Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Terjerat Cinta CEO Dingin: Chapter 211 - Chapter 220

249 Chapters

Bab 211: Rapat Pemegang Saham

"Rapat pemegang saham akan dimulai. Terima kasih telah hadir di acara pertemuan penting ini," ucapnya, suaranya menggema hingga ke sudut aula yang paling jauh.Aula megah itu diselimuti oleh gemerlap lampu kristal yang memantulkan cahaya keemasan, menciptakan suasana yang mengesankan namun penuh ketegangan.Ratusan kursi telah terisi oleh para pemegang saham, investor, serta media yang menunggu dengan napas tertahan. Suara pengisi acara yang formal namun tegas memecah kesunyian.Kerumunan itu seakan menjadi lautan manusia yang tak sabar menanti momen besar. Kamera-kamera berlomba mengabadikan setiap gerakan, setiap kata, setiap ekspresi wajah yang mencerminkan ambisi, kegelisahan, dan harapan."Seperti yang telah kita ketahui," lanjut pembicara dengan intonasi yang penuh wibawa, "selama lima bulan terakhir, saham Kv’s Group terus mengalami peningkatan yang signifikan. Kerja sama strategis dengan beberapa perusahaan besar telah membawa dampak positif. Nilai saham perusahaan dalam satu
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 212: Hadiah Anniversary

Dua tahun berlalu seperti bisikan lembut angin yang menyapu hamparan waktu, membawa Mark dan Dania ke malam istimewa di restoran mewah.Lampu kristal menggantung di atas mereka, memancarkan cahaya hangat yang memeluk ruang, sementara orkestra kecil mengalunkan melodi romantis di sudut ruangan. Hanya mereka berdua malam itu.Clara yang kecil, tawa riangnya sementara waktu dititipkan pada Amy dan Sean, memberi mereka ruang untuk merayakan cinta yang telah tumbuh semakin kuat.“Happy anniversary, Sayang,” ujar Mark dengan suara rendah dan penuh kasih, matanya menatap Dania seperti memandangi bintang yang paling terang di langit malam. “Tidak terasa, kita sudah memasuki tahun kedua pernikahan kita.”Dania tersenyum, senyum yang mampu mencairkan es paling dingin sekalipun. “Ya, happy anniversary, Mark. Aku tidak menyangka, pernikahan dadakan yang kita jalani rupanya membawa kita pada kebahagiaan yang tidak terduga,” ucapnya, nada suaranya seperti alunan harpa yang merdu.Mark meraih tangan
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 213: Babymoon in Yunani

Dania dan Mark menjejakkan kaki di Yunani, tanah yang dibalut legenda dan keindahan abadi. Langit biru bersinar cerah, berpadu dengan lautan yang membentang sejauh mata memandang, menyerupai sutra biru tua yang bergelombang lembut.Clara, sang buah hati yang kini telah berusia satu tahun enam bulan, tertawa ceria dalam gendongan Mark, melengkapi suasana yang sudah begitu sempurna.“Akhirnya, setelah sekian lama, kita berlibur lagi,” ucap Dania, senyumnya merekah bak bunga yang mekar di musim semi. Ia mendorong pintu villa yang menghadap langsung ke pantai, tempat ombak bersenandung lembut, memanggil-manggil mereka ke dalam pelukan pasir keemasan.Mark menghampiri Dania, dengan Clara yang mulai menggeliat ingin turun. “Nikmati pemandangan ini sepuasnya, Sayang. Kita akan berlibur selama sepuluh hari di sini,” katanya, suaranya dalam namun penuh kelembutan yang menenangkan.Dania menoleh, bibirnya melengkung membentuk senyum penuh godaan. “Apakah CEO tampan, incaran para wanita murahan
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 214: Hello, Samuel Frans Louis Evander

