"Pak Aldo, terima kasih!" Pada saat itu, Afkar mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Aldo.Aldo menjabat tangannya sambil menunjuk ke arahnya dan berkata, "Kamu juga bukan orang baik! Hmph!"Semua orang bisa melihat dengan jelas, pasti ada sesuatu yang dilakukan Afkar pada Jovian dan muridnya. Berani sekali Afkar melakukan interogasi paksa di hadapannya!Afkar tersenyum masam. "Heh, aku berutang budi sama Bapak. Kalau ada yang bisa aku bantu ke depannya, jangan ragu untuk hubungi aku."Mendengar ucapannya, Aldo tertawa. "Pegang ucapanmu ya!"Malam itu, sekitar pukul 09.30. Di dalam kamar Erlin, Harun bersama istrinya, Afkar, Felicia, dan Fadly, semuanya berkumpul di sana.Erlin duduk di kursinya dan refleks mengambil cangkir tehnya untuk minum. Namun, Afkar dengan cepat mengambilnya dari tangan Erlin."Nenek, cangkir ini sebaiknya jangan dipakai lagi," ujar Afkar dengan nada tegas.Erlin menatapnya sejenak, lalu tiba-tiba menyadari sesuatu.Prang!Detik berikutnya, dia mendengus di
Reaksi Erlin itu langsung membuat Afkar, Felicia, dan keluarganya tercengang."Apa maksud Ibu? Kenapa tiba-tiba berubah sikap begini? Apa maksudnya kami mengancam Ibu? Kami cuma ingin kembali ke keluarga dan mengambil kembali apa yang menjadi hak kami.""Kalau bukan karena Afkar, Ibu sudah hampir dibunuh sama keluarga Renhad yang lain! Sekarang kami cuma meminta sedikit, tapi Ibu malah berbalik melawan kami?" tanya Gauri dengan penuh amarah.Berhubung telah dikeluarkan dari Keluarga Safira, Gauri dan Harun juga kehilangan posisi mereka di perusahaan keluarga. Selama beberapa waktu terakhir, mereka hanya bisa tinggal di rumah tanpa ada pekerjaan atau aktivitas.Meminta kembali saham dan posisi mereka bukan hanya soal uang, tetapi juga soal martabat dan sesuatu untuk dilakukan agar tidak merasa terbuang.Harun dan Gauri sebenarnya tidak kekurangan uang. Namun, di usia mereka yang masih cukup produktif, menganggur seperti ini benar-benar menyiksa."Hmph! Milik kalian? Apa yang menjadi mil
"Dasar! Wanita tua itu, aku benar-benar ingin menamparnya!" maki Gauri dengan wajah memerah karena marah."Gauri, apa-apaan kamu bicara begitu? Dia itu ibu kita ...." Harun mengerutkan kening mendengar istrinya berkata seperti itu."Dia ibumu, bukan ibu kita! Aku nggak mengakui wanita tua itu sebagai ibu mertuaku! Bikin kesal saja!"maki Gauri sambil menggertakkan giginya.Harun menarik lehernya sedikit, menunjukkan ketakutannya terhadap istri. Bagaimanpun, kali ini memang dia tidak punya alasan untuk membela ibunya. Apa yang dilakukan ibunya kali ini benar-benar keterlaluan, bahkan bisa dibilang hina."Bu, tenanglah! Kalau Keluarga Safira kehilangan kita, itu kerugian mereka sendiri," ujar Fadly sambil tersenyum masam.Afkar yang sedang mengemudi di depan, akhirnya angkat bicara. "Bu, ini salahku. Aku nggak menyangka Nenek akan seperti itu. Lain kali! Kalau ada kesempatan lagi, aku pastikan ... aku akan menyelesaikannya sepenuhnya!"Nada bicara Afkar di akhir kalimatnya mengandung haw
"Eh ...." Afkar menatap ponselnya yang baru saja dimatikan dengan ekspresi penuh kebingungan. Saat itu, dia merasakan tatapan tajam yang menusuk datang dari sampingnya!"Siapa itu, Sayang?" tanya Felicia dengan senyum yang terlihat menggoda, tetapi cukup membuat Afkar merasa canggung."Eh, cuma teman," jawab Afkar dengan nada sedikit gugup."Teman? Teman perempuan ya?" Felicia tersenyum sambil bertanya, tangannya sudah mencubit telinga Afkar dengan lembut tapi penuh peringatan."Ya! Eh, nggak! Maksudku, bukan begitu! Cuma teman perempuan biasa!" Afkar tersenyum kaku dan mencoba menjelaskan."Oh, begitu? Teman biasa?" Felicia menyipitkan matanya menatap Afkar dengan ekspresi menyelidik."Benar, cuma teman lama, teman sekelas dulu." Afkar buru-buru memberikan penjelasan.Felicia mendengus kecil. "Teman lama atau mantan pacar?""Apa pula ini? Kalau itu mantan pacar, apa aku berani mengangkat teleponnya di depanmu? Benar nggak?" jawab Afkar dengan berkeringat dingin.Mendengar ucapannya, F
