Semua Bab Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO: Bab 151 - Bab 160

190 Bab

151. Papa, Papa, Papa

"Para mempelai ternyata betul-betul tak sabar. Kalau begitu," sang pendeta merentangkan tangan, "mempelai pria, Anda sudah boleh mencium pengantin Anda!" Louis langsung mengecup bibir Sky dalam-dalam. Padahal, Sky belum sempat menarik napas. Alhasil, wajahnya dengan cepat memerah. Melihat pemandangan indah itu, Summer melompat dari kursi. Ia berjoget-joget sebentar, lalu meninju-ninju udara di atas kepalanya. Ia tidak peduli lagi jika mahkota bunganya miring dan hampir lepas. "Woohoo! Mama dan Papa akhirnya menikah! Aku punya Papa sekarang. Aku punya Papa!" Mendengar sorakan manis itu, Louis dan Sky berbagi tawa. Masih dalam posisi berpelukan, mereka berdua menoleh ke arah putri kecil mereka. "Lihatlah, dia sangat bahagia," bisik Sky penuh keharuan. "Ya, aku senang bisa memenuhi keinginannya. Kau tahu? Itu adalah permintaan pertamanya kepadaku," bisik Louis mesra. Sky menyatukan pandang dengan senyum tipisnya. "Permintaan agar kamu menikahiku?" Louis mengangguk. "Tapi se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

152. Keluarga Utuh

Sky melirik Louis dengan senyum penuh makna. Selang keheningan singkat, ia kembali menatap Grace. "Bukan cuma dirimu yang perlu meminta maaf. Aku juga. Maaf aku telah mengacaukan impianmu," Sky menjabat tangan mantan kekasih suaminya itu. Grace mendengus. "Impian apa? Menikah dengan Louis? Itu sudah bukan impianku lagi. Seseorang berkata padaku bahwa di luar sana, pasti ada laki-laki yang lebih tepat untukku." "Itu kata-kataku lagi!" ujar Summer dengan tawa khasnya. "Kau suka sekali mengutip omonganku, Nona Evans. Apakah karena kita sudah menjadi bestie?" Grace mengedikkan sebelah bahu. "Ya, mau bagaimana lagi? Suara melengkingmu terus berdenging di telingaku. Kau memang berbakat membuatku risih." "Jadi," Sky menyela obrolan Grace dengan sang balita, "kau tidak marah kepadaku lagi, kan?" "Tentu saja tidak. Seseorang bilang kalau aku justru harus berterima kasih atas apa yang sudah terjadi. Kalau aku menikah dengan Louis, aku mungkin saja tidak merasakan kebahagiaan dari cinta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

153. Rencana Selanjutnya

Summer sedang tengkurap di atas kasur. Dagunya ditopang dengan kedua tangan, dan kakinya bergerak-gerak seperti perenang. Berapa lama pun ia menatap foto pernikahan di depannya, senyumnya tetap lebar. "Ini indah sekali. Foto terbaik yang pernah kupunya," gumamnya untuk kesekian kali. Mendengar itu, pasangan yang mengenakan piama sama dengannya melangkah masuk. Lengkung bibir mereka juga manis. "Sayang, kau sedang apa?" Menyadari kehadiran mereka, Summer berhenti memperhatikan wajah-wajah di dalam gambar. Ia berguling sedikit, mengangkat sebelah tangan tinggi-tinggi. "Mama, Papa! Apakah kalian sudah selesai dengan urusan orang dewasa kalian?" tanyanya dengan nada riang. Wajah Louis dan Sky sontak berubah tegang. Kecanggungan mewarnai pipi mereka. "Urusan orang dewasa apanya? Kami hanya mengatur jadwal untuk besok pagi hingga seminggu ke depan, Sayang," jawab Sky canggung. "Ya, tapi aku tidak ikutan. Hanya kalian berdua yang menyusunnya. Tanpa anak kecil, itu urus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

