"Nggak akan! Sekalipun nyaliku besar, aku nggak akan berani macam-macam," sahut Jovian dengan ekspresi khawatir dan cemas sambil menggeleng."Sebaiknya begitu. Jam 8 malam ini, Keluarga Safira akan mengadakan pertemuan keluarga. Pastikan kamu hadir," pesan Afkar. Dia mendengus, lalu menepuk bahu murid Jovian. Usai berbicara, dia pun pergi.Setelah Afkar menjauh, mata murid itu berkilat. "Guru, kita benaran mau membantunya bersaksi? Gimana kalau kita kabur sekarang? Kita bisa kembali ke Magizta. Dengan kekuatan kita di sana, aku yakin dia nggak akan berani mengejar sampai ke sana. Kalaupun dia pergi, mungkin dia yang akan mati."Jovian tersenyum dingin. "Kamu mau kabur? Kenapa harus kabur? Aku punya rencana sendiri."Usai berbicara, kilatan licik dan jahat muncul di mata Jovian.Menyesal? Afkar masih terlalu muda di mata Jovian. Jovian sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Nanti, dia akan membuat Afkar dan Renhad sama-sama terkejut! Mereka akan berselisih, sementara dia akan mendap
"Pak Sandy, hari ini kamu harus menegakkan keadilan dan menangkap penjahat!" ujar Renhad.Pria paruh baya bertubuh gemuk yang berdiri di samping pun mengangguk. "Tenang saja, Pak Renhad. Asalkan bukti jelas, aku akan memberikan keadilan kepada Bu Erlin dan Keluarga Safira. Pelaku akan mendapat hukuman yang pantas."Saat ini, orang-orang mulai mengamati Sandy dan beberapa petugas berseragam itu. Ternyata Keluarga Renhad telah membuat persiapan matang. Mereka sampai memanggil polisi kemari."Keluarga Kak Harun sudah datang!" Saat ini, paman keempat yang memandang ke arah pintu tiba-tiba berteriak."Mereka sudah datang!""Mereka masih berani datang?""Mungkin mereka nggak tahu apa yang menunggu mereka hari ini."Semua orang mengedarkan tatapan dingin dan kesal. Mereka menatap Harun sekeluarga seperti menatap penjahat.Segera, orang-orang membuka jalan. Ketika merasakan suasana yang menegangkan ini, Gauri, Felicia, dan Fadly merasa agak gugup. Hanya Afkar yang tersenyum santai dan bersikap
"Aku dari Kantor Polisi Blok Utara Kota Nubes, Sandy. Sebaiknya akui semua perbuatanmu!" tegur Sandy dengan dingin. Ekspresinya terlihat tegas dan berwibawa.Afkar menggeleng. "Aku nggak melakukan apa-apa kok. Apa yang harus kuakui?"Renhad mendengus, lalu menunjuk pelayan wanita itu sambil memegang bukti. "Afkar, bukti dan saksi sudah lengkap. Nggak ada gunanya kamu membantah. Asal kamu tahu, kamu nggak akan bisa mengelak dari tuduhan ini.""Kamu baru mengobati Ibu beberapa hari, tapi Ibu sudah sekarat dibuatmu. Kalau aku membawa Ibu menjalani pemeriksaan, pasti akan ditemukan banyak kandungan arsenik di dalam tubuhnya. Ini ulahmu!"Viola berkata dengan geram, "Afkar, kami punya saksi dan bukti. Kamu nggak akan bisa lolos. Apa kami perlu membawa Nenek melakukan pemeriksaan untuk membuktikannya?""Semuanya, kalian lihat sendiri hari itu. Afkar yang menangani pengobatan Ibu. Sekarang Ibu jadi begini. Siapa yang harus bertanggung jawab?" seru Jesslyn.Semua orang pun mengangguk dan meman
Dalam hati, mereka berpikir, apa gunanya sekalipun Afkar kuat? Dia tidak mungkin berani melawan lembaga negara! Kalau dia berani, kesalahannya justru akan bertambah banyak!"Siapa yang berani menangkap orang tanpa penyelidikan?" Tiba-tiba, terdengar suara lantang.Semua orang menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan ekspresi tegas. Pria itu berjalan masuk ke rumah keluarga Safira dengan diikuti beberapa bawahan yang berseragam.Melihat orang itu, orang-orang yang mengenalinya pun tampak terkejut."Pak Waldo? Kenapa dia datang ke sini?""Dia adalah kepala kepolisian Kota Nubes. Untuk apa kemari?""Dia datang untuk ...?"Saat ini, Viola menatap Waldo dengan marah dan berteriak, "Siapa kamu? Mau menghalangi polisi melaksanakan tugas ya? Kamu sudah bosan hidup?"Mendengar ini, kelopak mata Renhad sontak berkedut. Dia lantas memelototi putrinya. "Diam!"Viola tidak mengenal Waldo, tetapi Renhad mengenalnya!Sementara itu, Sandy terkejut dan segera mendekat. "Pak Waldo, kenapa tiba
