Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO: Chapter 131 - Chapter 140

190 Chapters

131. Momen Berharga Summer

Sky tertegun menyaksikan Louis dan Summer berpelukan seperti itu. Ia sadar, penyebab utama dari permasalahan ayah dan anak itu adalah dirinya. Kalau saja dulu ia berani untuk mengungkapkan kebenaran, Louis dan Summer tidak akan terpisah begitu lama. Mereka mungkin saja sudah menjadi keluarga yang utuh sejak awal. Usai mengusap air mata di pipinya, Sky pun memeluk Summer dari belakang. "Maafkan Mama juga, Sayang. Mama telah bersikap egois dan tidak berpikir panjang. Kalau saja dulu Mama lebih bijak ...." Suara Sky tersekat. Sembari memejamkan mata lebih rapat, ia memeluk putrinya lebih erat. "Maaf Mama membuatmu tidak bahagia." Dengan gerak yang terbatas, Summer menepuk-nepuk lengan ibunya. "Tidak apa-apa, Mama. Tolong jangan bersedih. Selama ini, hidupku bahagia. Aku bersyukur punya Mama yang sangat sayang kepadaku. Sekarang, karena Paman Louis sudah bersama kita, aku akan lebih bahagia. Hidupku pasti akan terasa lebih lengkap. Tidak ada yang perlu disesali, Mama." "Jadi,
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

132. Cincin Terindah

Dada Sky kini penuh dengan bunga-bunga. Keharuan nyaris jatuh dari pelupuknya. Ia tidak pernah menduga bahwa dirinya juga akan mendapatkan lamaran romantis seperti gadis-gadis lain. Apalagi, orang yang melamarnya adalah Louis! Louis adalah laki-laki dambaannya sejak kecil. Selama ini, ia selalu bermimpi untuk bisa bersama Louis. Kemarin saja, saat Louis mengutarakan perasaan dan niat untuk menikahinya, hatinya sudah melayang ke awan. Apa lagi sekarang? Hatinya bisa sampai ke bulan! "Ya!" sahut Summer, tanpa terduga. Untung saja, Edmund kuat menopang bobotnya. Kalau tidak, kehebohan pasti sudah membuatnya terjatuh dari gendongan. Mendengar suara lucu yang penuh semangat itu, Sky pun menoleh ke arah putrinya. "Sayang, Louis sedang melamar Mama. Kenapa kamu yang menjawab?" Summer terkekeh. "Itu karena Mama sangat lambat! Apa lagi yang Mama pikirkan? Cepat jawab iya! Lutut Paman Louis bisa sakit kalau menekuk terlalu lama, dan jantungku sudah sangat berkeringat. Dadaku bisa gata
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

133. Kapan Kalian Menikah?

"Mama, bagaimana kalau ternyata itu adalah penjahat? Haruskah kita masuk ke rumah sekarang? Kita tidak memegang senjata!" bisik Summer dengan mata bulat yang memancarkan keseriusan. "Tidak, Sayang. Mereka belum tentu orang jahat," sahut Sky sembari mengelus pipi sang balita. "Kita lihat dulu siapa yang datang." "Dan kau tidak perlu takut, Manusia Mungil," sambung Louis dengan nada meyakinkan. "Kau sudah punya aku. Aku pasti melindungimu." "Tapi kamu tidak punya senjata, Paman Louis. Bagaimana caranya kamu melindungiku? Dan juga Mama! Kamu harus melindungi Mama juga, Paman. Dia adalah calon istrimu." Louis terkekeh. "Aku menguasai ilmu bela diri. Jadi, jangan khawatir. Kau dan ibumu aman. Lagi pula," ia melirik ke arah mobil yang sudah terparkir rapi di pekarangan, "kurasa, aku tahu siapa yang datang. Mereka bukan orang jahat." Mata bulat Summer memantulkan cahaya yang berbeda. "Benarkah? Siapa?" Tiba-tiba, segerombolan pria bersetelan hitam turun dari mobil. Mereka lan
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

