“Sebenarnya,” kata Dania pelan, mencoba mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya, “waktu itu, ibumu memang tidak secara langsung mengatakan kalau dia belum percaya sepenuhnya dengan pernikahan kita. Tapi … ada sesuatu dalam ucapannya yang membuatku berpikir.”Mark menoleh ke arahnya, alisnya terangkat, sorot matanya penuh tanda tanya. “Apa maksudmu?” tanyanya, nada suaranya tidak sepenuhnya waspada, tapi tetap ada keraguan di sana.Dania menghela napas, merasa ada sesuatu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. “Yang kukatakan tadi padamu, agar aku tetap berada di sisimu. Hanya saja, dari cara dia berbicara, aku merasa dia tahu sesuatu,” lanjutnya. “Seolah-olah … dia tahu bahwa pernikahan kita ini hanyalah pernikahan kontrak. Pernikahan tanpa cinta.”Mark terdiam sejenak, menatap Dania dengan serius. Bibirnya bergerak sedikit, tapi tidak ada kata yang keluar. Akhirnya, ia membuang pandangannya ke arah lain, ke laut yang tenang di kejauhan. “Lupakan apa yang dikatakan ibuku,” ujarnya,
Baca selengkapnya