Afkar menunjukkan ekspresi kecewa. "Baiklah, tolong bantu aku perhatikan soal itu.""Baik!" Mateo mengiakan.Setelah Mateo pergi, Afkar menerima telepon dari nomor tak dikenal. Dia ragu-ragu sesaat sebelum menjawab panggilan. "Siapa ini?"Di ujung telepon, terdengar suara serak dan lemah. "Aku nenek Felicia.""Oh? Bu Erlin?" Afkar termangu sejenak. Dia sudah tahu Erlin pasti akan menghubunginya. Sekarang pun terbukti."Benar! Afkar, apa kata-katamu masih berlaku?" tanya Erlin dengan suara serak."Yang mana?" Afkar pura-pura tidak tahu.Setelah hening sejenak, terdengar suara rendah di ujung telepon. "Aku mau hidup! Aku nggak mau mati!""Hehe, aku mengerti! Aku akan segera ke sana." Afkar tersenyum, lalu mengakhiri panggilan.Pagi hari itu saat Afkar bertemu dengan Erlin, dia melihat wanita tua itu sudah tampak sangat lemah. Sepertinya, dia bisa meninggal kapan saja.Afkar tahu ini karena usia Erlin yang sudah lanjut, ditambah dengan organ tubuh yang hampir tidak berfungsi lagi. Meskipu
Dengan demikian, Erlin membuat pengumuman. Pukul 8 malam ini, rapat akan diadakan. Seluruh anggota Keluarga Safira harus hadir! Bahkan, keluarga Harun yang diusir juga menerima undangan.Gauri awalnya tidak ingin ikut serta, tetapi Harun memberitahunya tentang ucapan Afkar hari itu. Makanya, Gauri langsung menyetujuinya."Kembali ke Keluarga Safira? Bahkan membuatmu jadi kepala keluarga? Afkar benaran bicara begitu?""Oke! Aku pasti pergi! Aku yakin menantuku nggak bakal membuatku kecewa!" seru Gauri dengan penuh semangat.Harun hanya bisa mengerlingkan matanya. Jelas-jelas Gauri sangat menentang kehadiran Afkar sejak awal, tetapi sekarang .... Apa ini bisa dibilang ibu mertua semakin menyukai menantunya?"Pergi saja. Kita harus menjenguk Ibu. Hais ...."Harun mengangguk, teringat pada kali terakhir melihat ibunya. Penampilan ibunya menjadi sangat lemas. Dia merasa sedih memikirkannya.Harun tidak pernah berpikir untuk menjadi kepala keluarga selanjutnya. Dia hanya ingin kembali ke kel
Mendengar ucapan itu, Renhad merenung sejenak. Kemudian, dia mengangguk perlahan. "Kamu benar! Masalah ini harus dikubur dengan baik! Dokter Jovian tahu terlalu banyak! Dia harus dihabisi!"Usai berbicara, Renhad mendengus dan menghubungi seseorang. "Bunuh Dokter Jovian! Cari pembunuh bayaran untuk melakukannya! Kamu jangan turun tangan supaya identitas kita nggak ketahuan!"....Sore hari itu, di Klinik Jofit.Jovian sering berada di kliniknya akhir-akhir ini. Sesekali, dia memeriksa pasien. Saat ini, dia sedang berada di kamar lantai atas dengan seorang dokter wanita yang berada di atas tubuhnya dan memberinya pijatan.Dokter wanita ini disebut sebagai murid Jovian. Namun, faktanya mereka memiliki hubungan yang kotor.Tiba-tiba, terdengar ejekan seseorang. "Hehe, Dokter Jovian benar-benar pintar menikmati hidup ya!"Jovian yang sedang berbaring pun terperanjat, begitu juga dokter wanita di atasnya. Entah sejak kapan, muncul seseorang di kamar ini. Keduanya malah tidak menyadari apa p
Meskipun terkejut, Jovian sama sekali tidak ingin mengakuinya. Dia terkekeh-kekeh, lalu menyahut dengan nada tidak bersalah, "Pak Afkar, imajinasimu kaya sekali. Tapi, itu cuma spekulasimu. Kamu nggak punya bukti apa pun.""Resepku juga nggak terdapat daging angsa kering. Ini semua cuma khayalanmu. Kalau nggak ada urusan lain, silakan pergi dari sini. Kalau nggak, aku akan lapor polisi karena kamu masuk tanpa izin.""Nggak mau ngaku ya?" Afkar tersenyum dingin sambil mengamati Jovian. "Kamu pernah mikir nggak? Apa yang akan dilakukan Renhad sekeluarga kepadamu setelah Bu Erlin meninggal?""Ini adalah masalah yang nggak boleh sampai bocor. Sementara itu, yang kamu tahu terlalu banyak. Kira-kira, apa mereka akan membiarkanmu hidup setelah Bu Erlin meninggal?"Setelah mendengarnya, tatapan Jovian menjadi tajam. Namun, dia tetap tersenyum. "Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku nggak pernah membantu keluarga Renhad mencelakai siapa pun. Semua itu cuma imajinasimu.""Kamu tahu sendiri