"Kak Afkar, waktu itu kamu bilang, dia bisa dibawa untuk diperiksa. Apakah itu masih berlaku?"tanya Karen dengan ragu.Afkar mengangguk. "Tentu saja masih berlaku!"Mendengar hal itu, Karen bertukar pandangan dengan Heru dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menghubunginya. Mungkin dia bisa datang dalam beberapa hari ke depan?""Silakan!" Afkar tersenyum sambil menyetujuinya.....Setelah meninggalkan Vila Imperial, Karen dan Heru berada di dalam mobil dengan ekspresi sedikit ragu."Kakek, apa nggak masalah kalau manggil Kak Noah ke sini?" tanya Karen dengan khawatir.Selama mereka tinggal di Kota Nubes, mereka pernah mendengar beberapa hal tentang hubungan Afkar dan Noah."Nggak masalah! Noah sangat patuh padaku. Kalau aku menjadi penengah, dan kalau Afkar berhasil mengobatinya, aku yakin hubungan mereka akan membaik!""Lagian, Afkar bukan tipe orang yang menyimpan dendam terlalu lama. Konflik mereka sejauh ini nggak sampai pada tingkat kebencian yang nggak bisa didamaikan." Heru meng
Noah tahu bahwa perkataan kakeknya selalu bisa dipercaya. Jika kakeknya berkata ada kemungkinan 90% berhasil, hampir pasti itu akan terjadi.Rasa sakit dan cedera yang telah menyiksa Noah selama bertahun-tahun, akhirnya ada harapan untuk disembuhkan. Itu sebabnya, dia sudah sangat tidak sabar.Awalnya, Noah ingin membiarkan David bermain sedikit dengan "intrik" untuk memprovokasi hubungan antara Felicia dan Afkar, lalu menghancurkan reputasi gigolo itu hingga benar-benar hancur.Namun, sekarang Noah tidak memiliki kesabaran untuk itu lagi. Dia hanya ingin segera pergi ke Kota Nubes, membunuh Afkar, dan mendapatkan Felicia.Noah sudah membayangkan momen saat dia berhasil memulihkan kejantanannya sebagai seorang pria, lalu membuat Felicia sepenuhnya tunduk padanya di atas ranjang.Sayangnya saat itu juga, Karta menghela napas dengan senyum masam. Dia memberi tahu, "Pak Noah, dengar-dengar Afkar mampu mengalahkan ahli tingkat gulita dalam sekejap. Dia mungkin seorang ahli tingkat revolusi
Afkar memicingkan mata saat melihat ke arah para prajurit itu. Di antara mereka, dia langsung menyadari keberadaan seorang ahli tingkat revolusi tahap awal, serta beberapa ahli tingkat gulita. Selain itu, kekuatan prajurit lainnya juga berada di atas tingkat eksplisit.Dengan kata lain, kelompok ini tidak hanya memiliki kemampuan bertarung yang hebat, tetapi juga disiplin militer yang luar biasa. Kombinasi kekuatan seperti ini benar-benar luar biasa.Hanya saja dari lencana di bahu mereka, Afkar segera menyadari bahwa mereka bukanlah bawahan Daru. Mereka adalah anggota militer dari Distrik Militer Bumantra.Setelah turun dari mobil, Afkar berjalan mendekati Daru. Ketika melihatnya, Daru mengangguk dan memperkenalkan seseorang, "Pak Afkar, kamu sudah tiba. Izinkan aku memperkenalkan, ini adalah Kapten Tim Drago di Distrik Militer Bumantara, Pak Adam."Kemudian, Daru berbalik dan menghadap seorang perwira militer bertubuh tinggi dan kokoh. Dia melanjutkan, "Pak Adam, ini staf eksternal y
Adam langsung menyerbu ke arah Afkar. Dia melancarkan pukulan ke wajahnya dengan diiringi suara angin yang tajam dan memekakkan telinga. Kekuatan Adam berada di puncak tingkat gulita tahap akhir dan hampir mencapai tingkat revolusi. Namun dari pengamatan Afkar sebelumnya, Adam bukanlah anggota terkuat dari Tim Drago, meskipun dia adalah kapten mereka. Yang paling kuat ternyata seorang anggota wanita dengan paras yang sangat menawan.Saat menghadapi pukulan Adam, Afkar segera menggeser kepalanya untuk menghindari serangan itu dengan mudah."Pak Adam, semangat! Hajar dia!""Biar dia tahu betapa hebatnya Tim Drago kita!""Ahli hebat? Aku rasa dia cuma ahli menggoyang pantat. Hahaha!"Para anggota Tim Drago lainnya berteriak penuh semangat. Mereka menyoraki kapten mereka sambil mengejek Afkar. Di sisi lain, Marcel dan yang lainnya mendukung Afkar."Kak Afkar, semangat!""Sialan! Orang-orang ini terlalu sombong! Kak Afkar, hajar dia!"Sejak kedatangan Tim Drago dari Distrik Militer Bumantr
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her