Melihat Afkar menunjuk ke arah Erlin dan mengatakan bahwa wanita tua itu adalah saksinya, semua orang menunjukkan ekspresi terkejut."Apa? Nyonya Erlin adalah saksi Afkar?""Afkar sudah gila, ya?""Siapa yang nggak tahu kalau Nyonya Erlin paling benci dia, mana mungkin dia mau menjadi saksinya?"Setelah tertegun sesaat, Renhad tertawa terbahak-bahak, "Kamu mau ibuku bersaksi untukmu? Hahaha ....""Pecundang, bisa-bisanya kamu dapat ide begini?" Viola juga mencibir tanpa henti.Jesslyn menampilkan senyum sinis, seolah-olah baru mendengar lelucon yang sangat lucu. Semua keluarga Renhad menganggap Afkar sedang bicara omong kosong!Namun, Afkar tetap terlihat sangat percaya diri. Dia memandang Erlin dan berkata, "Nenek, sekarang giliran Anda untuk bicara!"Pada detik berikutnya, di tengah tatapan mengejek dan meremehkan semua orang, Erlin berdiri perlahan-lahan. Semua orang tertegun sejenak dan menunjukkan ekspresi heran.Erlin benar-benar bersedia bekerja sama dengan Afkar? Bukankah dia b
Ekspresi keluarga Renhad tampak rumit. Sementara itu, pembantu yang sebelumnya memberikan kesaksian palsu, wajahnya langsung pucat pasi. Di bawah tatapan dingin dan tajam dari Aldo, mentalnya langsung runtuh."Aku ... aku nggak tahu apa-apa! Ini semua karena Pak Renhad yang ngasih aku sisa-sisa obat ini dan nyuruh aku ngomong begitu!""A ... aku cuma disuruh melakukan ini, aku nggak bersalah!"Dengan pengakuan ini, fakta bahwa keluarga Renhad mencoba menjebak Afkar menjadi semakin jelas dan tak terbantahkan. Renhad, Jesslyn, dan Viola menatap pembantu itu dengan penuh kebencian, seolah-olah ingin langsung menghabisinya di tempat."Kak, nggak nyangka ternyata kalian sekeluarga menjadikan kami sebagai tameng!""Kak Renhad, Kak Jesslyn, kalian benar-benar keterlaluan!""Padahal tadi aku mendukung kalian untuk beri kesaksian melawan Afkar! Kalian mau celakain aku ya?"Pada saat ini, paman dan bibi Felicia menunjukkan ekspresi penuh kemarahan. Mereka merasa telah dimanfaatkan oleh keluarga
Melihat Jovian dan muridnya akhirnya muncul, Afkar menghela napas lega."Jovian, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi! Bagaimana mereka menyuapmu untuk mencelakai Nenek," ujar Afkar sambil menunjuk ke arah keluarga Renhad dengan nada datar.Ekspresi Renhad dan keluarganya langsung berubah drastis. Mata mereka berkedip gugup, wajah mereka tampak sangat muram. Hati mereka seolah-olah jatuh ke dasar jurang!Jovian ternyata masih hidup! Selesai sudah!Namun, pada detik berikutnya ...."Apa? Menyuapku untuk mencelakai Nyonya Erlin? Afkar, kamu bicara apa sih?""Oh, ya, setelah aku pergi waktu itu, aku menyerahkan pengobatan Nyonya Erlin padamu. Kenapa dia bisa jadi begini?" tanya Jovian dengan ekspresi bingung.Reaksi Jovian membuat wajah Afkar langsung tegang dan muram. Dia tidak menyangka, Jovian malah mengkhianatinya dan pura-pura tidak tahu apa-apa. Tatapan Afkar pada Jovian menjadi dingin dan penuh ancaman.Sementara itu, keluarga Renhad kembali merasa lega, bahkan mulai menampilkan e
