Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 215: Bocah Periang Tak Kenal Malu

Share

Bab 215: Bocah Periang Tak Kenal Malu

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 22:08:44

Lima tahun kemudian…

Langit senja merekah seperti lukisan indah yang menggantung di cakrawala, memancarkan warna jingga keemasan yang membias di kaca mobil Stevan. Suara tawa seorang gadis kecil pecah, memecah ketenangan sore itu.

“Uncle Stevan!” Clara berlari dengan langkah kecil yang riang, rambutnya yang halus tergerai ditiup angin. Matanya berbinar seperti bintang kecil yang menyala, wajahnya dihiasi senyuman tulus penuh cinta.

Stevan membuka pintu mobilnya dan segera mengulurkan tangannya. “Gendong, Uncle. Gendong,” pinta Clara dengan nada yang manja.

Tawa ringan keluar dari bibir Stevan, seperti melodi lembut yang memenuhi udara. Dengan penuh kasih, ia mengangkat tubuh mungil Clara yang kini telah tumbuh menjadi gadis kecil berusia tujuh tahun.

"Apa kau merindukanku, hm?" tanyanya lembut, menatap dalam mata Clara yang cerah seperti permata biru langit.

Clara mengangguk dengan semangat, rambutnya yang harum terayun mengikuti gerakannya. "Sangat merindukan Uncle! Kenapa Uncle baru
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
wahhh Clara ingin nikah sama Stevan keren nih......
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
bner kata Mark Clara versi Dania mini............
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
jodoh nya Clara stepen imi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 216: Si Aktif dan Pendiam

    "Setelah kau dewasa, Clara. Jika aku menikahimu sekarang, aku akan ditangkap polisi, dan kita tidak bisa bulan madu," ucap Stevan, setengah bercanda, setengah mencoba menenangkan tawa yang nyaris meledak.Dania, yang berdiri tak jauh, memutar mata dan menghela napas panjang. Suaranya seperti angin yang menyerah melawan badai kecil. "Stevan!" serunya, separuh protes, separuh kelelahan.Clara, tanpa sedikit pun merasa terganggu, malah menatap Stevan dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. "Ah, begitu. Berapa lama lagi aku akan menjadi dewasa, Uncle?"Stevan mengerutkan kening, berpura-pura berpikir keras, lalu menjawab, "Um … mungkin tiga belas tahun yang akan datang?" Matanya berbinar penuh canda, menikmati obrolan ringan ini.Mark, yang sedari tadi berdiri menyaksikan percakapan absurd ini, akhirnya menyerah dengan senyum tipis di sudut bibirnya."Baiklah, baiklah. Aku tidak perlu pusing memikirkan siapa jodoh Clara di masa depan. Karena jodoh Clara sudah tercipta dari sekarang," kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 217: Kebenaran yang Terungkap

    Dania menepuk jidatnya, napasnya tertahan sejenak setelah mendengar cerita dari Stevan.Ada rasa geli sekaligus kelelahan yang bercampur dalam ekspresinya, seperti seorang ibu yang tak habis pikir dengan tingkah anak-anaknya, tetapi tetap tak bisa menahan senyum kecil di ujung bibir."Jangan dengarkan apa pun yang Clara katakan. Kau berhak memiliki kekasih, Stevan. Wanita di London banyak yang cantik dan pasti akan memikat hatimu," ucapnya, suaranya terdengar setengah serius, setengah bercanda, namun ada ketegasan khas seorang kakak yang selalu menginginkan yang terbaik untuk adiknya.Stevan mengangkat bahu dengan santai, senyumnya tipis namun penuh arti. "Aku tidak yakin, Kak."Dania menyipitkan matanya, tatapan seorang wanita yang tahu ada sesuatu yang disembunyikan."Why? Jangan bilang kalau kau sudah memiliki rasa pada anakku, Stevan? Kau akan dicap pedofil meskipun tidak melakukan apa pun pada anakku. Justru Clara lah yang sering memeluk dan menciummu."Mark hanya menghela napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 218: Sang Pawang Datang Tepat Waktu

    Empat tahun berlalu dengan gemuruh waktu yang tak henti-hentinya mengukir cerita.Siang itu, langit biru seperti kanvas kosong, hanya dihiasi sejumput awan yang melayang malas.Namun, suasana hati Mark terasa sebaliknya—penuh beban yang sulit diterjemahkan, seperti awan kelabu yang bergulung di dada."Anak Anda terlibat baku hantam dengan teman sekelasnya, Arnold. Namun, yang mengalami luka memar di wajahnya adalah Arnold. Sepertinya Clara sangat jago bela diri, Tuan Mark," ucap Mrs. Anneth, suaranya lembut tapi tajam, seperti pisau yang baru diasah.Mark memijat keningnya, tarikan napasnya berat seakan membawa beban dunia. "Maafkan anak saya, Mrs. Anneth. Dia memang sedikit bar-bar dan sulit sekali dinasihati," katanya, dengan nada yang terdengar lebih seperti permintaan maaf kepada dirinya sendiri daripada kepada wali kelas itu.Tanpa banyak bicara lagi, ia melangkah menuju ruang administrasi. Setiap langkahnya terdengar seperti dentang jam di aula kosong, menggema dengan rasa tanggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 219: Tempatmu ada di Hati Orang yang Menyayangimu

