Semua Bab Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku: Bab 711 - Bab 720

773 Bab

Bab 711

Namun, Renhad sadar bahwa dia tidak sanggup menyinggung Harimau Maut, apalagi Organisasi NC. Oleh karena itu, dia juga tidak berani bersuara."Wah, Pak Renhad sudah pulang ya?" tanya Edwin sambil tersenyum setelah melihat kedua orang itu.Harimau Maut tersenyum sinis, lalu memeluk selingkuhan itu ke pangkuannya. "Pak Renhad, sekretarismu ini lumayan juga. Aku ini orang kasar, kamu nggak keberatan kalau aku bersenang-senang sedikit sama dia, 'kan?"Selingkuhannya itu mendengus pelan dan menatap Renhad dengan tatapan meminta bantuan. Namun, dia juga tidak berani melawan Harimau Maut."Nggak keberatan, kok! Tentu saja! Kalau Kakak tertarik sama dia, itu keberuntungan Nani," ucap Renhad sambil tersenyum paksa dan menahan kesedihan dalam dirinya."Haha, baguslah kalau begitu!"Harimau Maut tertawa sejenak, lalu berkata, "Cantik, kamu ke samping dulu. Nanti Kakak sayang kamu lagi. Hahaha ....""Pak Renhad, Bu Viola, gimana tugas kalian?" tanya Edwin."Sudah beres! Setengah jam lebih lagi bom
Baca selengkapnya

Bab 712

Felicia menatap Afkar dengan bingung saat melihat pria itu mengangkat sepasang patung singa dari gudang di kantor, lalu membawanya ke mobil. Wajah cantiknya langsung tampak heran."Afkar, kamu lagi ngapain?" Bukankah itu hadiah dari Paman Renhad dan Viola? Kenapa malah dibawa ke mobil?"Hehe, sebentar lagi kamu akan tahu," jawab Afkar sambil mengedipkan mata. Senyum di wajahnya tampak agak misterius, bahkan sedikit licik.Sambil melambaikan tangan ke arah Felicia, dia berkata, "Ayo naik. Kasih tahu aku, arah ke perusahaan Farmasi Bening lewat mana?"Sepanjang perjalanan, Felicia merasa sangat kebingungan. Namun, dia tetap menunjukkan arah hingga akhirnya mereka sampai di lokasi yang dituju. Karena Afkar mengemudi dengan cepat, mereka tiba di Farmasi Bening ketika waktu tersisa menuju ledakan masih sekitar sepuluh menit."Sayang, kamu tunggu di sini. Sebentar lagi kamu akan dapat kejutan," kata Afkar sambil menghentikan mobil di jarak sekitar 200 meter dari gedung pabrik.Dengan satu pa
Baca selengkapnya

Bab 713

Viola juga bertanya dengan bingung. Entah kenapa, tiba-tiba dia merasa gelisah tak menentu.Renhad memberi isyarat menyuruhnya diam, lalu menekan tombol speaker di ponsel dengan ekspresi pura-pura tenang dan bertanya, "Afkar? Ada apa?"Dari seberang, suara Afkar terdengar santai, "Paman, jujur aku cukup terharu hari ini karena kalian datang berdamai denganku dan Felicia.""Tadi aku dengar dari Felicia, katanya kalian juga baru mendirikan perusahaan dan bangun pabrik sendiri, ya? Makanya, aku kepikiran juga mau kasih sedikit hadiah sebagai bentuk niat baik kami untuk membalas."Mendengar hal itu, ketiga orang di ruangan itu langsung saling memandang dengan wajah terkejut.Viola bahkan langsung menahan tawa dan berbisik pelan, "Astaga ... dia ini benaran percaya kalau kita mau baikan? Bodoh sekali!"Renhad mengisyaratkan agar putrinya diam, lalu menjawab datar ke telepon, "Ah, nggak perlu repot-repot begitu ....""Nggak repot kok! Aku cuma balikin hadiah kalian saja, sepasang patung sing
Baca selengkapnya

