Waktu telah merangkak ke angka delapan malam, menggantungkan gelap yang melukis langit dengan pekatnya. Amy baru saja menidurkan Clara, bayi mungil itu akhirnya terlelap setelah tangis histeris yang mengguncang rumah selama setengah jam penuh.Tangisannya yang melengking kini tergantikan oleh helaan napas kecil yang ritmis, serupa bisikan lembut angin malam yang meredakan jiwa.Dengan penuh kasih, Amy mengusap sisi wajah Clara yang lembut seperti sutra. Senyum tipis terukir di bibirnya, seolah semua kerumitan dunia menguap hanya dengan melihat kedamaian sang bayi. Di sampingnya, Stevan berdiri, matanya berbinar memandangi adiknya.“Ibu, lihatlah,” ucap Stevan dengan semangat polosnya, telunjuk mungilnya menunjuk wajah Clara. “Matanya sangat mirip dengan Ayahnya.”Amy menoleh ke arah Stevan, sorot matanya melembut. Ia mengangguk pelan, merasakan kilasan memori yang membuat dadanya hangat.“Ya, kau benar, Sayang. Meski usianya baru satu minggu, tapi wajahnya sudah terlihat identik denga
Last Updated : 2024-11-23 Read more