    “Pawangnya telah kembali. Dia akan melunak jika dinasihati oleh Stevan,” ujar Mark dengan nada penuh keyakinan, lalu menggandeng tangan Dania, membawanya masuk ke dalam rumah.Di balik gerbang sore yang berwarna jingga, mereka menghilang ke dalam kehangatan rumah, meninggalkan Clara dan Stevan di halaman yang masih diterangi sisa-sisa cahaya matahari.Stevan, dengan senyum kecil yang selalu terasa menenangkan, merangkul Clara. Gadis kecil itu kini telah tumbuh lebih tinggi, tapi masih ada keusilan dan keberanian khas yang sulit disembunyikan dari wajahnya.“Ayo, masuk,” ajaknya dengan lembut, membimbing Clara ke sofa ruang tengah, tempat mereka biasa berbincang seperti dua sahabat yang berbagi rahasia dunia.Ia duduk di sebelah Clara, menatapnya dengan pandangan yang penuh kehangatan sekaligus kekhawatiran. "Hm, apa yang kau lakukan kali ini? Baku hantam lagi?" tebak Stevan, seraya meraih tangan Clara yang kemerahan, jari-jarinya memar akibat perkelahian.Stevan menggeleng pelan, napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 220: He's Back

    Hanya buket bunga yang tergeletak di atas meja itu—sederhana, namun penuh makna. Kelopak-kelopak mawar merah muda bercampur putih, dihiasi pita satin, menjadi saksi bisu setiap perayaan kelulusan Clara.Dari SD, SMP, hingga kini SMA, bunga-bunga itu adalah satu-satunya kehadiran Stevan dalam hidupnya yang kian menjauh. Buket itu, bagai jembatan kecil yang menghubungkan jarak ribuan mil di antara mereka.Clara duduk di kursi ruang tamu, tangannya meremas erat pita buket bunga itu. Kepalanya tertunduk, bahunya bergetar, dan air mata yang jatuh membasahi pangkuannya adalah luapan rindu yang tak pernah terjawab.Saat Dania menghampirinya, hati sang ibu bagai diremas melihat putrinya tenggelam dalam kesedihan.“Setidaknya Stevan masih ingat padamu, Clara,” bisik Dania lembut, suaranya seperti embun yang berusaha menyejukkan bara rindu di hati Clara.Namun, kata-kata itu hanya membuat tangis Clara semakin pecah, memenuhi ruang dengan suara sendu yang menggema hingga ke sudut-sudut rumah.Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 221: Jago Bela Diri Semua

    Clara langsung berhambur ke pelukan Stevan, langkahnya cepat seperti angin yang berlari ke arah cakrawala. Pelukan itu begitu erat, seolah-olah jika ia melepaskannya, dunia akan runtuh.Harumnya begitu akrab, membangkitkan ribuan kenangan yang tertidur di sudut hatinya selama delapan tahun terakhir.Stevan terkekeh kecil, suara tawanya yang hangat seperti matahari pagi yang membelai dedaunan embun.Ia membiarkan wanita muda itu melingkarkan lengannya di tubuhnya dengan begitu erat, menikmati kehangatan yang selama ini ia rindukan.“Uncle jahat! Delapan tahun tidak pernah pulang sekali pun,” gumam Clara dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca, memukul-mukul dadanya dengan lembut.“Sorry,” balas Stevan, suaranya terdengar penuh penyesalan, namun ada kelembutan di sana.Tangannya bergerak pelan, menyusuri surai rambut Clara yang halus, memberikan sentuhan yang mampu meredakan segala keresahan di hatinya.Clara hanya mempererat pelukannya, mengabaikan tatapan geli dari kedua orang tuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 222: Tunggu Aku Pulang

    Rooftop yang sunyi itu diselimuti aroma melankolia, angin malam berembus pelan, membawa serta keharuman samar dari bunga-bunga liar yang tumbuh di tepi atap.Clara meneguk minuman sari melon dari gelas transparan di tangannya, matanya menatap jauh ke dalam kegelapan malam, seolah mencari jawaban yang tak pernah datang."Berapa lama Uncle di sini?" Suaranya lembut, seperti bisikan angin, namun cukup kuat untuk menyentuh hati yang mendengarnya.Stevan menarik napas panjang, matanya menyapu langit yang dihiasi bintang-bintang seperti taburan berlian di kanvas hitam. "Hanya satu minggu, Clara," jawabnya dengan nada datar yang mengandung rasa letih yang sulit dijelaskan.Clara terdiam. Ia menunduk sejenak, lalu kembali menatap ke depan, tempat gedung-gedung tinggi berdiri seperti raksasa tak berjiwa."Ayahmu terlalu memforsilmu, Uncle," ujarnya dengan nada yang mulai mengeras, seperti bara api kecil yang siap berkobar. "Bukankah dia memiliki seorang putra? Kenapa tidak dia saja yang kerja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 223: Kemarahan Stevan

    Satu minggu berlalu dalam kesenyapan yang melekat seperti embun pagi di jendela kaca, dingin dan penuh tanda tanya yang tak terjawab.Di ruang kerjanya yang luas namun terasa sempit oleh bayang-bayang beban, Stevan termenung, tenggelam dalam ketenangan yang justru lebih berisik daripada gemuruh kota.“Bersiaplah, Stevan. Rapat pemegang saham akan segera dimulai.” Suara Lisa—sang ibu—pecah seperti lonceng di udara sunyi.Wanita itu melangkah masuk dengan elegansi seorang ratu, tatapannya tajam seperti pisau yang mencoba menembus kabut pikiran Stevan.Stevan mengalihkan pandangannya perlahan, menatap ibunya dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu menghela napas panjang—napas yang seolah membawa beban dunia.“Apa yang terjadi selama aku di New York selama satu minggu kemarin, Ibu?” tanyanya, suaranya seperti angin yang berbisik di sela dedaunan musim gugur.Lisa menaikkan alis, memberikan pandangan yang tak kalah tajam. “Berjalan seperti biasanya, Stevan. Ayahmu menghandle semua pekerja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status