Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Terjerat Cinta CEO Dingin: Chapter 191 - Chapter 200

249 Chapters

Bab 191: Dia Sangat Briliant

“Mark. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Suara Sean mengisi ruangan seperti angin yang menyelinap perlahan, memecah kesunyian kantor yang hanya diisi suara pelan dering telepon dan denting keyboard.Ia melangkah mendekat, melewati meja besar di mana Mark duduk dengan ekspresi serius, tangannya sibuk membalik halaman dokumen yang tampaknya penuh dengan angka dan strategi. Dua hari absen dari kantor tampaknya tidak mengendurkan dedikasinya.Mark mengangkat kepalanya perlahan, mata kelamnya bertemu dengan Sean. “Duduklah, Paman. Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyanya, suaranya tenang namun penuh kendali, seperti biasanya. Ia menutup dokumen yang sedang ia periksa, menyisihkan pekerjaannya untuk memberi perhatian penuh.Sean menarik kursi dan duduk, tubuhnya terlihat tegang meskipun ia mencoba untuk tetap tenang. “Apa kau masih ingin mengambil alih perusahaan milik Kevin?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi. “T
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 192: Deep Talk

Dania melangkah perlahan menghampiri Mark yang berdiri diam di depan jendela, tubuhnya mematung seperti patung marmer yang menyerap kesunyian malam.Pemandangan kota yang berkilauan di balik kaca memantulkan bayangan suram di wajahnya, sementara matanya tampak menerawang, tenggelam dalam lautan pikirannya sendiri.Ia baru saja selesai menidurkan bayi Clara, menyusui dengan lembut hingga bayi kecil itu tenggelam dalam mimpi tanpa beban. Langkahnya terhenti beberapa inci dari punggung suaminya yang tegap namun penuh beban. “Mark?” panggilnya lembut, suaranya seperti aliran air yang berusaha menyejukkan tanah yang gersang.Mark menoleh perlahan, senyum tipis menghiasi wajahnya, meski matanya menyimpan bayang-bayang gelisah yang tak mampu disembunyikan. “Clara sudah tidur, hm?” tanyanya dengan nada pelan, hampir seperti bisikan.Dania mengangguk, bibirnya melengkung dalam senyum kecil. “Ya, sudah. Apa yang sedang kau pikirkan? Sidang ayahmu besok?” Suaranya mengandung kekhawatiran yang le
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 193: Bom Waktu itu Nyata Adanya

Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi, namun suasana kamar itu dipenuhi kehangatan yang begitu menenangkan. Mark berdiri di dekat jendela, mengenakan kemeja putihnya yang rapi, siap menghadapi hari yang berat di pengadilan.Namun, satu rutinitas kecil yang tak pernah ia lewatkan tetap memikat hatinya—menggendong Clara.Dalam pelukan Mark, bayi mungil itu tampak tenang, matanya yang bening mengerjap seolah memandangi dunia dengan rasa penasaran.Mark tersenyum, matanya menelusuri setiap detail wajah Clara, dari alis halusnya hingga lengkung bibir kecilnya yang menggemaskan.“Sayang, lihatlah,” katanya dengan suara lembut, hampir berbisik. “Mata Clara sangat indah. Dan kau tahu? Aku mencintaimu karena aku menyukai matamu. Bisa-bisanya Clara memiliki mata indah sepertimu.”Dania yang tengah merapikan selimut di tempat tidur menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Tawa kecil meluncur dari bibirnya, melengkapi suasana pagi itu.“Aku baru tahu kalau
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 194: Sidang Putusan Alex