134. Persiapan Pernikahan

Sky menghampiri Summer. Sambil tersenyum lembut, ia memberinya pengertian, "Itu terlalu cepat, Sayang. Pernikahan itu butuh persiapan. Apalagi, ayahmu adalah laki-laki nomor satu di kotanya. Dia akan sangat malu kalau pernikahannya biasa-biasa saja." "Sebetulnya ...." Louis berdeham. Dengan langkah lambat, ia bergeser ke sisi calon istrinya. "Aku sudah tidak peduli dengan penilaian orang lain terhadapku. Aku merasa bodoh karena selama ini ingin dianggap keren dan sempurna oleh orang-orang yang bahkan tidak kukenal. Aku seharusnya tidak menggantungkan kebahagiaanku kepada siapa pun. Apalagi sekarang," Louis meraih jemari Sky. "Aku sudah punya kau dan Summer. Kalianlah kebahagiaanku. Aku ingin terlihat sempurna dan keren di depan kalian saja." Bukannya terenyuh, Sky malah menaikkan alis. "Kau yakin? Bagaimana kalau orang-orang menganggapmu payah dan tidak keren lagi? Kau tahu? Itu bisa saja terjadi. Sampai detik ini pun, sebagian orang masih berpikir kalau kau bodoh karena memi
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

135. Gaun Pengantin

"Lihatlah! Ini adalah rancangan gaun pengantin yang kubuat untuk ibumu. Apakah kau suka?" Emily menyodorkan tabletnya kepada Summer. Melihat apa yang ditampilkan pada layar, mulut Summer membulat. Louis dan Sky yang memperhatikan ekspresinya dari sofa lain jadi semakin penasaran. "Bagaimana, Sayang? Kau suka?" selidik Sky. Summer mengangguk cepat. "Ya! Mama tidak pernah mengenakan gaun seperti ini. Mama pasti akan sangat cantik. Paman Louis pasti akan semakin cinta dan tidak bisa melirik wanita lain." Mendengar komentar akhir si gadis kecil, semua orang mendengus geli. "Dari mana kau belajar kalimat itu, Summer? Itu tidak sesuai dengan umurmu," celetuk Emily sambil mencubit pipi gembulnya yang lucu. Summer terkekeh ringan. "Aku mendengarnya dari Gerry. Dia bilang Merry sangat cantik sampai-sampai dia tidak bisa melirik wanita lain. Dia bahkan sampai lupa berkedip." "Gerry benar. Ketika seorang pria mencintai wanita, dia tidak akan melirik yang lain. Matanya hanya aka
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

136. Hukuman Pertama dari Summer

Sementara Sky tersenyum kecil, Emily menghela napas panjang. "Baiklah. Aku akan membuatnya sesuai keinginanmu, Calon Pengantin yang Protektif. Gaun tertutup yang melindungi calon istrimu dari angin." Louis mengangguk penuh kemenangan. "Terima kasih, Emily. Kau memang saudara perempuan terbaik!" "Kau hanya punya satu orang saudara perempuan, Louis. Wajar kalau aku yang terbaik," celetuk Emily, nyinyir. Saat itu pula, Cayden masuk ke ruang tamu. Ia baru saja kembali dari mengantar yang lain. "Princess, apakah urusanmu sudah selesai?" "Sudah. Aku bisa pergi ke hotel sekarang," jawab Emily sembari beranjak dari sofa. Summer dengan sigap membantunya berdiri. "Terima kasih atas bantuanmu, Bibi. Maaf kami sudah merepotkanmu," tuturnya manis. "Sama-sama, Summer Sayang. Mari kita lanjutkan persiapannya besok pagi. Malam ini, beristirahatlah. Kamu pasti sudah sangat lelah." "Ya!" angguknya mantap. "Bibi juga. Jangan sampai terlalu letih. Adik-adik bayi harus tetap sehat." Sementara Sum
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

137. Hukuman Kedua dan Ketiga

Summer mengangguk. "Dulu, aku sering merasa kasihan kepada Mama. Setiap pulang dari memandu, Mama harus mengurusku. Setelah aku tidur, Mama masih harus bekerja di depan laptop, menerjemahkan naskah atau membuat buku." "Kalau kau sudah tidur, bagaimana kau bisa tahu?" selidik Louis, agak heran. "Aku tahu karena aku sering terbangun dan melihat Mama duduk di mejanya. Terkadang dia mengurut pelipis. Mungkin untuk menahan rasa kantuk atau pusing. Terkadang dia menangis. Mungkin karena terlalu lelah atau tertekan karena pekerjaannya tidak habis-habis. Makanya badan Mama kurus. Dan karena itu ...." Summer melirik Sky dengan wajah sendu. "Aku memutuskan untuk menjadi anak yang mandiri. Kalau aku bisa mengurus diriku sendiri, Mama tidak akan terlalu letih. Karena itu juga, aku ikut menulis dan meminta tip kepada wisatawan yang baik hati. Kalau aku bisa mendapat uang, beban Mama pasti banyak berkurang." Sky tertegun mendengar pengakuan sang putri. Hatinya terasa hangat sekaligus peri
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

