Beranda / Romansa / Hidden Casanova / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Hidden Casanova: Bab 11 - Bab 20

33 Bab

11. One Night Stand Paksaan

Malam itu Zena menemui neraka dunia.Key yang kembali ke cafe di jam yang sama seperti kemarin tidak bisa menemukan Zena.Coba cari ke bengkel. Kata maid di cafe tersebut.Ke bengkel pun hasilnya sama. Sama-sama zonk. Key berpikir sejenak, mungkin terjadi sesuatu yang buruk. Sebab setahunya Zena tidak pernah absen bekerja. Gadis itu tidak pernah absen mencari uang dan menghindar dari orang-orang yang tidak disukainya. Termasuk yang baru Key ketahui belakangan ini. Zena ternyata tidak menyukai sikap Ilmi di rumah.“Buang jauh-jauh, buang jauh-jauh khayalan itu!” Key memukul kepalanya sendiri dengan lembut. Kalau terlalu kuat, takutnya terjadi pembekuan darah di otak. Sebagai calon dokter, Key tidak mau terkena penyakit apapun sebelum mewujudkan mimpinya.“Tenang kawan. Jangan gila Cuma karena sang bidadari menghilang dari lane.” Key bermonolog. Dia menikmati setiap detik yang ia habiskan saat bermonolog.Yakin berdiam diri takkan menyelesaikan apapun, Ke
Baca selengkapnya

12. Zena tewas?

“Bro, sedang apa kau di depan rumah temanmu yang sudah menikah?” tanya Ilmi berusaha menyembunyikan wajah senangnya. Key menatap Ilmi lekat. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan beberapa patah kata saja, “kalian tidak benar-benar menikah. Gus Karim juga memintamu menjaga dan melindungi Zena. Semua masalah kita akan beres asalkan membantu Zena bangkit dari keterpurukannya.” “Bro, aku mau berangkat kerja.” “Kerja apa?” “Ada deh. Pokoknya, kalau kau datang untuk mencari Zena, dia tidak ada disini. Gadis itu berangkat pagi-pagi sekali.” Ilmi sengaja mengarang cerita supaya bisa menggunakan Zena sekali lagi. “Hari ini aku tidak bisa jalan denganmu, nanti malam saja ya.” Ilmi menepuk pundak Key yang masih mematung seolah memikirkan sesuatu. “Iya.” Jawab Key singkat. “Kalau iya kenapa masih diam disini? Mundur sedikit. Aku mau kunci pintu.” Ilmi sedikit mendorong Key. “
Baca selengkapnya

13. Siapa korban sebenarnya? Kasus pertama di desa Parengsek

Jam setengah sembilan malam. Key baru saja selesai Salat Isya. Alasan keterlambatan sangat mulia. Dokter muda itu baru saja selesai mengobati anak kepala desa yang kakinya patah selepas terpelosok ke dalam parit saat mengejar layangan.Setelah bersusah payah memberikan pertolongan pertama untuk anak itu, Key mengambil air wudhu dan melaksanakan salat Isya sebelum terlambat lebih jauh lagi.“Astagfirullah hul adzim,” sepanjang jalan Key beristighfar. Berusaha menghapus gambaran wajah Zena dari pikirannya.“Ternyata benar kata orang. Jatuh cinta itu sangat indah.” Gumam Ilmi sambil sesekali mengelus dadanya, merasa telah bersalah kepada tuhan. Sepanjang jalan Key mengalami dilema. Dia khawatir pada Zena tapi di satu sisi tidak bisa mendatangi rumahnya karena peraturan di pesantren itu melarang santri keluyuran di luar area pesantren.Lagi-lagi Key bertemu dengan Gus Karim. Individu nomor satu di pesantren tersebut tampaknya sedan
Baca selengkapnya

