Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / 160. Kamar Terbaik untuk Summer

Share

160. Kamar Terbaik untuk Summer

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-12-01 16:52:34
"Kupikir kamarku ada di lantai atas. Ternyata tidak?" gumam Summer sambil berjalan di sisi sang ayah.

Louis melirik putri kecilnya dengan senyum tipis. "Apakah kamu kecewa?"

"Tidak," geleng Summer cepat. "Di lantai dasar justru lebih bagus. Aku bisa ke mana-mana lebih cepat tanpa takut terjatuh."

Setuju dengan pemikiran sang putri, Sky mengelus rambutnya. "Kau bijak sekali, Sayang. Tapi, meskipun tidak melewati tangga, kamu harus tetap berhati-hati, hmm?"

"Oke, Mama. Aku akan selalu memperhatikan langkahku. Jangan khawatir. Oh?"

Summer tiba-tiba berlari. Ia berhenti di depan dinding lorong yang penuh dengan gambar hewan.

"Kenapa bisa ada Otter di sini? Toby juga! Dan ini ...."

Summer bergeser ke kanan tiga langkah. "Dia mirip Canis, anjing yang Mama pelihara di rumah hutan dulu! Lalu ini Felis, si kucing pemalas. Oh, Gusi dan Gigi juga ada!" Ia memegangi gambar angsa yang sejajar dengan tingginya.

"Kau mengenali mereka?" tanya Louis dengan nada tak percaya. "Bukan
Pixie

Hayoo .... Ada atau enggak nih Papoy di dalam situ?

| 7
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
wkwkwkwkkwk nah loh bagaimana itu si papoy
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
haaahaaq syangku summer
goodnovel comment avatar
Rosi Mauliana
hahahaha mampuss lah Louis. bahkan sampai dikasih nama wakakak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   161. Sarang Papoy

    "Ayo, Papa, Mama!" Summer berlari ke pekarangan belakang sambil menarik tangan ayah dan ibunya. "Mumpung Bibi Emily dan yang lain tiba, kita harus sudah memeriksa sarang Papoy! Kalau tidak, nanti mereka curiga!" bisiknya kemudian, tak kalah antusias. Merasakan semangat Summer yang begitu membara, Louis dan Sky bertukar pandang. "Apakah burungnya sudah ada?" tanya Sky tanpa suara. Louis mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu," ia juga hanya menggerakkan mulutnya. "Lalu bagaimana?" Tiba-tiba, Summer menghentikan langkah. Ia berbalik menghadap orang tuanya, berbisik, "Papa, di sebelah mana sarangnya?" Louis berkedip-kedip sambil memasang senyum lebar. Sejujurnya, ia sendiri tidak tahu itu di mana. "Di mana, ya?" Ia melipat tangan di belakang pinggang. Setelah memicingkan mata sesaaat, ia menggeleng samar. "Maaf, Sayang. Papa tidak bisa memberitahumu. Itu rahasia. Kau harus menemukan sendiri sarangnya." Bibir Summer mengerucut. Alisnya berkerut. "Apakah Papa ingin meng

    Last Updated : 2024-12-02
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   162. Mengintai Papoy

    Summer terkikik saat Louis menggendongnya. Rumah burung itu ternyata cukup tinggi. Ia masih terlalu pendek untuk mengintai ke dalamnya. "Kurasa aku harus lebih rajin meminum susu supaya cepat tinggi. Aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain untuk melihat Papoy," gelengnya lucu. "Tenang, Sayang. Papa bisa menyediakan tangga untukmu nanti. Sekarang diamlah. Kalau kamu berisik, nanti Papoy kabur," bisik Louis. Summer spontan menutup mulut dengan sebelah tangan. Namun kemudian, ia berbisik, "Melangkahlah dengan hati-hati, Papa. Jangan sampai menginjak ranting pohon. Aku pernah melakukannya. Suaranya cukup kencang." Louis mengangguk. Ia mulai berjalan mengendap-endap. Sky yang mengekor, tertawa geli di belakang mereka. Ia tidak menduga bahwa Louis juga pandai berakting di depan sang putri. "Mama, jangan berisik," omel Summer sambil melirik sinis. Sky cepat-cepat menggigit bibir dan mengangkat sebelah tangan. "Oke. Maaf, Sayang." Namun, setibanya di depan rumah burun

