Home / Fantasi / Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku / Chapter 391 - Chapter 400

All Chapters of Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku: Chapter 391 - Chapter 400

452 Chapters

Bab 391

"Liontin itu sama ayahku, aku bahkan nggak bisa menemukannya! Apa yang harus kulakukan? Ada cara lain nggak?" tanya Afkar dengan suara rendah.Jika ini memang kutukan dan jika liontin berbentuk naga itu efektif, semua sudah terlambat karena Afkar telah menyerapnya!Tebersit kilatan dingin pada tatapan Sahira setelah mendengar jawaban itu. Sebenarnya, dia sudah lama curiga bahwa Afkar tidak mengatakan yang sebenarnya. Makanya, dia ingin mencoba untuk mengecoh Afkar agar menyerahkan liontin itu kepada putrinya.Namun, Afkar malah memberi jawaban seperti itu. Sepertinya, liontin itu memang ada di tangan ayahnya?Sahira tampaknya sudah tidak tertarik untuk berbicara lebih lanjut dengan Afkar. Dia menggeleng sambil menyahut, "Nggak ada! Kecuali ....""Kecuali apa?" tanya Afkar dengan cemas.Sahira menatap Afkar. Tatapannya dipenuhi dengan ejekan dan sindiran. "Kecuali, kamu mencari Keluarga Rajendra dan minta Kepala Keluarga menghapus kutukan itu untuk putrimu! Tapi, ini bisa dibilang musta
Read more

Bab 392

Afkar menunjukkan ekspresi kecewa. "Baiklah, tolong bantu aku perhatikan soal itu.""Baik!" Mateo mengiakan.Setelah Mateo pergi, Afkar menerima telepon dari nomor tak dikenal. Dia ragu-ragu sesaat sebelum menjawab panggilan. "Siapa ini?"Di ujung telepon, terdengar suara serak dan lemah. "Aku nenek Felicia.""Oh? Bu Erlin?" Afkar termangu sejenak. Dia sudah tahu Erlin pasti akan menghubunginya. Sekarang pun terbukti."Benar! Afkar, apa kata-katamu masih berlaku?" tanya Erlin dengan suara serak."Yang mana?" Afkar pura-pura tidak tahu.Setelah hening sejenak, terdengar suara rendah di ujung telepon. "Aku mau hidup! Aku nggak mau mati!""Hehe, aku mengerti! Aku akan segera ke sana." Afkar tersenyum, lalu mengakhiri panggilan.Pagi hari itu saat Afkar bertemu dengan Erlin, dia melihat wanita tua itu sudah tampak sangat lemah. Sepertinya, dia bisa meninggal kapan saja.Afkar tahu ini karena usia Erlin yang sudah lanjut, ditambah dengan organ tubuh yang hampir tidak berfungsi lagi. Meskipu
Read more

Bab 393

Dengan demikian, Erlin membuat pengumuman. Pukul 8 malam ini, rapat akan diadakan. Seluruh anggota Keluarga Safira harus hadir! Bahkan, keluarga Harun yang diusir juga menerima undangan.Gauri awalnya tidak ingin ikut serta, tetapi Harun memberitahunya tentang ucapan Afkar hari itu. Makanya, Gauri langsung menyetujuinya."Kembali ke Keluarga Safira? Bahkan membuatmu jadi kepala keluarga? Afkar benaran bicara begitu?""Oke! Aku pasti pergi! Aku yakin menantuku nggak bakal membuatku kecewa!" seru Gauri dengan penuh semangat.Harun hanya bisa mengerlingkan matanya. Jelas-jelas Gauri sangat menentang kehadiran Afkar sejak awal, tetapi sekarang .... Apa ini bisa dibilang ibu mertua semakin menyukai menantunya?"Pergi saja. Kita harus menjenguk Ibu. Hais ...."Harun mengangguk, teringat pada kali terakhir melihat ibunya. Penampilan ibunya menjadi sangat lemas. Dia merasa sedih memikirkannya.Harun tidak pernah berpikir untuk menjadi kepala keluarga selanjutnya. Dia hanya ingin kembali ke kel
Read more

