Semua Bab Dibuang Suami Setelah Menikah: Bab 71 - Bab 80

85 Bab

71 : Terbongkar Semu

Begitu bebas dan berhasil keluar, Dara hanya bisa melangkah dengan gontai dan tangisan pun pecah. Menggigit bibir bawah untuk meredam suara isaknya. Dia malu jika sampai ada yang melihat bersedih, dia malu jika sampai terlihat kacau sendirian dan berjalan di trotoar.Harapannya musnah dan tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Tidak sesuai dengan mimpinya selama ini. Dia tidak tahu jika cinta ternyata sesakit ini.Bencikah Dara pada Raka saat ini? Tidak! Dia hanya butuh waktu untuk sendiri beberapa saat sampai dia bisa kembali tenang dan dia akan tetap mencintai Raka, walau sakit yang dirasa.Tidak mudah bagi Dara melupakan semuanya, tiga tahun kebersamaan mana mungkin dia bisa melenyapkan begitu saja.Banyak hal yang dilalui, banyak hal yang terlewat dan menjadi kenangan kisah mereka. Dara tidak habis pikir jika kedua orang tua Raka seperti itu.*Menyedihkan dan pada akhirnya itulah yang terbongkar. Raka seolah bangga menyebutkan
Baca selengkapnya

72 : Terabaikan

Raka mendelik dengan kasar. "Jika itu keterlaluan, lalu bagaimana dengan kamu yang sampai punya anak, Mas? Apakah itu wajar menurutmu?"Raka kembali mencengkeram rahang Dara. Sakit dan bertambah sakit. Butiran air mata itu luruh membasahi pipi Dara. darah di punggungnya sudah membuat jaket Dara basah tanpa diketahui olehnya juga pria tidak berperasaan itu.Perasaa Raka telah tertutup oleh kebencian tetapi tidak mau melepaskan Dara, entah kenapa hatinya tidak suka jika Dara dekat dengan pria lain. Dia tidak terima jika perempuan itu bahagia bersama dengan laki-laki lain.“Aku jauh lebih baik ketimbang kau, Dara! aku berhubungan dengannya setelah kau menolakku bukan? Artinya kau memang tidak butuh aku! jangan pernah bandingkan kau denganku! Jelas-jelas kita berbeda, wanita busuk!” Raka menampar wajah Dara.Pukulan sebelumnya sudah menimbulkan memar di wajah dara. akan tetapi, pria itu masih terus menambah luka fisik Dara tanpa henti. Tidak adaka
Baca selengkapnya

73 : Ketemu

“Paket! Atas nama Sofi!” teriak kang kurir dengan perasaan geram melihat ke arah kerumunan yang ada di hadapannya.“Itu saya, Mas!” serunya seraya melangkah kaki mendekati pria muda yang tampangnya sangar. Sama sekali tidak pantas berprofesi sebagai kurir tersebut.“Maaf, ya, Mas. Lagi ngegosip,” paparnya dengan tawa cekikikan menutup mulut dowernya.“Memangnya ada apa, Bu?” tanya pria itu kepo.“Itu, Mas. Kayanya ada yang ketahuan selingkuh terus dihajar habis-habisan sama suami,” jelas Sofi.“Kenapa nggak ditolong, Bu?”“Ya ngapain? Orang kaya gitu nggak perlu dibantu. Asal, Mas tahu, ya. Dia itu Cuma guru TK aja tapi angkuh banget, nggak pernah keluar rumah. Nggak pernah sosialisasi dengan para tetangga. Biar aja dia kesakitan,” dengusnya dengan wajah yang menyebalkan.Laki-laki dengan jaket hitam itu memicingkan mata. Dia tidak asing dengan kalimat seorang guru Tk.“Siapa namanya?” Pria itu mengorek informasi kian dalam. Dia hanya sangat penasaran.“Dara. dia wanita aneh, Mas. Ber
Baca selengkapnya