Sebelumnya, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti yang akan mengobatinya bukan hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kemampuan bela diri yang hebat.Tadi saat bertelepon, Heru menyebutkan kehebatan dokter sakti itu lagi. Hal ini langsung membuat Noah kembali melihat secercah harapan untuk menghabisi Afkar!Mampu mengalahkan empat grandmaster? Orang sehebat itu pasti bisa membunuh Afkar dengan mudah!Itu sebabnya, Noah kembali bertindak tanpa rasa takut! Bahkan, dia berencana untuk menunggu kakeknya membawa dokter sakti itu kemari, lalu menyuruh Afkar kemari dan membunuhnya di tempat.Melihat tingkah Noah yang gila dan penuh kepuasan diri, Felicia merasa cemas dan bingung. Apa? Noah bisa menemukan ahli sehebat itu?"Noah, kamu benar-benar gila! Kalau kamu berani melukai Afkar, aku bersumpah nggak akan melepaskanmu meskipun aku menjadi roh!" pekik Felicia dengan penuh kebencian sambil menggertakkan giginya."Hahaha. Setelah pria itu mati, kamu aka
Noah baru saja menyuruh orang membawa Felicia ke kamar tidur saat menerima telepon dari Heru."Kakek, kenapa meneleponku di jam segini?" tanya Noah dengan bingung setelah menenangkan diri."Kamu di mana sekarang? Sudah sampai di Kota Nubes? Aku akan bawa Dokter Sakti ke tempatmu." Nada bicara Heru terdengar setenang mungkin. Dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya."Hah? Sekarang sudah hampir jam 4 subuh. Kenapa malah datang jam segini?" Noah kaget sejenak, merasa curiga."Kamu ini nggak tahu apa-apa. Dokter Sakti bilang masalahmu ini butuh keseimbangan energi yin dan yang! Makanya, harus diobati tepat saat matahari terbit, saat siang dan malam berganti!""Kalau nggak datang sekarang, mau kapan lagi? Kamu sudah sampai di Kota Nubes atau belum? Kalau belum, cepat berangkat sekarang, mungkin masih sempat! Kalau nggak, harus menunggu sehari lagi!"Suara Heru terdengar tegas dan yakin. Alasan yang dibuatnya terdengar sangat masuk akal hingga Noah tidak curiga sedikit pun. Dia hanya meras
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Afkar langsung berubah drastis!Felicia! Felicia juga jatuh ke tangan Noah?"Dasar bajingan! Apa yang mau kamu lakukan pada Felicia? Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!"Dari sisi lain telepon, Noah meledak dalam tawa gila yang mengerikan. Kekurangan fisik yang dia alami sejak kecil telah membuat pikirannya kacau. Bahkan setelah menyaksikan kekuatan Afkar yang luar biasa, rasa takutnya justru berubah menjadi hasrat balas dendam yang semakin kuat."Hahaha ... Oh, ya? Kalau begitu, datang dan bunuh aku! Ayo!""Di mana kamu? Katakan!" Afkar menggertakkan giginya, penuh amarah."Apa mungkin aku kasih tahu kamu? Cari aku kalau bisa! Pastikan kamu menemukanku sebelum aku selesai bermain-main sama Felicia! Hahaha ...."Noah tertawa penuh kegilaan sebelum langsung menutup telepon! Ekspresi wajah Afkar terus berubah, menahan emosi yang semakin memuncak.Namun detik berikutnya, matanya yang tajam langsung menatap salah satu a
"Dasar bodoh, jimat ini adalah barang yang kamu jual sendiri!""Kamu nggak pernah menyangka, bukan? Jimat ini bisa memancarkan kekuatan grandmaster sejati! Kamu akan mati oleh barang yang kamu ciptakan sendiri! Betapa menyedihkannya itu!" Karta tertawa kejam sambil memamerkan jimat di tangannya.Mendengar hal itu, Afkar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Dasar bodoh! Menurutmu grandmaster adalah puncak kekuatan, ya?""Diam! Mati kamu!" teriak Karta penuh kemarahan, lalu merobek jimat itu.Zing!Huruf emas di permukaan jimat menyala terang, melepaskan energi besar yang langsung berkumpul menjadi sebuah huruf kuno yang artinya "Hancur".Dengan senyum penuh kebencian, Karta mengarahkan energi itu ke Afkar dan membiarkan huruf bercahaya itu meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arahnya."Mati kamu!" Noah berteriak dari layar, matanya bersinar penuh kegembiraan.David memandangi layar dengan wajah penuh harap. "Hancurkan dia! Mati kamu, Afkar!"Namun, beberapa detik kemudian,