Sidang Alex telah dimulai. Suasana ruang pengadilan terasa begitu tegang, seolah udara yang mengalir di antara deretan bangku itu membawa ketegangan yang bisa dirasakan hingga ke tulang.Wajah-wajah para hadirin—baik pengacara, juri, maupun penonton—terlihat serius, menanti setiap kata yang keluar dari mulut hakim.Setiap detik terasa melambat, seperti sedang menggantung di atas jurang misteri yang siap mengungkap kebenaran yang kelam.“Alex berulang kali mengendap-endap masuk ke dalam kantor Mark di malam hari,” suara hakim menggema, mengisi setiap sudut ruangan yang hening seperti kuburan.“Hanya untuk meretas produk yang akan diluncurkan saat itu. Namun, berulang-ulang kali pula ia gagal melakukannya sebab data tersebut tidak disimpan di kantor.”Para penonton mulai berbisik pelan, seperti gelombang kecil yang bergulir di atas permukaan air.Hakim melanjutkan, matanya yang tajam menatap langsung ke arah Alex yang duduk di kursi terdakwa dengan ekspresi dingin.“Ini termasuk ke dala
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 195: Jangan Senang Dulu!

Sidang Kevin telah berakhir dengan ketukan palu hakim yang menggema di ruang pengadilan, seakan menjadi pertanda runtuhnya tembok kokoh yang selama ini melindungi kesalahan-kesalahan Kevin.Dakwaan yang dilayangkan begitu tajam, seperti bilah pedang yang menembus jantung kebenaran, hingga membuat Kevin hanya mampu menunduk dalam keheningan—bukan karena kalah, tetapi karena pasrah pada takdir yang tak lagi dapat dielakkan.Hakim, dengan wibawa yang memancar dari setiap katanya, memutuskan Kevin harus mendekam di penjara selama dua puluh tahun.Vonis itu bak angin segar yang membawa kelegaan bagi Mark dan mereka yang telah berjuang dalam diam, menanggung luka demi tegaknya keadilan.“Paman Sean, Paman Bernard. Terima kasih,” ucap Mark dengan suara penuh ketulusan, matanya menatap kedua pria yang ia percayai dengan sepenuh hati. “Bantuan kalian dalam proses ini sungguh berarti bagi Ayah dan juga kasus Kevin.”Bernard, dengan sikap yang penuh kebapakan, menepuk pundak Mark dengan lembut n
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 196: Tragedi Mengerikan

Mark menaikkan kedua alisnya, tatapannya bergulir tajam mendengar ucapan Kevin sebelum pria itu melangkah masuk ke dalam mobil tahanan.Sebuah tawa samar terselip di sudut bibirnya, namun bukan tawa bahagia—melainkan tawa getir yang menyadari absurditas dari pria di hadapannya.“Kenapa mereka selalu mengatakan hal yang serupa?” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. “Apa mereka masih berencana bekerja sama bahkan di dalam penjara?”Ia menggelengkan kepala, senyuman kecil penuh ironi tersungging di wajahnya. Pikiran itu begitu menggelikan sekaligus mengesalkan.Bahkan jeruji besi yang seharusnya menjadi batas akhir tidak cukup untuk membendung ambisi dan obsesi mereka.Bagi Mark, perbuatan Kevin dan Alex sering kali melampaui batas logika. Bahkan ketika dunia mereka telah hancur, keduanya tetap menari di atas bara api yang mereka nyalakan sendiri, bukannya berubah, mereka justru semakin tenggelam dalam kekacauan.Namun, pikiran itu segera tersingkir ketika Mark meraih ponselnya.
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 197: Golongan Darah yang Sama

Dania berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan nafas tersengal, air mata membasahi wajahnya tanpa henti. Setiap langkahnya terasa berat, seolah hatinya sudah lebih dulu hancur mendengar kabar buruk itu.Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Mark, pria yang baru saja ia ajak berbicara beberapa jam lalu, kini terbaring tak berdaya di ruang darurat.Vicky menyusulnya dari belakang, wajahnya tidak kalah cemas. Ia datang segera ke rumah Dania begitu mendengar kabar dari sang istri bos.Kini, ia berada di sisinya, menawarkan kekuatan di tengah badai emosi yang mengoyak Dania.Sesampainya di meja perawat, Dania menghentikan langkahnya. Bibirnya bergetar hebat ketika ia mencoba bertanya, “Bagaimana kondisi suami saya, Suster?”Perawat di depannya menatap Dania dengan penuh simpati, namun suaranya tetap tenang dan profesional. “Pasien masih dalam pemeriksaan, Nyonya. Mohon tunggu dan banyak berdoa. Karena kondisi pasien sangat parah.”Ucapan itu menghantam hati Dania seperti pukulan yang
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 198: Lakukan Tes DNA