Usia kandungan Dania sudah memasuki sembilan bulan, dan malam itu, tepat pukul dua dini hari, rasa mulas yang luar biasa menyergapnya seperti gelombang pasang yang tak tertahan. Kamar tidur yang tadinya tenang seketika berubah menjadi arena kepanikan.Napas Dania tersengal, keringat dingin membasahi dahinya. Matanya menatap Mark yang masih setengah sadar, berusaha mencerna situasi dengan tatapan penuh kantuk.“Kau akan melahirkan di malam hari, Sayang?” tanyanya dengan nada bingung, wajahnya tercampur panik dan sisa kantuk.Dania menatap suaminya dengan tajam, meski wajahnya memucat menahan rasa sakit. “Apa kau gila? Jam melahirkan tidak kenal waktu, Mark! Cepat, bawa aku ke rumah sakit! Perutku sudah sakit sekali!” serunya, suaranya menggema seperti perintah seorang ratu di tengah kekacauan.Mark langsung terjaga sepenuhnya, kepanikannya terlihat jelas. Ia segera meraih ponsel di meja samping, menghubungi rumah sakit agar ruang bersalin segera disiapkan. Dalam waktu singkat, ia sudah
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 215: Bocah Periang Tak Kenal Malu

Lima tahun kemudian…Langit senja merekah seperti lukisan indah yang menggantung di cakrawala, memancarkan warna jingga keemasan yang membias di kaca mobil Stevan. Suara tawa seorang gadis kecil pecah, memecah ketenangan sore itu.“Uncle Stevan!” Clara berlari dengan langkah kecil yang riang, rambutnya yang halus tergerai ditiup angin. Matanya berbinar seperti bintang kecil yang menyala, wajahnya dihiasi senyuman tulus penuh cinta.Stevan membuka pintu mobilnya dan segera mengulurkan tangannya. “Gendong, Uncle. Gendong,” pinta Clara dengan nada yang manja.Tawa ringan keluar dari bibir Stevan, seperti melodi lembut yang memenuhi udara. Dengan penuh kasih, ia mengangkat tubuh mungil Clara yang kini telah tumbuh menjadi gadis kecil berusia tujuh tahun."Apa kau merindukanku, hm?" tanyanya lembut, menatap dalam mata Clara yang cerah seperti permata biru langit.Clara mengangguk dengan semangat, rambutnya yang harum terayun mengikuti gerakannya. "Sangat merindukan Uncle! Kenapa Uncle baru
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 216: Si Aktif dan Pendiam

"Setelah kau dewasa, Clara. Jika aku menikahimu sekarang, aku akan ditangkap polisi, dan kita tidak bisa bulan madu," ucap Stevan, setengah bercanda, setengah mencoba menenangkan tawa yang nyaris meledak.Dania, yang berdiri tak jauh, memutar mata dan menghela napas panjang. Suaranya seperti angin yang menyerah melawan badai kecil. "Stevan!" serunya, separuh protes, separuh kelelahan.Clara, tanpa sedikit pun merasa terganggu, malah menatap Stevan dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. "Ah, begitu. Berapa lama lagi aku akan menjadi dewasa, Uncle?"Stevan mengerutkan kening, berpura-pura berpikir keras, lalu menjawab, "Um … mungkin tiga belas tahun yang akan datang?" Matanya berbinar penuh canda, menikmati obrolan ringan ini.Mark, yang sedari tadi berdiri menyaksikan percakapan absurd ini, akhirnya menyerah dengan senyum tipis di sudut bibirnya."Baiklah, baiklah. Aku tidak perlu pusing memikirkan siapa jodoh Clara di masa depan. Karena jodoh Clara sudah tercipta dari sekarang," kata
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 217: Kebenaran yang Terungkap

Dania menepuk jidatnya, napasnya tertahan sejenak setelah mendengar cerita dari Stevan.Ada rasa geli sekaligus kelelahan yang bercampur dalam ekspresinya, seperti seorang ibu yang tak habis pikir dengan tingkah anak-anaknya, tetapi tetap tak bisa menahan senyum kecil di ujung bibir."Jangan dengarkan apa pun yang Clara katakan. Kau berhak memiliki kekasih, Stevan. Wanita di London banyak yang cantik dan pasti akan memikat hatimu," ucapnya, suaranya terdengar setengah serius, setengah bercanda, namun ada ketegasan khas seorang kakak yang selalu menginginkan yang terbaik untuk adiknya.Stevan mengangkat bahu dengan santai, senyumnya tipis namun penuh arti. "Aku tidak yakin, Kak."Dania menyipitkan matanya, tatapan seorang wanita yang tahu ada sesuatu yang disembunyikan."Why? Jangan bilang kalau kau sudah memiliki rasa pada anakku, Stevan? Kau akan dicap pedofil meskipun tidak melakukan apa pun pada anakku. Justru Clara lah yang sering memeluk dan menciummu."Mark hanya menghela napas
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 218: Sang Pawang Datang Tepat Waktu