14. Dua sisi mata koin

“Suatu kebodohan jika saya percaya pada anda!” Balas Key. Hanum membalas, “justru kaulah yang bodoh! Kau menyukai anakku kan? Tapi kenapa sampai sekarang kau diam saja?” Key membeku. Hanum tertawa sampai puas. “Tidak ada rahasia yang bertahan lama di hadapanku.” Kata Hanum. Tangannya yang dingin menepuk bahu Key yang tegang. Key segera melompat mundur. Hanum sudah membuktikan kalau dia bisa mengetahui segala macam rahasia. Entah dengan cara apa. “Jadi bagaimana? Kau mau kubantu atau tidak? Biayanya tidak mahal. Cukup buat dua bayi kemudian biarkan kedua bayi itu tinggal bersamaku selama sebulan.” Key menatap Hanum dengan jijik. “Tidak akan! Akan saya cari sendiri. Asalkan Allah SWT mengizinkan, jangankan Zena. Mayat Hitler pun pasti bisa saya temukan.” Key membalikkan badan, bersiap meninggalkan Hanum. Namun, tangan Hanum kembali memegang pundaknya. Kali ini dengan cengkerama
Baca selengkapnya

Bab 15. Menemukan Zena

Zena menarik rambut Ilmi. Membenturkan kepalanya berkali-kali ke lantai. Di benturan yang ketiga, Ilmi berhasil mengirim serangan balasan tepat di dada kiri Zena. Gadis itu terguling ke samping, namun itu hanya gerakan tipuan Zena. Saat Ilmi bangun, Zena langsung memukul lututnya dengan batu sungai yang fungsi aslinya untuk menutup lubang pembuangan air agar tidak dimasuki ular. Serangan telak di lutut membuat ilmi jatuh tidak berdaya. Trauma mendalam menggerogoti pikirannya. Posisi mangsa dan predator telah tertukar diantara mereka. Zena terengah-engah, jantungnya berdebar kencang seperti genderang perang. Matanya membelalak ngeri saat melihat Ilmi terkapar di tanah, menggeliat kesakitan dengan lutut yang berlumuran darah. Adegan itu seperti mimpi buruk yang tak pernah terbayangkan. Di matanya, Ilmi yang dulu menjadi ancaman kini berubah menjadi sosok yang lemah, tak berdaya, dan penuh penderitaan. Zena melirik tanga
Baca selengkapnya

Bab 16. Diasingkan

Wajar saja jika Key murka saat ini. Dua teman baiknya tertimpa kejadian tak mengenakkan. Ditambah lagi dia ikut jadi sasaran amukan Hanum. Sampai sekarang dagunya masih sakit dan luka itu membuatnya kesulitan membaca Al-Qur'an. Entah berapa banyak lagi kesialan yang akan menimpa mereka. Saat ini Key hanya ingin mengantar Zena pulang dan mencari tahu kejadian yang sesungguhnya. *** Zena meremas satu-satunya barang yang jadi pelindungnya di dunia luar. Tas berisi dompet, kosmetik, dan kitab Al-Qur'an.Tanpa dompet yang tebal dan ilmu agama yang mumpuni, hidup di dunia luar sama seperti neraka. Zena sudah merasakannya. Mirisnya, kekejaman itu datang dari lingkungan yang seharusnya menghangatkan hati.Apalagi kalau bukan keluarganya yang sesat. Dari keluarganya yang tersesat Zena merasakan pahit dan kejamnya hidup."Zena, tolong jangan bertanya lagi, biarkan Gus fokus menyetir!" Tegur Key semakin keras.Zena yan
Baca selengkapnya

Bab 17. Desa Misterius Berpenduduk Aneh

Zena merentangkan badan. Rumah sebagus ini selalu tampil dalam mimpinya. Menyebut rumah ini 'rumah idaman' sepertinya tidak terlalu berlebihan.Keadaan semakin baik karena Zena tinggal seorang diri disana. Ada sih orang lain, nenek penjaga rumah yang tinggal di lantai satu dan tukang bersih-bersih yang tinggal di lantai dua. Zena sendiri memilih salah satu kamar di lantai dua karena memiliki balkon."Biarpun serumah dengan orang asing, mereka takkan menggangguku. Yang satu nenek tua, satunya lagi duda. Sepertinya tuhan sedang baik padaku."Hanya sebentar Zena merasakan kebahagiaan memeluk hati dan tubuhku, bayangan Key terlintas di hatinya.Apa yang Zena lakukan pada pemuda itu sangat jahat. Duh, kamu harus meminta maaf pada Key nanti Zena.Ketukan di pintu terdengar beberapa kali. Zena sedang tertidur pulas saat itu, telinga seperti diketuk beberapa kali oleh nyamuk, membuat Zena ingat kalau hari ini dia akan pekerjaan.Namun be
Baca selengkapnya