74 : Ravela

“Kamu harus bangun Dara,” gumam Abby.Satu menit, satu jam, bahkan hampir setengah hari belum juga membawa hasil. Abby hanya terus menunggu sampai kursi yang dia duduki terasa panas. Hingga lampu yang ada di atas pintu itu telah padam. Antara senang dan penuh tanya, senang karena penanganan Dara usai dan takut jika lampu itu padam karena terjadi sesuatu dengan gadis itu.Pintu separuh kaca itu terbuka, dokter pun keluar. “Anda kerabatnya?” tanya sang Dokter. Abby bangkit dan mendekati pria yang memiliki rambut separuh memutih.“Iya-iya. Bagaimana kondisinya dokter? Apakah dia baik-baik saja?”Orang lain yang seperti saudara sendiri, orang lain yang seperti suami sendiri. Dara kehilangan satu kasih sayang dari suaminya. Laki-laki yang dia harapkan sejak awal, tetapi dia mendapatkan dua kali lipat kasih sayang dari dua pria yang luar biasa siap memperlakukan Dara dengan baik dan menjadikan gadis itu bak ratu.Dara mungkin saja kehilangan Raka, tetapi dia tidak akan pernah kehilanga dua o
Baca selengkapnya

75 : Penyadap

Kondisi Aaron sudah jauh lebih membaik, pria itu saat ini perjalanan kembali ke kota.[Kamu sudah tiba di rumah?][Dara semua baik-baik saja?][Tolong balas pesanku kalau kamu baik, Dara.]Nyatanya, pria itu tidak mendapatkan kabar sama sekali dari Dara. Padahal, ia sudah meminta gadis itu untuk memberikan kabar padanya ketika Dara tiba di rumah. Namun, nyatanya sampai dua hari berlalu, Dara tidak juga kunjung ada kabar.“Kuharap tidak terjadi sesuatu padamu, Dara,” gumam, Aaron.Mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Dalam benaknya, ia takut terjadi sesuatu pada Dara. Sungguh ketakutan itu menjadi-jadi ketika semua chat yang dia kirimkan tidak dibalas oleh Dara. Bahkan ia menelepon pun tidak juga dijawab. Aaron terus berdoa agar Raka tidak pernah menyakiti Dara. Meskipun tidak tahu banyak tentang Raka, tetapi mendengar kisah Dara membuat Aaron sangat ingin menjauhkan gadis itu dari laki-laki seperti suaminya saat ini."Dara, kamu ke mana? Angkat teleponku," lirih Aaron. Tangannya
Baca selengkapnya

76 : Angkringan?

Aaron terus mendengarnya seraya duduk di kursi dengan melipat tangan, siku yang bertumpu pada lututnya, ia meletakkan ponselnya diatas meja yang ada dihadapannya. Kepalan erat tangan sampai membuat buku-buku tangan terlihat dengan jelas. Dalam keheningan setelah kepergian Raka. Aaron masih terus mendengarkan apa yang bisa dia dengar. Sangat lama, dan lama sekali. Sampai Aaron mendengar suara laki-laki berulang kali memanggil nama Dara. Menggedor pintu layaknya yang dia lakukan tempo hari.Kepanikan kemudian terdengar, suara yang tidak asing di telinganya, tetapi dia lupa di mana pernah bertemu atau mendengar pria pemiliki suara itu."Rumah sakit! Aku yakin, dia membawa Dara ke rumah sakit," gerutu Aaron. Ketika hendak beranjak dia terhenti. "Rumah sakit di kota ini banyak, Aaron. Mana yang dia tuju kamu tidak tahu 'kan?" imbuhnya."Yang terdekat, bego! Cari yang paling dekat terlebih dulu!" katanya lagi.Akhirnya Aaron memutuskan untuk mencari ke rumah sakit yang paling dekat dari lok
Baca selengkapnya

77 : Pencarian

Sudah dua rumah sakit yang didatangi Aaron. Namun, pria itu tidak juga kunjung menemukan keberadaan Dara. Laki-laki itu salah arah, rumah sakit yang di tuju oleh Abby adalah ke Selatan, sedangkan Aaron berkendara menuju ke Utara. Sampai lebaran kambing kawin dengan Trenggiling tidak akan pernah ketemu dan pas.Meski begitu, Aaron tidak akan menyerah sekalipun ia harus seharian berada di jalanan. Aaron memilih untuk memutar kemudinya kembali ke jalanan menuju Selatan dan memulai lagi pencarian yang berpusat pada kediaman Dara. Dengan kata lain, selalu mencari lokasi rumah sakit yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mungil tersebut.“Kamu di mana, Dara? Aku tidak akan pernah maafkan siapapun yang sudah buat kamu celaka,” geramnya.Tidak perlu alasan kenapa dia melakukan ini. Hatinya terus tergerak untuk melakukan apa yang otak dan pikirannya perintahkan. Bukankah memang cinta itu tidak pernah tahu apa alasannya? Mencintai seseorang bukan dengan 'karena'. Cinta tidak pernah ada ala
Baca selengkapnya