Afkar menepuk bahu Renhad, Jesslyn, dan Viola satu per satu."Kamu ... kamu mau apa? Jangan sentuh aku!" Viola menatap senyum dingin di wajah Afkar dan merasakan ketakutan yang merayap di tubuhnya. Dia gemetar dan berteriak dengan suara melengking.Afkar mendengus dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jovian dan muridnya."Katakan!" ucapnya dengan tenang, tetapi penuh tekanan."Aaaah! Akan kuceritakan semuanya!""Renhad yang datang padaku dan minta aku untuk bantu mereka mencelakai Nyonya Erlin secara diam-diam! Mereka membayarku ... 400 miliar, ditambah aku memang dendam sama ... Afkar. Jadi, aku setuju melakukannya ....""Pak Afkar, tolong ampuni aku ... tolong ampuni aku ...," teriak Jovian dengan wajah penuh rasa sakit sambil berguling-guling di lantai.Muridnya juga ikut berteriak, "Benar! Benar ... Guru meracik obat yang mengandung daging angsa kering! Daging angsa jika dicampur dengan telur, bisa menyebabkan energi vital seseorang terkuras!""Dalam beberapa hari itu ...
Soal kemampuan memasak, Afkar memang tidak berani mengaku dirinya jago. Namun kalau hanya menyiapkan satu meja penuh hidangan rumahan, itu sudah jadi keahliannya. Hal itu semudah membalikkan telapak tangan.Saat itu, Felicia juga sedang mengenakan celemek. Dia berdiri di dapur dan membantu Afkar menyiapkan masakan. Sejak terakhir kali mencicipi "masakan ajaib" buatan presdir cantik ini, Afkar sama sekali tidak berani membiarkan dia turun tangan di dapur lagi.Pada saat ini, Felicia sedang mencuci dan memilah sayuran. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita itu."Afkar, menurutmu kenapa ada orang yang bisa sampai seegois dan sekejam itu? Demi menyelamatkan nyawanya sendiri, dia bahkan bisa tega mengorbankan anak dan cucu kandungnya sendiri. Orang seperti itu bahkan adalah ... nenekku sendiri." Suara presdir cantik itu terdengar agak berat, serta mengandung perasaan sedih, getir, dan juga sinis.Afkar yang sedang menumis sayur sempat berhenti sejenak, lalu membalas sambil terkekeh, "Itul
Ekspresi Erlin terlihat sangat muram saat berujar, "Terjadi masalah di saat seperti ini. Kalau bukan Fad yang melakukannya, siapa lagi?"Renhad bertanya sambil menarik sudut bibirnya, "Memangnya Fadly punya kemampuan sebesar itu?""Kalaupun dia sendiri nggak bisa, bukankah dia masih punya Afkar si gigolo itu? Jangan-jangan ... masalah ini ada hubungannya sama si gigolo itu?" Mata Viola berkilat-kilat saat berbicara demikian.Raut wajah Erlin penuh ketakutan dan cemas. Suaranya pun bergetar ketika berbicara, "Nggak peduli apa yang terjadi, yang penting kita harus pikirkan dulu langkah selanjutnya. Dari cara Guntur bereaksi tadi, sepertinya ... dia benar-benar mau menghabisi kita semua sampai tuntas! Gimana ini? Kita harus gimana ya?"Renhad juga sama. Wajahnya pucat, bahkan tubuhnya kelihatan gemetar hebat. Di sisi lain Viola pun terlihat ketakutan. Wajah wanita itu pucat pasi, seolah-olah sebentar lagi Guntur akan muncul di depan pintu rumah mereka dengan membawa gerombolan pembunuh da
Di saat seperti ini, mana mungkin Guntur masih berani dengan santainya pergi ke Kota Nubes dan menantang bahaya?Markas utama organisasi mereka sudah dihancurkan dan ini jelas-jelas berkaitan dengan Fadly. Entah itu Fadly yang memerintahkan orang atau ada pihak lain yang punya relasi dengannya yang melakukannya. Bagaimanapun, kekuatan di balik kejadian ini benar-benar mengerikan.Meskipun Guntur merasa percaya diri karena dirinya adalah seorang pesilat tingkat master, dia sama sekali tidak berani bertindak sembarangan lagi. Jalan menuju Kota Nubes jelas sudah tidak mungkin dilanjutkan sekarang.Meskipun begitu, rasa kesal di hati Guntur tidak mungkin bisa ditelan mentah-mentah begitu saja. Di saat pikirannya masih dipenuhi amarah, tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Saat dia melirik layar, ternyata yang menelepon adalah Erlin.Begitu diangkat, suara lawan bicara terdengar ramah dan penuh penjilatan. Erlin bertanya padanya, "Gimana, Pak Guntur? Kamu sudah sampai di Kota Nubes belum?