Bam! Saat ini, sebuah sosok tiba-tiba muncul di depan mobil mereka dan mengadang para pembunuh itu!"Af ... Afkar?" Jovian memandang orang di depan dengan ekspresi terkejut sekaligus senang."Afkar! Tolong aku! Kumohon ...." Jovian menurunkan jendela dan buru-buru berseru, "Aku janji akan menjadi saksi! Renhad sialan! Dia ingin membunuhku!"Afkar menoleh melirik sekilas, lalu berkata dengan suara rendah, "Kamu sendiri yang bilang ya!""Tenang saja! Musuh dari musuh adalah teman! Renhad ingin membunuhku, jadi aku akan membantumu!" ucap Jovian dengan penuh percaya diri."Ya, ya! Kami pasti akan menjadi saksi untuk kalian!" Murid Jovian juga ikut bersuara.Saat ini, para pembunuh itu menatap Afkar dengan galak. Pria yang memimpin berkata, "Bocah, kalau nggak mau mati, cepat minggir! Jangan ikut campur urusan orang!""Maaf sekali, mereka berguna untukku. Aku juga ingin kasih kamu peringatan. Kalau nggak ingin mati, cepat minggir!" ujar Afkar sambil menggeleng dengan ekspresi datar."Sialan
"Nggak akan! Sekalipun nyaliku besar, aku nggak akan berani macam-macam," sahut Jovian dengan ekspresi khawatir dan cemas sambil menggeleng."Sebaiknya begitu. Jam 8 malam ini, Keluarga Safira akan mengadakan pertemuan keluarga. Pastikan kamu hadir," pesan Afkar. Dia mendengus, lalu menepuk bahu murid Jovian. Usai berbicara, dia pun pergi.Setelah Afkar menjauh, mata murid itu berkilat. "Guru, kita benaran mau membantunya bersaksi? Gimana kalau kita kabur sekarang? Kita bisa kembali ke Magizta. Dengan kekuatan kita di sana, aku yakin dia nggak akan berani mengejar sampai ke sana. Kalaupun dia pergi, mungkin dia yang akan mati."Jovian tersenyum dingin. "Kamu mau kabur? Kenapa harus kabur? Aku punya rencana sendiri."Usai berbicara, kilatan licik dan jahat muncul di mata Jovian.Menyesal? Afkar masih terlalu muda di mata Jovian. Jovian sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Nanti, dia akan membuat Afkar dan Renhad sama-sama terkejut! Mereka akan berselisih, sementara dia akan mendap
"Pak Sandy, hari ini kamu harus menegakkan keadilan dan menangkap penjahat!" ujar Renhad.Pria paruh baya bertubuh gemuk yang berdiri di samping pun mengangguk. "Tenang saja, Pak Renhad. Asalkan bukti jelas, aku akan memberikan keadilan kepada Bu Erlin dan Keluarga Safira. Pelaku akan mendapat hukuman yang pantas."Saat ini, orang-orang mulai mengamati Sandy dan beberapa petugas berseragam itu. Ternyata Keluarga Renhad telah membuat persiapan matang. Mereka sampai memanggil polisi kemari."Keluarga Kak Harun sudah datang!" Saat ini, paman keempat yang memandang ke arah pintu tiba-tiba berteriak."Mereka sudah datang!""Mereka masih berani datang?""Mungkin mereka nggak tahu apa yang menunggu mereka hari ini."Semua orang mengedarkan tatapan dingin dan kesal. Mereka menatap Harun sekeluarga seperti menatap penjahat.Segera, orang-orang membuka jalan. Ketika merasakan suasana yang menegangkan ini, Gauri, Felicia, dan Fadly merasa agak gugup. Hanya Afkar yang tersenyum santai dan bersikap
"Aku dari Kantor Polisi Blok Utara Kota Nubes, Sandy. Sebaiknya akui semua perbuatanmu!" tegur Sandy dengan dingin. Ekspresinya terlihat tegas dan berwibawa.Afkar menggeleng. "Aku nggak melakukan apa-apa kok. Apa yang harus kuakui?"Renhad mendengus, lalu menunjuk pelayan wanita itu sambil memegang bukti. "Afkar, bukti dan saksi sudah lengkap. Nggak ada gunanya kamu membantah. Asal kamu tahu, kamu nggak akan bisa mengelak dari tuduhan ini.""Kamu baru mengobati Ibu beberapa hari, tapi Ibu sudah sekarat dibuatmu. Kalau aku membawa Ibu menjalani pemeriksaan, pasti akan ditemukan banyak kandungan arsenik di dalam tubuhnya. Ini ulahmu!"Viola berkata dengan geram, "Afkar, kami punya saksi dan bukti. Kamu nggak akan bisa lolos. Apa kami perlu membawa Nenek melakukan pemeriksaan untuk membuktikannya?""Semuanya, kalian lihat sendiri hari itu. Afkar yang menangani pengobatan Ibu. Sekarang Ibu jadi begini. Siapa yang harus bertanggung jawab?" seru Jesslyn.Semua orang pun mengangguk dan meman
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s