154. Pilihan Summer

Louis dan Sky mengangguk kompak. "Di sekolah, kamu bisa belajar bersama teman-teman. Itu terasa lebih menyenangkan. Kamu juga bisa bermain dan mengobrol tentang banyak hal bersama mereka di waktu istirahat," terang Louis, memberi gambaran. "Dan kamu tahu?" bisik Sky, berharap dapat memancing ketertarikan sang putri. "Di sekolah ada banyak fasilitas untuk belajar dan mengembangkan diri. Kamu bisa membaca buku di perpustakaan, bereksperimen di laboratorium, berolahraga di lapangan, bahkan ruang kesenian juga ada. Kamu bisa mencoba banyak hal baru bersama teman-teman baru." Akan tetapi, Summer berkedip-kedip seolah tak tak tertarik. "Apakah aku harus bersekolah?" Harapan Louis agak luntur. Ia berpikir sejenak. "Tidak juga. Papa hanya mau memberimu pilihan, Sayang. Mungkin saja, kau juga mau bersekolah seperti anak-anak kebanyakan. Sekolah itu bisa menjadi sarana untuk kamu mewujudkan cita-cita. Kamu ingin menjadi penulis buku best seller, kan?" "Bolehkah aku belajar mandiri seper
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

155. Tertangkap Basah

"B-bukankah besok kita harus berangkat pagi-pagi, Louis? Apakah tidak masalah kalau kita melakukannya sekarang?" tanya Sky kaku. Padahal, ia sudah berusaha untuk menekan kegugupannya. Akan tetapi, sarafnya tetap saja tegang. Melihat gelagat lucu Sky, Louis tersenyum simpul. "Masalah bagaimana? Bukankah kau bilang tidak takut padaku? Kau juga mengaku tidak keberatan kalau kita melakukan hal itu. Atau jangan-jangan ...." Ekspresi Louis mendadak berubah serius. Matanya yang bulat membuat Sky semakin terpaku. "Jangan-jangan apa?" "Kau berkata begitu hanya untuk menyenangkan hatiku? Kau sebetulnya takut padaku?" Sky ternganga. Tangannya bergerak-gerak, melambai dengan cepat. "Tidak. Bukan begitu. Aku tidak takut padamu. Hanya saja ...." Bola matanya kembali bergerak-gerak ragu. Wajahnya agak tertunduk. "Kau sudah banyak menunda pekerjaan akhir-akhir ini. Mungkin, kau ingin beristirahat saja malam ini agar besok kau tetap fit dan bisa lebih fokus." "Kalau kita tidak melakukannya mal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

156. Hasrat yang Tertunda

Demi mengatasi kecanggungan, Sky melepas tawa. "Mama hanya sedang menahan geli, Sayang, bukan kesakitan. Kamu sudah salah paham." "Begitukah?" Summer masih tidak percaya. "Ya. Lagi pula, mana mungkin Papa-mu mengganggu Mama? Mama adalah istrinya, dan dia sangat menyayangi Mama. Karena itulah, dia membantu Mama tadi," Sky mengangguk-angguk, berharap sang putri menirunya. Akan tetapi, gadis kecil itu hanya mematung. Lirikan matanya masih tajam ke arah Louis. "Kalau begitu, kenapa Mama mendorong Papa sampai terjatuh dari sofa? Mama terlihat seperti sedang membalas dendam." Sky kembali tercengang. Selang satu kedipan, barulah akal sehatnya kembali lancar. "Dari mana kamu mempelajari kata itu, Sayang? Dendam bukankah sesuatu yang baik." "Lalu, kenapa Mama mendorong Papa begitu keras?" Bibir Summer menguncup. "Itu terlihat seperti pembalasan dendam bagiku." "Itu karena ...." Sky melirik Louis, mencari petunjuk untuk kebohongan lain. "Mama terkejut saat melihatmu. Di pik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

157. Insting Pengantin Baru

Sky mengernyitkan alis. Ia masih ingin tidur, tetapi tangan-tangan usil terus mengganggunya. "Summer," gumamnya tak jelas. Kepalanya bergerak sedikit, mencoba menghindar dari sentuhan yang menggelitik wajahnya. Bukannya berhenti, sentuhan tersebut malah merambat ke lehernya. Jemari yang semula hanya bermain di atas piamanya kini malah menelusup ke dalam. "Summer, jangan ganggu Mama," bisiknya lirih. "Summer?" Sky menepis apa yang menggelitik dadanya. Mendapati tangan orang dewasa, ia terkesiap. "Louis?" Ia berkedip-kedip menatap pelakunya. Sang suami tersenyum manis. Raut wajahnya lugu seperti tak kenal dosa. "Selamat pagi, Istriku. Apakah tidurmu nyenyak? Maaf aku membangunkanmu. Aku sebetulnya sudah mencoba untuk menahan diri. Tapi ternyata, hatiku tidak bisa dikendalikan. Aku terlalu bahagia memiliki istri secantik bidadari." Sky tertegun. Pujian dari Louis memang terkesan berlebihan. Namun, pipinya tetap saja memerah. Apalagi, masih ada jemari bermain-main di ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