“Pasien telah melewati masa kritisnya. Hanya saja, kondisinya masih lemah sehingga tidak bisa dipastikan akan siuman dalam waktu dekat,” kata dokter Jonny, suaranya tenang namun tetap memancarkan kesan profesional yang penuh kehati-hatian.Kata-kata itu seperti desah angin yang membawa harapan. Amy, yang telah dengan rela memberikan darahnya, kini duduk di sudut ruangan, tubuhnya lelah namun wajahnya memancarkan kepuasan karena bisa menyelamatkan nyawa Mark.“Syukurlah. Setidaknya Mark telah melewati masa kritisnya. Aku benar-benar lega,” ucap Dania dengan suara yang nyaris tenggelam dalam keheningan. Matanya berkaca-kaca, menatap ke arah dokter dengan syukur yang tak terucapkan.“Terima kasih, Dokter.” Sean mengulas senyum kecil, meski bayang-bayang kecemasan masih melekat di wajahnya seperti awan mendung yang tak kunjung hilang.Saat dokter Jonny berlalu, Dania dan yang lainnya memasuki ruang rawat Mark. Di dalam, suasana terasa hening, hanya terdengar dengung perlahan dari alat-ala
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 199: Menunggu Hasil

Waktu telah merangkak ke angka delapan malam, menggantungkan gelap yang melukis langit dengan pekatnya. Amy baru saja menidurkan Clara, bayi mungil itu akhirnya terlelap setelah tangis histeris yang mengguncang rumah selama setengah jam penuh.Tangisannya yang melengking kini tergantikan oleh helaan napas kecil yang ritmis, serupa bisikan lembut angin malam yang meredakan jiwa.Dengan penuh kasih, Amy mengusap sisi wajah Clara yang lembut seperti sutra. Senyum tipis terukir di bibirnya, seolah semua kerumitan dunia menguap hanya dengan melihat kedamaian sang bayi. Di sampingnya, Stevan berdiri, matanya berbinar memandangi adiknya.“Ibu, lihatlah,” ucap Stevan dengan semangat polosnya, telunjuk mungilnya menunjuk wajah Clara. “Matanya sangat mirip dengan Ayahnya.”Amy menoleh ke arah Stevan, sorot matanya melembut. Ia mengangguk pelan, merasakan kilasan memori yang membuat dadanya hangat.“Ya, kau benar, Sayang. Meski usianya baru satu minggu, tapi wajahnya sudah terlihat identik denga
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 200: Aku Mohon, Bangunlah :(

Dalam ruang rawat yang dipenuhi aroma antiseptik dan bunyi pelan dari mesin-mesin medis, ketegangan menggantung tebal, memenuhi udara yang dihirup setiap orang di sana.Mark masih terbaring tak berdaya di atas ranjang putih, tubuhnya nyaris tertelan oleh alat-alat yang menopang kehidupannya. Wajahnya pucat, sebagian tertutup perban, seolah menyembunyikan luka-luka yang lebih dalam daripada sekadar goresan fisik.Vicky berdiri dengan tegap di ujung ruangan, wajahnya serius, seperti seseorang yang membawa kabar berat yang tak bisa dihindari.“Menurut hasil pemeriksaan,” ia memulai dengan suara datar, tetapi tegas, “rem mobil Tuan Mark memang sengaja disabotase. Dua orang komplotan telah berhasil diringkus oleh polisi.”Kata-kata itu meledak dalam keheningan, membuat semua kepala menoleh padanya. Sorot mata Dania berubah tajam, seperti bara api yang tersulut oleh angin amarah. Ia bangkit dari kursinya, tubuhnya gemetar halus karena emosi yang ditahan.“Dua orang itu … pasti anak buah Kev
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
25
DMCA.com Protection Status