Bab 394

Mendengar ucapan itu, Renhad merenung sejenak. Kemudian, dia mengangguk perlahan. "Kamu benar! Masalah ini harus dikubur dengan baik! Dokter Jovian tahu terlalu banyak! Dia harus dihabisi!"Usai berbicara, Renhad mendengus dan menghubungi seseorang. "Bunuh Dokter Jovian! Cari pembunuh bayaran untuk melakukannya! Kamu jangan turun tangan supaya identitas kita nggak ketahuan!"....Sore hari itu, di Klinik Jofit.Jovian sering berada di kliniknya akhir-akhir ini. Sesekali, dia memeriksa pasien. Saat ini, dia sedang berada di kamar lantai atas dengan seorang dokter wanita yang berada di atas tubuhnya dan memberinya pijatan.Dokter wanita ini disebut sebagai murid Jovian. Namun, faktanya mereka memiliki hubungan yang kotor.Tiba-tiba, terdengar ejekan seseorang. "Hehe, Dokter Jovian benar-benar pintar menikmati hidup ya!"Jovian yang sedang berbaring pun terperanjat, begitu juga dokter wanita di atasnya. Entah sejak kapan, muncul seseorang di kamar ini. Keduanya malah tidak menyadari apa p
Read more

Bab 395

Meskipun terkejut, Jovian sama sekali tidak ingin mengakuinya. Dia terkekeh-kekeh, lalu menyahut dengan nada tidak bersalah, "Pak Afkar, imajinasimu kaya sekali. Tapi, itu cuma spekulasimu. Kamu nggak punya bukti apa pun.""Resepku juga nggak terdapat daging angsa kering. Ini semua cuma khayalanmu. Kalau nggak ada urusan lain, silakan pergi dari sini. Kalau nggak, aku akan lapor polisi karena kamu masuk tanpa izin.""Nggak mau ngaku ya?" Afkar tersenyum dingin sambil mengamati Jovian. "Kamu pernah mikir nggak? Apa yang akan dilakukan Renhad sekeluarga kepadamu setelah Bu Erlin meninggal?""Ini adalah masalah yang nggak boleh sampai bocor. Sementara itu, yang kamu tahu terlalu banyak. Kira-kira, apa mereka akan membiarkanmu hidup setelah Bu Erlin meninggal?"Setelah mendengarnya, tatapan Jovian menjadi tajam. Namun, dia tetap tersenyum. "Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku nggak pernah membantu keluarga Renhad mencelakai siapa pun. Semua itu cuma imajinasimu.""Kamu tahu sendiri
Read more

Bab 396

Bam! Saat ini, sebuah sosok tiba-tiba muncul di depan mobil mereka dan mengadang para pembunuh itu!"Af ... Afkar?" Jovian memandang orang di depan dengan ekspresi terkejut sekaligus senang."Afkar! Tolong aku! Kumohon ...." Jovian menurunkan jendela dan buru-buru berseru, "Aku janji akan menjadi saksi! Renhad sialan! Dia ingin membunuhku!"Afkar menoleh melirik sekilas, lalu berkata dengan suara rendah, "Kamu sendiri yang bilang ya!""Tenang saja! Musuh dari musuh adalah teman! Renhad ingin membunuhku, jadi aku akan membantumu!" ucap Jovian dengan penuh percaya diri."Ya, ya! Kami pasti akan menjadi saksi untuk kalian!" Murid Jovian juga ikut bersuara.Saat ini, para pembunuh itu menatap Afkar dengan galak. Pria yang memimpin berkata, "Bocah, kalau nggak mau mati, cepat minggir! Jangan ikut campur urusan orang!""Maaf sekali, mereka berguna untukku. Aku juga ingin kasih kamu peringatan. Kalau nggak ingin mati, cepat minggir!" ujar Afkar sambil menggeleng dengan ekspresi datar."Sialan
Read more

Bab 397

"Nggak akan! Sekalipun nyaliku besar, aku nggak akan berani macam-macam," sahut Jovian dengan ekspresi khawatir dan cemas sambil menggeleng."Sebaiknya begitu. Jam 8 malam ini, Keluarga Safira akan mengadakan pertemuan keluarga. Pastikan kamu hadir," pesan Afkar. Dia mendengus, lalu menepuk bahu murid Jovian. Usai berbicara, dia pun pergi.Setelah Afkar menjauh, mata murid itu berkilat. "Guru, kita benaran mau membantunya bersaksi? Gimana kalau kita kabur sekarang? Kita bisa kembali ke Magizta. Dengan kekuatan kita di sana, aku yakin dia nggak akan berani mengejar sampai ke sana. Kalaupun dia pergi, mungkin dia yang akan mati."Jovian tersenyum dingin. "Kamu mau kabur? Kenapa harus kabur? Aku punya rencana sendiri."Usai berbicara, kilatan licik dan jahat muncul di mata Jovian.Menyesal? Afkar masih terlalu muda di mata Jovian. Jovian sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Nanti, dia akan membuat Afkar dan Renhad sama-sama terkejut! Mereka akan berselisih, sementara dia akan mendap
Read more

