Afkar menepuk bahu Renhad, Jesslyn, dan Viola satu per satu."Kamu ... kamu mau apa? Jangan sentuh aku!" Viola menatap senyum dingin di wajah Afkar dan merasakan ketakutan yang merayap di tubuhnya. Dia gemetar dan berteriak dengan suara melengking.Afkar mendengus dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jovian dan muridnya."Katakan!" ucapnya dengan tenang, tetapi penuh tekanan."Aaaah! Akan kuceritakan semuanya!""Renhad yang datang padaku dan minta aku untuk bantu mereka mencelakai Nyonya Erlin secara diam-diam! Mereka membayarku ... 400 miliar, ditambah aku memang dendam sama ... Afkar. Jadi, aku setuju melakukannya ....""Pak Afkar, tolong ampuni aku ... tolong ampuni aku ...," teriak Jovian dengan wajah penuh rasa sakit sambil berguling-guling di lantai.Muridnya juga ikut berteriak, "Benar! Benar ... Guru meracik obat yang mengandung daging angsa kering! Daging angsa jika dicampur dengan telur, bisa menyebabkan energi vital seseorang terkuras!""Dalam beberapa hari itu ...
Afkar tersenyum dingin sambil memandang semua orang di ruangan itu. "Heh, sekarang semuanya sudah jelas! Kalian semua dengar, bukan?"Semua orang memandang Afkar dengan campuran ketakutan dan keterkejutan.Melihat kondisi Jovian dan muridnya yang kesakitan luar biasa, banyak yang bertanya-tanya dalam hati, 'Apa ini termasuk interogasi secara paksa di depan Pak Aldo dan tim penyidik? Afkar ini benar-benar berani dan arogan!'Dengan wajah penuh kemarahan dan sedikit gugup, Renhad menunjuk ke arah Afkar. "Pak Aldo, apa yang dikatakan Jovian dan muridnya itu nggak bisa dipercaya! Ini jelas-jelas hasil penyiksaan Afkar, nggak bisa dijadikan bukti!"Aldo mengerutkan kening sesaat sebelum tersenyum dingin. "Aku nggak melihat Pak Afkar menyiksa siapa pun. Dia bahkan nggak menyentuh mereka. Lalu, bukankah tadi kalian sendiri bilang, segala sesuatu harus berdasarkan bukti?""Kamu ... aku ...." Renhad terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.Jesslyn dan Viola juga terlihat sangat marah, tetapi mereka
"Pak Aldo, terima kasih!" Pada saat itu, Afkar mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Aldo.Aldo menjabat tangannya sambil menunjuk ke arahnya dan berkata, "Kamu juga bukan orang baik! Hmph!"Semua orang bisa melihat dengan jelas, pasti ada sesuatu yang dilakukan Afkar pada Jovian dan muridnya. Berani sekali Afkar melakukan interogasi paksa di hadapannya!Afkar tersenyum masam. "Heh, aku berutang budi sama Bapak. Kalau ada yang bisa aku bantu ke depannya, jangan ragu untuk hubungi aku."Mendengar ucapannya, Aldo tertawa. "Pegang ucapanmu ya!"Malam itu, sekitar pukul 09.30. Di dalam kamar Erlin, Harun bersama istrinya, Afkar, Felicia, dan Fadly, semuanya berkumpul di sana.Erlin duduk di kursinya dan refleks mengambil cangkir tehnya untuk minum. Namun, Afkar dengan cepat mengambilnya dari tangan Erlin."Nenek, cangkir ini sebaiknya jangan dipakai lagi," ujar Afkar dengan nada tegas.Erlin menatapnya sejenak, lalu tiba-tiba menyadari sesuatu.Prang!Detik berikutnya, dia mendengus di
Reaksi Erlin itu langsung membuat Afkar, Felicia, dan keluarganya tercengang."Apa maksud Ibu? Kenapa tiba-tiba berubah sikap begini? Apa maksudnya kami mengancam Ibu? Kami cuma ingin kembali ke keluarga dan mengambil kembali apa yang menjadi hak kami.""Kalau bukan karena Afkar, Ibu sudah hampir dibunuh sama keluarga Renhad yang lain! Sekarang kami cuma meminta sedikit, tapi Ibu malah berbalik melawan kami?" tanya Gauri dengan penuh amarah.Berhubung telah dikeluarkan dari Keluarga Safira, Gauri dan Harun juga kehilangan posisi mereka di perusahaan keluarga. Selama beberapa waktu terakhir, mereka hanya bisa tinggal di rumah tanpa ada pekerjaan atau aktivitas.Meminta kembali saham dan posisi mereka bukan hanya soal uang, tetapi juga soal martabat dan sesuatu untuk dilakukan agar tidak merasa terbuang.Harun dan Gauri sebenarnya tidak kekurangan uang. Namun, di usia mereka yang masih cukup produktif, menganggur seperti ini benar-benar menyiksa."Hmph! Milik kalian? Apa yang menjadi mil