Bab 18. Jalan-jalan Di Desa Berhantu

Zena mengikuti Ayu dengan harapan bisa menemukan kebiasaan baru yang tidak pernah dia lihat di desanya.Secara umum memang setiap suku memiliki adat dan tradisi unik mereka masing-masing. Ayu ini keturunan Jawa sama seperti Zena.Gus Karim, terlihat jelas kalau beliau orang Sunda. Beda lagi dengan istrinya yang dari suku Madura."Aku penasaran, apa suku saya pernah punya peraturan seperti ... Membiarkan anak kecil bermain sampai larut malam?"Tekad Zena sudah bulat. Besok Zena akan menelepon Gus Karim untuk menanyakan soal hal ini. Tidak mungkin rasanya Gus Karim meninggalkan Zena di desa yang belum terjamah manusia.Langkah Ayu semakin cepat. Sesekali gadis itu menguap lebar menahan rasa kantuk yang kian menyerang.Mengantuk begitu ingin bermain? Hanya orang bodoh yang akan memercayai alibi sembarang Ayu.Jelas sekali anak ini pergi ke rumah seseorang untuk mengantar barang."Masih jauh ya Yu?"Tidak k
Baca selengkapnya

Bab 19. Tidak Ada Hantu, Hanya Manusia Berhati Iblis

Zena menggeleng pelan. Sampai mati pun Zena takkan menginjakkan kaki di tempat seperti itu.Meskipun nakal, Zena punya kontrol nafsu yang sangat baik, ditambah ilmu agama yang cukup mumpuni. Zena tahu mana yang benar dan salah. Kejadian Ilmi waktu itu murni terjadi karena kecelakaan dan kelengahan Zena."Yakin gak mau Neng? Lumayan loh gajinya. Kerjaan kamu juga cuma mijit-mijit doang kok, sombong banget nih penghuni dapur!" ejek orang itu dengan logat khasnya.Zena menutup telinga. Punggung orang kasar itu sudah menghilang di perempatan. Zena melanjutkan perjalanan hingga ke ujung desa.Menginjakkan kaki di depan gapura selamat jalan, fokus Zena tertumpuk pada penampakan seorang gadis muda yang sedang menjaga dagangan di ujung jalan sana."Pedagang Kaki Lima kah? Tapi disana kan, tidak ada rumah warga."Ada dua keanehan yang dirasakan Zena. Pertama, kenapa ada pedagang kaki lima mangkal di tempat yang sepi. Kedua, kenapa dia bis
Baca selengkapnya

Bab 20 Semua Itu Hanya Mimpi?

Saat Zena tidak ada, orang yang paling merasa kehilangan adalah Key. Empat hari sudah Key memohon-mohon di kaki Gus Karim."Izinkan aku menyusulnya ke sana Gus. Anda tahu kan, Zena tidak melakukan kesalahan apapun."Gus Karim berulang kali menjelaskan kepada Key—kesalahan yang membuat Zena sampai harus diasingkan. Intinya Gus Karim ingin melindungi Zena dengan cara mengasingkannya ke tempat jauh."Tempat itu tidak seburuk kedengarannya Key. Pokoknya Zena aman disitu."Ini ketiga kalinya Key menerima penjelasan itu."Dusta. Aku tidak percaya. Pokoknya aku ingin bertemu Zena!" pekik Key.Gus Karim terkejut sampai menumpahkan kopi di tangannya. Key tidak peduli. Baginya inilah masa-masa cinta pandangan pertama yang paling indah."Saya minta maaf Gus. Saya tahu perasaan saya ini menjurus pada hal yang haram ,tapi saya tetap akan memperjuangkannya. Kalau Gus ingin memisahkan kami, saya akan berontak sekuat tenaga saya!"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status