Bab 398

"Pak Sandy, hari ini kamu harus menegakkan keadilan dan menangkap penjahat!" ujar Renhad.Pria paruh baya bertubuh gemuk yang berdiri di samping pun mengangguk. "Tenang saja, Pak Renhad. Asalkan bukti jelas, aku akan memberikan keadilan kepada Bu Erlin dan Keluarga Safira. Pelaku akan mendapat hukuman yang pantas."Saat ini, orang-orang mulai mengamati Sandy dan beberapa petugas berseragam itu. Ternyata Keluarga Renhad telah membuat persiapan matang. Mereka sampai memanggil polisi kemari."Keluarga Kak Harun sudah datang!" Saat ini, paman keempat yang memandang ke arah pintu tiba-tiba berteriak."Mereka sudah datang!""Mereka masih berani datang?""Mungkin mereka nggak tahu apa yang menunggu mereka hari ini."Semua orang mengedarkan tatapan dingin dan kesal. Mereka menatap Harun sekeluarga seperti menatap penjahat.Segera, orang-orang membuka jalan. Ketika merasakan suasana yang menegangkan ini, Gauri, Felicia, dan Fadly merasa agak gugup. Hanya Afkar yang tersenyum santai dan bersikap
Read more

Bab 399

"Aku dari Kantor Polisi Blok Utara Kota Nubes, Sandy. Sebaiknya akui semua perbuatanmu!" tegur Sandy dengan dingin. Ekspresinya terlihat tegas dan berwibawa.Afkar menggeleng. "Aku nggak melakukan apa-apa kok. Apa yang harus kuakui?"Renhad mendengus, lalu menunjuk pelayan wanita itu sambil memegang bukti. "Afkar, bukti dan saksi sudah lengkap. Nggak ada gunanya kamu membantah. Asal kamu tahu, kamu nggak akan bisa mengelak dari tuduhan ini.""Kamu baru mengobati Ibu beberapa hari, tapi Ibu sudah sekarat dibuatmu. Kalau aku membawa Ibu menjalani pemeriksaan, pasti akan ditemukan banyak kandungan arsenik di dalam tubuhnya. Ini ulahmu!"Viola berkata dengan geram, "Afkar, kami punya saksi dan bukti. Kamu nggak akan bisa lolos. Apa kami perlu membawa Nenek melakukan pemeriksaan untuk membuktikannya?""Semuanya, kalian lihat sendiri hari itu. Afkar yang menangani pengobatan Ibu. Sekarang Ibu jadi begini. Siapa yang harus bertanggung jawab?" seru Jesslyn.Semua orang pun mengangguk dan meman
Read more

Bab 400

Dalam hati, mereka berpikir, apa gunanya sekalipun Afkar kuat? Dia tidak mungkin berani melawan lembaga negara! Kalau dia berani, kesalahannya justru akan bertambah banyak!"Siapa yang berani menangkap orang tanpa penyelidikan?" Tiba-tiba, terdengar suara lantang.Semua orang menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan ekspresi tegas. Pria itu berjalan masuk ke rumah keluarga Safira dengan diikuti beberapa bawahan yang berseragam.Melihat orang itu, orang-orang yang mengenalinya pun tampak terkejut."Pak Waldo? Kenapa dia datang ke sini?""Dia adalah kepala kepolisian Kota Nubes. Untuk apa kemari?""Dia datang untuk ...?"Saat ini, Viola menatap Waldo dengan marah dan berteriak, "Siapa kamu? Mau menghalangi polisi melaksanakan tugas ya? Kamu sudah bosan hidup?"Mendengar ini, kelopak mata Renhad sontak berkedut. Dia lantas memelototi putrinya. "Diam!"Viola tidak mengenal Waldo, tetapi Renhad mengenalnya!Sementara itu, Sandy terkejut dan segera mendekat. "Pak Waldo, kenapa tiba
Read more
PREV
1
...
3839404142
...
46
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status