Share

162. Mengintai Papoy

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-12-03 18:36:46
Summer terkikik saat Louis menggendongnya. Rumah burung itu ternyata cukup tinggi. Ia masih terlalu pendek untuk mengintai ke dalamnya.

"Kurasa aku harus lebih rajin meminum susu supaya cepat tinggi. Aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain untuk melihat Papoy," gelengnya lucu.

"Tenang, Sayang. Papa bisa menyediakan tangga untukmu nanti. Sekarang diamlah. Kalau kamu berisik, nanti Papoy kabur," bisik Louis.

Summer spontan menutup mulut dengan sebelah tangan. Namun kemudian, ia berbisik, "Melangkahlah dengan hati-hati, Papa. Jangan sampai menginjak ranting pohon. Aku pernah melakukannya. Suaranya cukup kencang."

Louis mengangguk. Ia mulai berjalan mengendap-endap. Sky yang mengekor, tertawa geli di belakang mereka. Ia tidak menduga bahwa Louis juga pandai berakting di depan sang putri.

"Mama, jangan berisik," omel Summer sambil melirik sinis.

Sky cepat-cepat menggigit bibir dan mengangkat sebelah tangan. "Oke. Maaf, Sayang."

Namun, setibanya di depan rumah burun
Pixie

Kira-kira, besok Summer bakal gimana ya di depan wartawan? Apakah sekeren Papa-nya dulu? Bos kecil Savior niiih. Dan apa yang bakal ditanyakan wartawan kepada Summer? Tunggu bab selanjutnya. Terima kasih sudah membaca.

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
pasti lucuuuu can't wait kk
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
wah ga sabar nunggu papoy dan summer hehehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   163. Bertemu Wartawan

    "Summer, begitu kita tiba di kantor nanti, kamu harus langsung mengenakan ini, mengerti?" ujar Louis seraya menyerahkan sebuah kacamata hitam ke tangan sang putri. Melihat benda tersebut, alis Summer berkerut. "Untuk apa ini, Papa? Bukankah dunia menjadi lebih gelap kalau kita memakai ini? Apakah karena aku sudah menjadi bagian dari keluarga Harper? Ini adalah ciri khas kalian? Aku sering melihat Bibi Emily memakainya." Louis tersenyum miring. "Nanti kau akan tahu. Sekarang kita sudah mau sampai. Kau sudah boleh memakainya." Di sisi Summer yang lain, Sky telah mengenakan kacamata hitam. Penampilannya berbeda hari ini. Ia tidak lagi mengenakan sweater dan jumpsuit, melainkan blus cantik dan celana panjang. "Ayo, Sayang. Cepat pakai kacamata hitammu," ujar Sky lembut. Melihat kedua orang tuanya telah mengenakan kacamata hitam, Summer pun menurut. Kemudian, sambil berkedip-kedip, ia melihat pemandangan di sekitarnya. Ia merasa berada di dunia yang berbeda. Tak lama kemudia

    Last Updated : 2024-12-04
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   164. Itu Namanya Proses

    Mendengar pertanyaan seserius itu, senyum Sky menciut. Ia melirik Louis, memeriksa reaksinya. Ternyata, Louis juga meliriknya. Guratan kekhawatiran serupa terukir di wajahnya. Mereka sama-sama sepakat bahwa pertanyaan tersebut terlalu berat untuk Summer. Sky pun meraih pundak sang putri, berbisik, "Sayang, kamu tidak perlu menjawab—" "Kurasa," Summer sudah telanjur buka suara, "terlalu cepat untuk kita membicarakan tentang itu sekarang." Semua orang tersentak. Tidak ada yang menduga bahwa jawaban sang balita akan sangat bijak. "Anak-anak di keluarga Harper bukan cuma aku. Sebentar lagi, Bibi Emily akan melahirkan tiga orang adik bayi. Mama dan Papa juga akan memberiku seorang adik. Paman Russell, Paman Orion, dan Bibi Briony bahkan belum menikah. Kalau mereka sudah punya pasangan, mereka pasti akan memiliki anak-anak. Karena itu ...." Summer menarik napas dalam-dalam, bersiap melanjutkan penjelasan. "Perusahaan Savior belum tentu diwariskan kepadaku. Aku memang anak tertu

    Last Updated : 2024-12-05
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   165. Ruang untuk Summer

    "Papa, apakah tadi aku keren?" tanya Summer saat ia dan kedua orang tuanya berjalan menuju lift. Melihat senyum manis sang balita, sudut bibir Louis ikut naik. "Ya, kamu sangat keren, Summer. Caramu menjawab setiap pertanyaan sangat profesional. Papa bahkan sempat berpikir kalau kamu sudah dewasa." "Mama juga," angguk Sky ringan. "Kamu terdengar sangat bijak dan cerdas. Kalau mereka tidak melihatmu, wartawan-wartawan itu pasti tidak akan percaya kalau kamu masih berumur empat tahun." Mendapat pujian sehangat itu, Summer terkekeh. "Kalau begitu, tidak sia-sia aku berlatih kemarin." Alis Sky terangkat sedikit. "Kamu sempat berlatih? Kapan?" "Kemarin sore. Setelah aku bosan mengintai Papoy, aku mencari video tentang bagaimana caranya menjawab pertanyaan dari wartawan di depan publik. Pembicara dalam video itu memberikan beberapa tips, lalu aku mempraktikkannya di depan cermin," ungkap Summer dengan nada bangga. Merasa gemas, Sky menggusap kepala sang balita. "Kamu memang

    Last Updated : 2024-12-06
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   166. Butuh Konsentrasi