Bab 714

Bom! Bom! Bom ....Ledakan yang dahsyat itu menggelegar hingga ke langit, seluruh gedung kantor runtuh dengan suara gemuruh, ribuan bata dan pecahan batu beterbangan ke segala arah! Bahkan beberapa bangunan di sekitar kantor pun tak luput dari kehancuran, semuanya berubah menjadi puing-puing.Melihat pemandangan yang mencengangkan ini, wajah Edwin berkedut dan langsung merasa ketakutan. Untungnya tadi mereka bertiga melompat dari jendela. Seandainya tadi mereka lewat tangga, sudah pasti tidak akan sempat lari, apalagi memberi tahu Harimau Maut.Sementara itu, Renhad dan Viola menatap bangunan dan pabrik yang hancur berkeping-keping itu dengan wajah yang hampir menangis.Habis sudah!Bangunan kantor dan pabrik yang baru dibangun, kini hancur begitu saja? Bukankah yang seharusnya hancur diledakkan itu adalah pabrik baru milik Safira Farma?Pada akhirnya, malah mereka yang menerima akibat dari perbuatan mereka sendiri.Wajah Renhad berkedut, sedangkan kedua mata Viola tampak berkaca-kaca.
Baca selengkapnya

Bab 715

"Paman, aku berbaik hati nelepon untuk menanyakan keadaan kalian, kenapa kamu malah marah-marah sama aku? Kamu ini terlalu kejam ...." Afkar tertawa jahat sejenak, lalu langsung menutup telepon.Brak!Renhad marah besar hingga membanting ponselnya ke lantai.Pfftt!Entah karena terguncang saat terkena imbas ledakan atau saat melompat dari gedung, atau mungkin juga karena terlalu emosi, Renhad sampai memuntahkan seteguk darah."Afkar, aku nggak mau jadi manusia lagi kalau nggak bunuh kamu!" teriak Renhad.Viola juga tampak marah dan benci. "Afkar licik! Kami nggak akan pernah memaafkan kau!"Pada saat ini, Edwin menarik napas dalam-dalam melihat kedua orang yang hampir kehilangan akal itu, lalu mengingatkan mereka, "Pak Renhad, Bu Viola, sebaiknya kalian pikirkan dulu mau bagaimana tangani masalah ini.""Ledakan ini sudah pasti nggak bisa disembunyikan. Perusahaanmu ini juga khawatirnya nggak akan bisa beroperasi lagi dalam waktu dekat. Selain itu, Harimau Maut juga sudah mati terledak.
Baca selengkapnya

Bab 716

"Kamu yakin meledakkan pabrik mereka seperti ini? Nggak akan terjadi masalah?" tanya Felicia dengan nada sedikit menyalahkan dan khawatir.'Dasar bajingan ini! Meskipun ingin menyenangkanku, nggak perlu sampai segila ini, 'kan? Hmph!' maki Felicia dalam hati.Afkar tersenyum ringan, "Tenang saja, nggak akan ada masalah! Kalau mau menyalahkan, mereka cuma bisa menyalahkan diri mereka sendiri."Sekarang krisis benar-benar telah terselesaikan, Afkar tidak perlu lagi khawatir Felicia takut. Jadi, dia menjelaskan secara rinci apa yang sebenarnya terjadi.Setelah mendengar semuanya, wajah Felicia yang cantik memerah, membuatnya tampak semakin memesona. Bukan hanya karena marah, tetapi juga karena gembira."Paman Renhad dan Viola ternyata sejahat itu? Demi menjatuhkan kita, mereka sampai mengirim bom waktu? Menyeramkan sekali!"Felicia mengertakkan giginya dengan kesal, lalu menoleh ke arah lokasi ledakan yang masih terlihat dari kejauhan. Dengan penuh kebencian, dia melontarkan satu kata, "R
Baca selengkapnya

Bab 717

"Siapa sangka, ternyata Afkar begitu licik. Dia malah mengembalikan bom itu!""Saat itu, Harimau Maut sedang bersenang-senang dengan selingkuhan Renhad. Situasinya sudah sangat genting. Aku hendak berteriak untuk memanggilnya supaya ikut kabur, tapi Renhad malah menahanku.""Kami langsung melompat dari jendela dan nyaris kehilangan nyawa! Tapi, Harimau Maut ...," ucap Edwin dengan suara yang terdengar berat dan pilu.Organisasi NC bukanlah kelompok yang mudah dihadapi. Edwin takut terseret dalam masalah, jadi dia sebisa mungkin menjaga dirinya tetap bersih dari tuduhan, juga melemparkan kesalahan pada Renhad dan Viola.Setelah mendengar semua itu, Ketua Aula Bintang Hitam mendengus dingin, lalu berkata dengan nada penuh kemarahan, "Jadi, maksudmu Renhad menyimpan dendam karena Harimau Maut bermain dengan selingkuhannya?""Saat bom akan meledak, dia pun sengaja membiarkan Harimau Maut mati? Benar begitu?"Mata Edwin sedikit berkilat. "Nggak bisa dibilang begitu juga. Saat itu waktu ters
Baca selengkapnya