    Last Updated : 2024-12-03
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   163. Bertemu Wartawan

    "Summer, begitu kita tiba di kantor nanti, kamu harus langsung mengenakan ini, mengerti?" ujar Louis seraya menyerahkan sebuah kacamata hitam ke tangan sang putri. Melihat benda tersebut, alis Summer berkerut. "Untuk apa ini, Papa? Bukankah dunia menjadi lebih gelap kalau kita memakai ini? Apakah karena aku sudah menjadi bagian dari keluarga Harper? Ini adalah ciri khas kalian? Aku sering melihat Bibi Emily memakainya." Louis tersenyum miring. "Nanti kau akan tahu. Sekarang kita sudah mau sampai. Kau sudah boleh memakainya." Di sisi Summer yang lain, Sky telah mengenakan kacamata hitam. Penampilannya berbeda hari ini. Ia tidak lagi mengenakan sweater dan jumpsuit, melainkan blus cantik dan celana panjang. "Ayo, Sayang. Cepat pakai kacamata hitammu," ujar Sky lembut. Melihat kedua orang tuanya telah mengenakan kacamata hitam, Summer pun menurut. Kemudian, sambil berkedip-kedip, ia melihat pemandangan di sekitarnya. Ia merasa berada di dunia yang berbeda. Tak lama kemudia

    Last Updated : 2024-12-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   164. Itu Namanya Proses

    Mendengar pertanyaan seserius itu, senyum Sky menciut. Ia melirik Louis, memeriksa reaksinya. Ternyata, Louis juga meliriknya. Guratan kekhawatiran serupa terukir di wajahnya. Mereka sama-sama sepakat bahwa pertanyaan tersebut terlalu berat untuk Summer. Sky pun meraih pundak sang putri, berbisik, "Sayang, kamu tidak perlu menjawab—" "Kurasa," Summer sudah telanjur buka suara, "terlalu cepat untuk kita membicarakan tentang itu sekarang." Semua orang tersentak. Tidak ada yang menduga bahwa jawaban sang balita akan sangat bijak. "Anak-anak di keluarga Harper bukan cuma aku. Sebentar lagi, Bibi Emily akan melahirkan tiga orang adik bayi. Mama dan Papa juga akan memberiku seorang adik. Paman Russell, Paman Orion, dan Bibi Briony bahkan belum menikah. Kalau mereka sudah punya pasangan, mereka pasti akan memiliki anak-anak. Karena itu ...." Summer menarik napas dalam-dalam, bersiap melanjutkan penjelasan. "Perusahaan Savior belum tentu diwariskan kepadaku. Aku memang anak tertu

    Last Updated : 2024-12-05
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   165. Ruang untuk Summer

    "Papa, apakah tadi aku keren?" tanya Summer saat ia dan kedua orang tuanya berjalan menuju lift. Melihat senyum manis sang balita, sudut bibir Louis ikut naik. "Ya, kamu sangat keren, Summer. Caramu menjawab setiap pertanyaan sangat profesional. Papa bahkan sempat berpikir kalau kamu sudah dewasa." "Mama juga," angguk Sky ringan. "Kamu terdengar sangat bijak dan cerdas. Kalau mereka tidak melihatmu, wartawan-wartawan itu pasti tidak akan percaya kalau kamu masih berumur empat tahun." Mendapat pujian sehangat itu, Summer terkekeh. "Kalau begitu, tidak sia-sia aku berlatih kemarin." Alis Sky terangkat sedikit. "Kamu sempat berlatih? Kapan?" "Kemarin sore. Setelah aku bosan mengintai Papoy, aku mencari video tentang bagaimana caranya menjawab pertanyaan dari wartawan di depan publik. Pembicara dalam video itu memberikan beberapa tips, lalu aku mempraktikkannya di depan cermin," ungkap Summer dengan nada bangga. Merasa gemas, Sky menggusap kepala sang balita. "Kamu memang