Mendengar kabar itu, Guntur benar-benar tidak bisa percaya. Apa-apaan ini? Markas utama organisasi mereka di Provinsi Jimbo dihancurkan orang? Sialan! Mana mungkin itu terjadi?Posisi markas utama Organisasi NC sangat tersembunyi. Sekalipun lokasi mereka ketahuan, markas utama itu tidak mungkin bisa dihancurkan dengan mudah meskipun seluruh pasukan bersenjata dikerahkan.Bagaimanapun di dalam markas utama, berkumpul begitu banyak ahli kelas atas. Hanya untuk level ahli tingkat revolusi saja, ada puluhan orang. Belum lagi anak buah biasa yang semuanya membawa senjata api.Bagaimanapun, Organisasi NC adalah kelompok kriminal sungguhan. Lantas, siapa yang mampu menghancurkan markas utama?"Benaran, Kak Guntur! Beritanya sudah tersebar kok. Pabrik narkoba kita meledak! Aku sendiri juga nyaris nggak bisa kabur. Aku hampir mati terjebak dalam ledakan itu!" Suara anak buah kepercayaannya di seberang telepon terdengar hampir menangis. Dia sepertinya masih panik dan ketakutan.Mendengar ucapan
"Dilaporkan, sebuah pabrik kimia di pinggiran selatan kota kita telah meledak! Berdasarkan sisa-sisa bahan baku yang ditemukan di lokasi, pabrik kimia ini sebenarnya merupakan tempat produksi narkoba milik sebuah kelompok kriminal.""Ledakan ini menyebabkan banyak korban tewas dan luka-luka. Diduga ledakan dipicu oleh kelalaian saat proses produksi narkoba! Tapi ada juga yang menduga, ini adalah aksi balas dendam di antara kelompok-kelompok kejahatan ...."Berbagai laporan berita terdengar di mana-mana. Sementara itu, di sisi lain. Setelah bantu mengobati mertuanya, Afkar pun segera mengajaknya pulang.Sebenarnya, kondisi fisik Harun tidak mengalami cedera serius. Jadi setelah mendapat pengobatan dari Afkar menggunakan energi naga, keadaannya pun sudah jauh membaik.Namun dalam hati Afkar, masih ada sedikit rasa kecewa. Sebab, Guntur bersama Kobra dan yang lainnya sudah lebih dulu meninggalkan markas utama dan menuju Kota Nubes. Kalau saja mereka belum pergi ....Bagaimanapun, keselama
"Fadly sudah nyerah, mau gimana lagi?" Seorang pria berjanggut yang sedang memainkan pisau kecil di tangannya, berkata sambil tersenyum dingin."Sial, kita disuruh jaga di sini, bosan sekali! Memangnya dia bisa kabur?" Pria botak itu tertawa sinis.Orang lain juga mencebik. "Sebenarnya perlu nggak sih kita jaga begini? Ini 'kan markas, siapa yang berani datang selamatin dia?""Iya! Aku sampai berkarat di sini!""Nggak bisa, kita harus cari hiburan!" Pria berjanggut itu berkata sambil menatap Harun dengan niat buruk.Pria botak itu juga menyeringai, menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh permainan. "Kalau begitu, kita lanjutkan? Yang penting dia nggak cacat. Lagian, siapa yang tahu kapan dia dipukuli, 'kan?"Mendengar itu, beberapa orang tertawa kecil. Harun yang terikat di sana menunjukkan ekspresi marah dan takut. Mungkin dia ingin memaki mereka, tetapi karena mulutnya disumpal kain, dia hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak jelas.Namun, pada saat itu, suara dingin da