78 : Cemburu

Tidak pernah sedikitpun Abby merasa bersalah tentang bagaimana cara dia berkomunikasi dengan Dara. Pria itu ingin tunjukkan bagaimana sikap orang terhadapnya, tidak semua orang yang lembut bisa selalu jujur ataupun memprioritaskan dirinya. Semuanya bisa dibuktikan hanya lewat bagaimana cara seseorang memperlakukan Dara bukan? Sekalipun Abby cenderung bar-bar dan apa adanya, tetapi kembali lagi ditegaskan bahwa kepeduliannya jauh lebih besar, dia bertindak lebih cepat ketimbang hanya sebuah ungkapan belaka."Aku tidak ingin pulang. Aku ingin bebas dan aku ingin berteriak sekuat yang aku bisa. Aku ingin dia pergi selamanya dari kehidupanku, tidak harus mati, tetapi harus pergi. Aku ingin bercerai dengan dia, aku ingin menjalani hidupku tanpa dia," celoteh Dara.Dia mengutarakan keinginannya, kebahagiaan yang dia cari bukan sakit hati yang dijalani sepanjang hari. Boleh bukan jika dia lelah dan berhenti. Dara tahu dan sadar bahwa pernikahan bukanlah sebuah ajang perlombaa
Baca selengkapnya

79 : Aku Serius!

Tanpa diminta Abby menyingkir dari hadapan Dara, dia berpindah posisi. Melangkah memutar untuk berada di sisi lain ranjang gadis itu. Tidak ada ekspresi apa pun yang ditunjukkan Abby pada Aaron. Dia hanya ingin gadis menyebalkan yang ada di hadapannya itu segera sembuh. Meski dia harus menanggung rasa yang sudah biasa dia dapatkan sedari dulu.Sakit, tetapi tidak ada wujudnya. Sakit yang tidak pernah ada darahnya, tetapi rasa itu adalah nyata. Namun, sungguh Abby akan jauh mengesampingkan perasaannya saat ini ketimbang harus melihat gadis itu terkapar layaknya beberapa hari yang lalu di rumah sakit yang sama kemarin.Aaron mendekati gadis itu. Hampir berlarian tanpa menunggu lebih lama ataupun membuang waktu lebih banyak lagi. Aaron memeluk tubuh Dara. Mendekapnya dengan sangat erat, melepaskan rindunya yang sudah menumpuk yang telah menggebu menggerogoti pikiran dan perasaan Aaron.Ia terus memeluk Dara menciumi bahu gadis itu tanpa henti. Memejamkan matanya un
Baca selengkapnya

80 : Tampung?

"Rumahmu? Kenapa harus rumahmu? Aku bahkan bisa menampung dia di rumahku," sengit Aaron. Dia tidak terima Dara berada di rumah pria aneh itu. Pria brutal yang sudah layak disebut dengan preman."Tampung? Kamu kira aku korban apa? Aaron— heh—" Dara lagi-lagi tersenyum kecut. Tidak adakah bahasa yang lebih pas? Lebih halus dari 'tampung?Oke saat ini dia marah, dia cemburu dan kesal karena sikap— pertama Raka, kedua Abby, dan kembali pada Raka lagi, tetapi sungguh Dara tidak pernah merasa bahwa dia korban, yang harus ditampung oleh siapapun.Dia hanya ingin menenangkan dirinya. Dara hanya butuh tempat yang jauh dari kehidupannya dulu. Dara ingin menata kembali hidupnya sebelum melewati lagi masa sulit. Entah seperti apa yang jelas saat ini Dara ingin me-refresh lagi suasana hatinya."Dara bukan maksudku. Tapi kenapa harus dia? Kamu bisa telepon aku bukan? Kamu bisa kembali padaku," sangkal Aaron mencari pembenaran dan pem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status