Empat tahun berlalu dengan gemuruh waktu yang tak henti-hentinya mengukir cerita.Siang itu, langit biru seperti kanvas kosong, hanya dihiasi sejumput awan yang melayang malas.Namun, suasana hati Mark terasa sebaliknya—penuh beban yang sulit diterjemahkan, seperti awan kelabu yang bergulung di dada."Anak Anda terlibat baku hantam dengan teman sekelasnya, Arnold. Namun, yang mengalami luka memar di wajahnya adalah Arnold. Sepertinya Clara sangat jago bela diri, Tuan Mark," ucap Mrs. Anneth, suaranya lembut tapi tajam, seperti pisau yang baru diasah.Mark memijat keningnya, tarikan napasnya berat seakan membawa beban dunia. "Maafkan anak saya, Mrs. Anneth. Dia memang sedikit bar-bar dan sulit sekali dinasihati," katanya, dengan nada yang terdengar lebih seperti permintaan maaf kepada dirinya sendiri daripada kepada wali kelas itu.Tanpa banyak bicara lagi, ia melangkah menuju ruang administrasi. Setiap langkahnya terdengar seperti dentang jam di aula kosong, menggema dengan rasa tanggu
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 219: Tempatmu ada di Hati Orang yang Menyayangimu

“Pawangnya telah kembali. Dia akan melunak jika dinasihati oleh Stevan,” ujar Mark dengan nada penuh keyakinan, lalu menggandeng tangan Dania, membawanya masuk ke dalam rumah.Di balik gerbang sore yang berwarna jingga, mereka menghilang ke dalam kehangatan rumah, meninggalkan Clara dan Stevan di halaman yang masih diterangi sisa-sisa cahaya matahari.Stevan, dengan senyum kecil yang selalu terasa menenangkan, merangkul Clara. Gadis kecil itu kini telah tumbuh lebih tinggi, tapi masih ada keusilan dan keberanian khas yang sulit disembunyikan dari wajahnya.“Ayo, masuk,” ajaknya dengan lembut, membimbing Clara ke sofa ruang tengah, tempat mereka biasa berbincang seperti dua sahabat yang berbagi rahasia dunia.Ia duduk di sebelah Clara, menatapnya dengan pandangan yang penuh kehangatan sekaligus kekhawatiran. "Hm, apa yang kau lakukan kali ini? Baku hantam lagi?" tebak Stevan, seraya meraih tangan Clara yang kemerahan, jari-jarinya memar akibat perkelahian.Stevan menggeleng pelan, napas
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 220: He's Back

Hanya buket bunga yang tergeletak di atas meja itu—sederhana, namun penuh makna. Kelopak-kelopak mawar merah muda bercampur putih, dihiasi pita satin, menjadi saksi bisu setiap perayaan kelulusan Clara.Dari SD, SMP, hingga kini SMA, bunga-bunga itu adalah satu-satunya kehadiran Stevan dalam hidupnya yang kian menjauh. Buket itu, bagai jembatan kecil yang menghubungkan jarak ribuan mil di antara mereka.Clara duduk di kursi ruang tamu, tangannya meremas erat pita buket bunga itu. Kepalanya tertunduk, bahunya bergetar, dan air mata yang jatuh membasahi pangkuannya adalah luapan rindu yang tak pernah terjawab.Saat Dania menghampirinya, hati sang ibu bagai diremas melihat putrinya tenggelam dalam kesedihan.“Setidaknya Stevan masih ingat padamu, Clara,” bisik Dania lembut, suaranya seperti embun yang berusaha menyejukkan bara rindu di hati Clara.Namun, kata-kata itu hanya membuat tangis Clara semakin pecah, memenuhi ruang dengan suara sendu yang menggema hingga ke sudut-sudut rumah.Ia
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status