    Last Updated : 2024-12-06
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   166. Butuh Konsentrasi

    Louis mengelus rambut ikal Sky yang terkuncir rapi. Sorot matanya lembut. Meskipun ia belum bicara lagi, kasih sayangnya terungkap begitu nyata. "Kau juga sudah menjadi bagian dari keluarga Harper, Sky. Tentu saja kamu berhak mendapat ruangan," bisiknya mesra. Bibir Sky melengkung tipis. Hatinya dipenuhi keharuan yang menghangatkan. "Pekerjaanku hanya menulis atau menerjemahkan buku, Louis. Itu tidak butuh banyak ruang. Aku bisa bekerja dari ruanganmu atau ruangan Summer." Mata Louis menyipit. "Apakah hanya itu? Kamu tidak berencana melakukan sesuatu yang lain?" Kepala Sky terdesak mundur. Pelupuk matanya ikut turun. "Sesuatu yang lain?" Lengkung bibir Louis berubah kecut. Sambil tertunduk, ia meraih tangan Sky, menggenggamnya lembut. "Aku sadar, kehadiran Summer telah menyita banyak kebebasanmu. Apalagi, kamu mengurusnya seorang diri. Kamu memegang peranan bukan hanya sebagai seorang ibu, tapi ayah juga. Karena itu ...." Louis menghela napas berat. Penyesalan yang tel

    Last Updated : 2024-12-08
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   167. River Young

    Selama beberapa detik, Summer dan anak laki-laki itu bertatapan. Summer tidak pernah melihat wajah tampan yang manis itu sebelumnya. Namun, penampilannya yang rapi membuatnya terkesan familiar. Dengan jas biru dan celana panjang, anak laki-laki itu terlihat seperti pebisnis andal. "Kenapa bisa ada anak kecil di sini? Apakah kamu tersesat?" tanya Summer dengan kepala condong ke kiri. Bocah laki-laki itu tersentak. Ia terlihat lebih lucu dengan mata yang bulat. "Apakah aku tidak salah dengar? Kamu menyebutku anak kecil? Apakah kamu tidak sadar kalau kamu juga masih kecil? Kamu bahkan lebih muda dariku." Alis Summer tertaut. Bibirnya menguncup. "Kupikir, hanya aku anak kecil yang ada di kantor ini. Aku tidak pernah dengar ada anak lain di sini. Karena itulah, aku menduga kalau kau tersesat." "Aku tidak tersesat." Anak laki-laki itu melangkah maju. Ia berhenti dua langkah dari Summer. "Bukankah kamu Summer Harper?" tanyanya lantang. Summer terbelalak. "Dari mana kamu tahu n

    Last Updated : 2024-12-08
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   168. Teman Baru

    "Papa, Mama, kenapa kalian tertawa?" Summer mengguncang kaki kedua orang tuanya. "Ini sama sekali tidak lucu. Ini masalah serius! Kalian harus menyelamatkan aku. Aku belum mau menikah," rengeknga kemudian. Mendengar kekhawatiran sang balita, Sky mengelus rambutnya. "Sayang, tenanglah. Kamu dan River masih kecil. Mana mungkin kalian menikah dalam waktu dekat?" "Tapi River terdengar yakin sekali. Dia bahkan menyebutku calon istrinya," Summer melirik si bocah laki-laki dengan perasaan sebal. Sambil meredam sisa tawa, Louis menggosok pundak putrinya. "Sayang, Mama benar. Kalian masih terlalu kecil untuk menikah. Apakah kamu juga berpikir begitu, River?" Louis mengalihkan pandangan ke arah sang bocah. "Kamu tidak mungkin menikahi Summer dalam waktu dekat, kan?" Sebelah pipi River menggembung. Matanya menyipit, mengamati Summer. "Setelah kupikir-pikir, ya. Aku dan Summer masih terlalu muda untuk menikah. Kalaupun kami berjodoh, butuh beberapa tahun lagi untuk kami bisa mela

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status