138. Mengendalikan Nafsu

Di dalam kamar, Sky sedang tengkurap di atas kasur. Ia sudah mengenakan piama sekarang, sama seperti dua orang yang duduk bersila di sisi kiri dan kanannya. Mereka bertiga terlihat lucu dengan piama seragam pemberian Emily itu. "Summer, apakah kamu sering memijat ibumu begini?" tanya Louis kepada gadis kecil yang duduk berhadapan dengannya. Sambil terus memijat, Summer menggeleng. "Dulu tidak. Mama jarang punya waktu bersantai. Tapi semenjak kami tinggal di rumah ini, Mama punya lebih banyak waktu senggang. Sesekali aku memijatnya. Mama suka dipijat." Ia melengkungkan bibirnya manis. Louis ikut tersenyum melihat tingkah sang putri. Ia merasa gemas melihat tangan-tangan mungilnya menekan-nekan betis Sky. "Berapa lama biasanya kamu melakukan ini?" tanyanya lagi. "Tergantung. Biasanya, aku baru selesai kalau sudah memijat seluruh badan Mama." Alis Louis sontak naik mendesak dahi. "Seluruh badan?" Sudut bibirnya terdongkrak sedikit. Mengetahui isi pikiran Louis, Sky cepa
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

139. Sedekat Ini

"Louis? Sejak kapan kamu berdiri di situ?" tanya Sky, berbisik. Matanya masih membulat seperti sedang melihat hantu. Louis tersenyum miring. Ia merasa gemas dengan ekspresi calon istrinya itu. "Baru beberapa detik. Kenapa? Apakah ada gumamanmu yang tidak boleh terdengar olehku selain yang baru saja kau sebut?" Bibir Sky mengerucut. "Tidak. Memangnya aku bergumam apa? Aku tidak merasa mengeluarkan suara. Kau pasti salah dengar. Kapan terakhir kau membersihkan telinga?" Senyum Louis berubah kecut. Ia ingat bahwa Sky pernah berencana untuk mengungkapkan perasaannya. Namun kini, mengapa ia malu-malu? Mungkinkah pengalaman lima tahun lalu telah mengubah pemikirannya? Apakah cinta Sky kepadanya telah berkurang? Louis tidak mau kehilangan cintanya sedikit pun. "Aku memang sudah lama tidak membersihkan telinga. Mau melakukannya untukku?" timpal Louis, bercanda. Wajah Sky mengernyit. Pipinya tanpa sadar memerah. Ia ingat dulu mereka pernah saling membersihkan telinga. "Kenapa
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

140. Flashback: Di bawah Langit Berbintang

Beberapa tahun yang lalu, di Sabana Doro Ncanga, Sumbawa, Indonesia .... Sky sedang duduk di atas campervan. Kepalanya mendongak menatap langit. Kedua lengannya mendekap lutut, menjaga diri dari terpaan angin. "Hei, apa yang kau lakukan di situ?" Sky menurunkan pandangan ke arah tangga. Mendapati kehadiran Louis, sudut bibirnya terangkat ringan. "Hei, kenapa kau belum tidur?" Ia bergeser sedikit, memberi tempat untuk Louis. "Seharusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kau tiba-tiba naik ke atas campervan malam-malam begini?" bisik Louis sembari duduk di samping Sky. "Kau tidak bisa tidur?" Sky mengangguk. "Mungkin karena tempat ini terlalu indah, aku merasa rugi kalau tidak menikmatinya dengan maksimal." "Padahal, kita sudah beberapa jam di sini. Kita sudah melihat hamparan rumput kekuningan yang begitu luas, matahari terbenam yang begitu indah, dan langit malam yang begitu cerah. Apa lagi yang mau kau nikmati, Sky? Kau seharusnya beristirahat." Mendapat sentuhan dari
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status