158. Proses Penyatuan

"Tidak, Sayang. Papa-mu bukan memegang bagian pribadi Mama," tutur Sky, mencoba mengelak. Sambil mengernyitkan alis, ia memaksa otaknya untuk bekerja lebih cepat. "Perut Mama sempat sakit saat bangun tidur. Jadi Papa mencoba mengobatinya dengan menggosok-gosoknya. Kamu ingat waktu kamu sakit perut dulu? Kamu sembuh karena Mama menggosok-gosok perutmu, kan?" Alih-alih percaya, Summer malah memicingkan mata. "Kenapa Mama tidak mau mengaku? Apakah Mama malu?" "Tidak—" "Jangan berbohong padaku, Mama," sela Summer dengan gaya bicara seperti orang dewasa. "Aku melihatnya dengan jelas. Tangan Papa keluar dari celana Mama. Mama sebaiknya jujur padaku. Kalau tidak, aku terpaksa melaporkan hal ini kepada Nenek dan Kakek. Biar mereka yang menyelesaikan masalah ini." Mendapat ancaman semacam itu, mata Sky membulat. Sambil menggeleng, ia menangkup pipi putrinya. "Tidak, Sayang. Tidak ada yang perlu kamu laporkan. Itu bukanlah masalah," ujarnya, memberi pengertian. Akan tetapi, ekspre
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

159. Summer Harper

Setibanya di kediaman keluarga Harper, Summer terbelalak maksimal. Beberapa orang pelayan telah berbaris di sisi pintu utama. Beberapa dari mereka memegang kotak yang mengundang rasa penasaran sang balita. "Wow! Apa itu, Papa? Mereka seperti pegawai hotel yang bersiap menyambut rombongan wisatawan!" seru Summer dengan suara melengkingnya yang menggemaskan. Louis ikut mengintip ke luar jendela mobil. Melihat para pelayan sedang melaksanakan tugas darinya, senyumnya mengembang. "Kamu memang akan segera disambut, Manusia Mungil," bisiknya sembari mengusap pundak sang putri. "Tunggulah sebentar. Begitu kita turun nanti, kamu akan merasakannya." "Oh, aku jadi semakin tidak sabar. Ayo ngebut, Pak Sopir!" Ia menepuk-nepuk jok depan. Sky langsung mengernyitkan dahi. "Ngebut bagaimana, Sayang? Kita sudah hampir tiba." Summer terkikik geli. Saat mobil berhenti dua detik kemudian, ia langsung mendahului kedua orang tuanya, berlari menemui para pelayan yang berbaris rapi. "Sela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

160. Kamar Terbaik untuk Summer

"Kupikir kamarku ada di lantai atas. Ternyata tidak?" gumam Summer sambil berjalan di sisi sang ayah. Louis melirik putri kecilnya dengan senyum tipis. "Apakah kamu kecewa?" "Tidak," geleng Summer cepat. "Di lantai dasar justru lebih bagus. Aku bisa ke mana-mana lebih cepat tanpa takut terjatuh." Setuju dengan pemikiran sang putri, Sky mengelus rambutnya. "Kau bijak sekali, Sayang. Tapi, meskipun tidak melewati tangga, kamu harus tetap berhati-hati, hmm?" "Oke, Mama. Aku akan selalu memperhatikan langkahku. Jangan khawatir. Oh?" Summer tiba-tiba berlari. Ia berhenti di depan dinding lorong yang penuh dengan gambar hewan. "Kenapa bisa ada Otter di sini? Toby juga! Dan ini ...." Summer bergeser ke kanan tiga langkah. "Dia mirip Canis, anjing yang Mama pelihara di rumah hutan dulu! Lalu ini Felis, si kucing pemalas. Oh, Gusi dan Gigi juga ada!" Ia memegangi gambar angsa yang sejajar dengan tingginya. "Kau mengenali mereka?" tanya Louis dengan nada tak percaya. "Bukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status