinkan Sarah agar wanita itu tidak cemas karena Mark yang sedang tidak baik-baik saja."Baik, Ibu. Aku pasti akan selalu ada di samping Mark. Kau tenang saja," kata Dania dengan lembut.Sarah menghela napas lega mendengar ucapan Dania tadi. "Baiklah. Kalian memang pasangan yang serasi dan saling melengkapi. Kalau begitu, aku pamit pulang, Dania. Jangan beri tahu Mark jika aku datang kemari."Dania menaikan alisnya. "Kenapa?" tanyanya ingin tahu.Sarah menghela napasnya dengan panjang. "Mark akan marah jika aku memohon seperti ini apalagi memohon tentangnya. Dia akan memarahiku dan mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Mark sangat membenci orang tuanya karena kami terlalu mengatur hidupnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 30: Ancaman Mark untuk Marsha

    Mark menoleh, matanya yang tajam dan penuh arti mengunci pandangan pada sosok Dania yang masih duduk di tepi tempat tidur.Wajahnya tampak sayu, menanti jawaban yang mungkin akan merubah segalanya. Dalam hening yang terasa berat, Mark menghela napas pelan."Aku malas mencari wanita lagi," ucap Mark akhirnya. "Aku hanya ingin fokus pada rumah tangga yang sedang aku jalani saat ini. Masalah apa pun yang datang, aku akan hadapi," lanjutnya.Namun bagi Dania, setiap kata yang keluar dari mulut Mark seperti pukulan lembut yang menghantam jiwanya.Dia merasakan ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata itu, sebuah janji yang tak terucapkan namun begitu jelas terasa. Hatinya bergetar, ada rasa syukur yang perlahan mengalir, meresap ke dalam setiap pori-porinya.Mark, meskipun keras kepala dan kaku, adalah seorang pria yang berdiri kokoh di tengah badai yang menghantam rumah tangga mereka.Dania mulai menyadari, betapa kuatnya komitmen suaminya, betapa teguhnya hati pria itu meski banya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 31: Klarifikasi

    “Oke, oke!” Marsha menahan tangan Mark yang sudah siap mengirimkan foto dan video itu ke keluarga Kevin. Jemarinya gemetar, tetapi dia berusaha keras untuk terlihat tegar.Namun, tatapan tajam Mark yang penuh kemenangan membuatnya merasa semakin terpojok. Mark menaikkan alisnya, menunggu Marsha untuk melanjutkan ucapannya."So?" tanyanya dengan nada datar, seolah menguji seberapa jauh Marsha akan melangkah.Marsha mengepalkan tangannya, menatap datar ke wajah Mark. Dalam hatinya, amarah dan kepanikan berperang sengit, tapi dia tahu bahwa dia tak punya pilihan lain."Aku menyerah," katanya akhirnya, suaranya terdengar rendah dan hampir tak bernyawa. "Aku akan memberitahu semua orang bahwa itu hanya fitnah."Senyum puas terukir di wajah Mark, senyum yang membuat Marsha semakin menyadari betapa dia telah kalah telak dalam permainan ini."Siapkan media dan ruang untuk konferensi pers dua jam lagi," perintah Mark tanpa sedikit pun rasa ragu. Vicky, yang berdiri di sampingnya, mengangguk ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 247: Masih Berbaik Hati

    “Maaf, aku tidak memberitahumu karena urusanku sangat mendadak,” suara Stevan terdengar di seberang sana, tenang namun mengandung jejak kelelahan yang sulit disembunyikan.Clara menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kekhawatiran dan amarah yang bercampur menjadi satu. “Sekarang jelaskan, apa yang kau lakukan di sana sampai pergi mendadak seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar, antara menahan rasa kecewa dan desakan ingin tahu.“Ibuku memaksaku untuk datang,” jawab Stevan akhirnya, suaranya terdengar berat, seperti seseorang yang menanggung beban yang terlalu besar. “Suaminya mengancam akan membunuh ibuku jika aku tidak pergi, Clara. Meskipun dia sudah menyakitiku, dia tetap ibuku.”Kata-kata itu menggantung di udara, menusuk relung hati Clara. Ia menelan salivanya dengan pelan, mencoba meredakan gemuruh emosinya. “Memangnya ayah tirimu sejahat itu, Uncle?” tanyanya, nada suaranya penuh dengan campuran simpati dan ketakutan.“Entahlah,” Stevan menjawab, suaranya nyaris s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status