Guntur mencibir dengan penuh penghinaan."Ya! Ya! Terima kasih banyak, Pak Guntur. Kalau nanti Organisasi NC benar-benar masuk ke Kota Nubes, keluarga kami tentu sangat berharap bisa bekerja sama dengan kalian," ucap Erlin dengan ramah, mencoba menunjukkan sikap bersahabat.Guntur hanya tertawa dingin dan langsung menutup telepon, malas membuang waktu dengan si nenek tua.Di sisi lain!Melihat panggilan sudah berakhir, raut wajah Erlin berubah. Dia menarik napas panjang, lalu sorot matanya menjadi kelam.Tentu saja dia tahu Guntur memandang rendah dirinya. Hal ini membuat Erlin yang sudah berkuasa seumur hidup merasa terhina dan marah.Sejak kapan dia pernah diperlakukan seperti ini? Namun, yang terpenting adalah nyawanya selamat. Harga diri bisa dikesampingkan."Nek ... gimana? Fadly sudah nyerah belum?" tanya Viola yang berada di sampingnya. Renhad juga menatap dengan penuh harap, menantikan jawaban.Erlin tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja dia nyerah. Pak Guntur sendiri bilang, s
"Pak Fadly, ini aku, Guntur! Aku akan datang bersama anak buahku buat menyambutmu. Tapi, ayahmu nggak mungkin kubawa, takutnya kamu main curang lagi. Tenang saja, di markas besar sini banyak ahli. Mereka pasti bisa menjamin keselamatan Harun.""Nanti setelah pertemuan selesai dan kamu bekerja sama dengan baik, aku janji kamu bisa ketemu lagi sama ayahmu!" Nada suara Guntur terdengar penuh percaya diri dan mendominasi.Fadly menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Oke! Semoga kamu bisa pegang omonganmu.""Itu sudah pasti! Kalau kamu sudah jadi saudara kami, masa aku tega bohongin kamu? Hahaha ...." Guntur tertawa, pikirannya sudah memperhitungkan segalanya dengan cermat.Dengan datang sendiri ke pertemuan yang diselenggarakan oleh Fadly, dia bisa menunjukkan eksistensinya di depan kekuatan besar di Kota Nubes. Bahkan, dia bisa sekaligus menggertak kelompok Farel dan lainnya.Sementara itu, Harun tetap ditinggal di markas besar, jadi Guntur tidak perlu takut Fadly akan berbuat macam-mac
"Pak Fadly, gimana? Hehehe .... Masih belum mau menyerah? Organisasi NC paling menjunjung tinggi kepercayaan, kamu tenang saja.""Kalau kami sudah janji nggak bakal bunuh ayahmu sebelum malam ini, berarti dia tetap akan hidup sampai malam ini. Tapi ya ... kasih dia sedikit hiburan nggak apa-apa, 'kan?""Sebenarnya, kamu nunda-nunda buat apa sih? Hasilnya juga sama saja, 'kan? Kamu harus tunggu sampai akhir banget baru mau kompromi? Biar ayahmu makin menderita?" Suara Kobra di telepon terdengar sinis."Oke! Oke! Aku setuju! Aku setuju bawa semua anggotaku gabung ke Organisasi NC! Jangan sentuh ayahku lagi, paham?" Fadly akhirnya tidak tahan melihat Harun terus disiksa. Dia berteriak keras di telepon.Mendengar itu, Gauri yang ada di samping hanya bisa terus menghapus air matanya, tidak sanggup berkata-kata. Felicia pun tidak lagi menahan Fadly."Hehe, begitu dong dari tadi. Kapan kamu mau adakan pertemuan bawah tanah? Cepat kasih tahu!" Kobra terkekeh-kekeh, suaranya penuh kepuasan.Fa