"Dasar! Wanita tua itu, aku benar-benar ingin menamparnya!" maki Gauri dengan wajah memerah karena marah."Gauri, apa-apaan kamu bicara begitu? Dia itu ibu kita ...." Harun mengerutkan kening mendengar istrinya berkata seperti itu."Dia ibumu, bukan ibu kita! Aku nggak mengakui wanita tua itu sebagai ibu mertuaku! Bikin kesal saja!"maki Gauri sambil menggertakkan giginya.Harun menarik lehernya sedikit, menunjukkan ketakutannya terhadap istri. Bagaimanpun, kali ini memang dia tidak punya alasan untuk membela ibunya. Apa yang dilakukan ibunya kali ini benar-benar keterlaluan, bahkan bisa dibilang hina."Bu, tenanglah! Kalau Keluarga Safira kehilangan kita, itu kerugian mereka sendiri," ujar Fadly sambil tersenyum masam.Afkar yang sedang mengemudi di depan, akhirnya angkat bicara. "Bu, ini salahku. Aku nggak menyangka Nenek akan seperti itu. Lain kali! Kalau ada kesempatan lagi, aku pastikan ... aku akan menyelesaikannya sepenuhnya!"Nada bicara Afkar di akhir kalimatnya mengandung haw
"Eh ...." Afkar menatap ponselnya yang baru saja dimatikan dengan ekspresi penuh kebingungan. Saat itu, dia merasakan tatapan tajam yang menusuk datang dari sampingnya!"Siapa itu, Sayang?" tanya Felicia dengan senyum yang terlihat menggoda, tetapi cukup membuat Afkar merasa canggung."Eh, cuma teman," jawab Afkar dengan nada sedikit gugup."Teman? Teman perempuan ya?" Felicia tersenyum sambil bertanya, tangannya sudah mencubit telinga Afkar dengan lembut tapi penuh peringatan."Ya! Eh, nggak! Maksudku, bukan begitu! Cuma teman perempuan biasa!" Afkar tersenyum kaku dan mencoba menjelaskan."Oh, begitu? Teman biasa?" Felicia menyipitkan matanya menatap Afkar dengan ekspresi menyelidik."Benar, cuma teman lama, teman sekelas dulu." Afkar buru-buru memberikan penjelasan.Felicia mendengus kecil. "Teman lama atau mantan pacar?""Apa pula ini? Kalau itu mantan pacar, apa aku berani mengangkat teleponnya di depanmu? Benar nggak?" jawab Afkar dengan berkeringat dingin.Mendengar ucapannya, F
"Kak Afkar, waktu itu kamu bilang, dia bisa dibawa untuk diperiksa. Apakah itu masih berlaku?"tanya Karen dengan ragu.Afkar mengangguk. "Tentu saja masih berlaku!"Mendengar hal itu, Karen bertukar pandangan dengan Heru dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menghubunginya. Mungkin dia bisa datang dalam beberapa hari ke depan?""Silakan!" Afkar tersenyum sambil menyetujuinya.....Setelah meninggalkan Vila Imperial, Karen dan Heru berada di dalam mobil dengan ekspresi sedikit ragu."Kakek, apa nggak masalah kalau manggil Kak Noah ke sini?" tanya Karen dengan khawatir.Selama mereka tinggal di Kota Nubes, mereka pernah mendengar beberapa hal tentang hubungan Afkar dan Noah."Nggak masalah! Noah sangat patuh padaku. Kalau aku menjadi penengah, dan kalau Afkar berhasil mengobatinya, aku yakin hubungan mereka akan membaik!""Lagian, Afkar bukan tipe orang yang menyimpan dendam terlalu lama. Konflik mereka sejauh ini nggak sampai pada tingkat kebencian yang nggak bisa didamaikan." Heru meng
Noah tahu bahwa perkataan kakeknya selalu bisa dipercaya. Jika kakeknya berkata ada kemungkinan 90% berhasil, hampir pasti itu akan terjadi.Rasa sakit dan cedera yang telah menyiksa Noah selama bertahun-tahun, akhirnya ada harapan untuk disembuhkan. Itu sebabnya, dia sudah sangat tidak sabar.Awalnya, Noah ingin membiarkan David bermain sedikit dengan "intrik" untuk memprovokasi hubungan antara Felicia dan Afkar, lalu menghancurkan reputasi gigolo itu hingga benar-benar hancur.Namun, sekarang Noah tidak memiliki kesabaran untuk itu lagi. Dia hanya ingin segera pergi ke Kota Nubes, membunuh Afkar, dan mendapatkan Felicia.Noah sudah membayangkan momen saat dia berhasil memulihkan kejantanannya sebagai seorang pria, lalu membuat Felicia sepenuhnya tunduk padanya di atas ranjang.Sayangnya saat itu juga, Karta menghela napas dengan senyum masam. Dia memberi tahu, "Pak Noah, dengar-dengar Afkar mampu mengalahkan ahli tingkat gulita dalam sekejap. Dia mungkin seorang ahli tingkat revolusi
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s