Bab 718

Mendengar perkataan orang itu, kelopak mata Renhad langsung berkedut hebat. Dia pun bertanya dengan suara terkejut, "Ka ... kamu siapa?""Jangan pura-pura bodoh! Kamu benar-benar nggak tahu siapa aku? Berani sekali kamu menjebak orang dari Organisasi NC! Sepertinya kamu dan putrimu sudah bosan hidup!" Suara dingin itu penuh dengan nada ancaman."Oh, jadi ini dari Organisasi NC? Bukan kami yang bunuh Harimau Maut, tapi Afkar! Kalian harus cari tahu kebenarannya, jangan sampai menuduh orang yang nggak bersalah!" Renhad berusaha membela diri dengan nada seramah mungkin."Menuduh orang yang nggak bersalah? Memang bukan kalian yang membunuhnya langsung, tapi kalian juga bertanggung jawab! Kamu pikir aku sedang berdiskusi denganmu?""Jam 8 malam ini, kamu dan putrimu harus datang ke bangunan terbengkalai di Jalan Heksa. Kita akan menyelesaikan masalah ini.""Kalian berdua harus datang sendiri, jangan coba-coba bermain tipu muslihat! Kalau berani macam-macam, siap-siap seluruh keluargamu mati
Baca selengkapnya

Bab 719

Pukul 4 sore, di rumah lama Keluarga Safira.Erlin sedang duduk di tepi kolam di halaman rumah, menikmati pemandangan ikan-ikan yang berenang. Saat ini, dia melihat Renhad dan Viola berjalan masuk dengan senyuman di wajah mereka."Ngapain kalian ke sini?" Begitu melihat ayah dan anak itu, ekspresi Erlin langsung menjadi dingin. Nada suaranya penuh kekesalan.Saat pernikahan Afkar dan Felicia beberapa waktu lalu, Erlin sempat bersekongkol dengan mereka untuk mempermalukan keluarga Harun. Namun, itu bukan berarti dia telah memaafkan Renhad.Erlin adalah orang yang sangat pendendam. Mana mungkin dia melupakan bagaimana Renhad dulu pernah mencoba mencelakainya?"Bu, kami datang untuk menjengukmu," kata Renhad dengan ekspresi anak berbakti.Viola juga tersenyum manis, lalu meletakkan berbagai macam suplemen mahal di samping kaki neneknya. "Nenek, wajahmu semakin segar dan bercahaya!"Erlin mendengus dingin, lalu menyindir, "Tentu saja, soalnya nggak ada lagi yang mencoba mencelakaiku."Mend
Baca selengkapnya

Bab 720

Malam itu, Erlin makan malam bersama Renhad dan Viola sambil mengobrol.Sebagai orang yang angkuh dan mendominasi, Erlin hanya bisa didekati jika semua keinginannya dituruti. Renhad sangat memahami hal ini dan tahu persis bagaimana cara menyenangkan hati ibunya.Memberikan 400 miliar kepada Erlin memang membuatnya sangat enggan, tetapi jika itu bisa digunakan untuk mengintimidasi Organisasi NC dan membuat mereka mundur, semua itu tentu sepadan."Bu, makan ini!" Di meja makan, Renhad mengambilkan makanan untuk Erlin dengan penuh perhatian."Nenek, aku dan Ayah benar-benar senang melihat wajahmu yang begitu berseri-seri! Keberadaan orang tua dalam keluarga adalah anugerah yang tak ternilai. Kami benar-benar bodoh selama ini!""Aku dan Ayah minta maaf padamu. Kita semua satu keluarga. Nek ... tolong maafkan kami ya?" ujar Viola dengan nada manis.Erlin mengiakan, lalu berkata, "Bagus kalau kalian sudah sadar. Makanya, aku selalu bilang kalau menantu tetaplah orang luar.""Aku tahu, semua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7071727374
...
78
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status