    Louis mengelus rambut ikal Sky yang terkuncir rapi. Sorot matanya lembut. Meskipun ia belum bicara lagi, kasih sayangnya terungkap begitu nyata. "Kau juga sudah menjadi bagian dari keluarga Harper, Sky. Tentu saja kamu berhak mendapat ruangan," bisiknya mesra. Bibir Sky melengkung tipis. Hatinya dipenuhi keharuan yang menghangatkan. "Pekerjaanku hanya menulis atau menerjemahkan buku, Louis. Itu tidak butuh banyak ruang. Aku bisa bekerja dari ruanganmu atau ruangan Summer." Mata Louis menyipit. "Apakah hanya itu? Kamu tidak berencana melakukan sesuatu yang lain?" Kepala Sky terdesak mundur. Pelupuk matanya ikut turun. "Sesuatu yang lain?" Lengkung bibir Louis berubah kecut. Sambil tertunduk, ia meraih tangan Sky, menggenggamnya lembut. "Aku sadar, kehadiran Summer telah menyita banyak kebebasanmu. Apalagi, kamu mengurusnya seorang diri. Kamu memegang peranan bukan hanya sebagai seorang ibu, tapi ayah juga. Karena itu ...." Louis menghela napas berat. Penyesalan yang tel

    Last Updated : 2024-12-08
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   167. River Young

    Selama beberapa detik, Summer dan anak laki-laki itu bertatapan. Summer tidak pernah melihat wajah tampan yang manis itu sebelumnya. Namun, penampilannya yang rapi membuatnya terkesan familiar. Dengan jas biru dan celana panjang, anak laki-laki itu terlihat seperti pebisnis andal. "Kenapa bisa ada anak kecil di sini? Apakah kamu tersesat?" tanya Summer dengan kepala condong ke kiri. Bocah laki-laki itu tersentak. Ia terlihat lebih lucu dengan mata yang bulat. "Apakah aku tidak salah dengar? Kamu menyebutku anak kecil? Apakah kamu tidak sadar kalau kamu juga masih kecil? Kamu bahkan lebih muda dariku." Alis Summer tertaut. Bibirnya menguncup. "Kupikir, hanya aku anak kecil yang ada di kantor ini. Aku tidak pernah dengar ada anak lain di sini. Karena itulah, aku menduga kalau kau tersesat." "Aku tidak tersesat." Anak laki-laki itu melangkah maju. Ia berhenti dua langkah dari Summer. "Bukankah kamu Summer Harper?" tanyanya lantang. Summer terbelalak. "Dari mana kamu tahu n

    Last Updated : 2024-12-08
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   168. Teman Baru

    "Papa, Mama, kenapa kalian tertawa?" Summer mengguncang kaki kedua orang tuanya. "Ini sama sekali tidak lucu. Ini masalah serius! Kalian harus menyelamatkan aku. Aku belum mau menikah," rengeknga kemudian. Mendengar kekhawatiran sang balita, Sky mengelus rambutnya. "Sayang, tenanglah. Kamu dan River masih kecil. Mana mungkin kalian menikah dalam waktu dekat?" "Tapi River terdengar yakin sekali. Dia bahkan menyebutku calon istrinya," Summer melirik si bocah laki-laki dengan perasaan sebal. Sambil meredam sisa tawa, Louis menggosok pundak putrinya. "Sayang, Mama benar. Kalian masih terlalu kecil untuk menikah. Apakah kamu juga berpikir begitu, River?" Louis mengalihkan pandangan ke arah sang bocah. "Kamu tidak mungkin menikahi Summer dalam waktu dekat, kan?" Sebelah pipi River menggembung. Matanya menyipit, mengamati Summer. "Setelah kupikir-pikir, ya. Aku dan Summer masih terlalu muda untuk menikah. Kalaupun kami berjodoh, butuh beberapa tahun lagi untuk kami bisa mela

    Last Updated : 2024-12-09
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   169. Rencana Summer dan River

    Di ruang eksplorasi, suasana begitu hening. Summer fokus dengan buku jurnalnya, sedangkan River fokus dengan buku cerita yang Summer pinjamkan kepadanya. Sesekali, Summer bersenandung kecil. Sesekali, River terkikik. Meski demikian, tidak ada interaksi yang mereka lakukan hingga akhirnya, River menutup buku yang sudah selesai ia baca. "Summer, apakah kamu sudah selesai?" tanya River sembari memajukan kepala, memeriksa apa yang Summer tulis. Summer menggeleng. "Belum. Aku tinggal menulis beberapa hal lagi. Apakah kau sudah selesai membaca bukuku?" River mengangguk. "Ya, ini buku yang sangat bagus. Aku tidak percaya kalau kau bilang bukumu tidak laku. Menurutku, bukumu layak dipajang di rak best seller. Petualanganmu sangat seru dan lucu. Benarkah bulu domba kesayanganmu itu keriting?" "Semua domba berbulu keriting, River. Hanya saja, domba yang kuceritakan itu punya bulu yang paling keriting dan panjang. Beberapa helainya menjuntai di depan wajah sehingga terlihat seperti ram

    Last Updated : 2024-12-10
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   170. Summer Mau Sekolah

    "Rencana apa, Sayang?" selidik Sky sambil merapikan rambut sang balita. Langkah kakinya santai di sisi Louis. "River bilang kalau sekolah itu seru, Mama. Karena itu, dia mengajakku untuk ikut dia bersekolah," terang Summer antusias. "Apakah kamu menerima ajakannya?" Louis berpura-pura tidak tahu. Mata Summer berkilat lebih terang. "Itulah rencana yang kami buat! Aku mau mencoba untuk bersekolah bersamanya selama beberapa hari. Kalau aku betah, mungkin aku akan terus bersekolah. Kalau tidak, aku akan kembali ke rencana awal. Apakah Papa dan Mama mengizinkan?" Louis mengulum senyum. "Tentu saja mengizinkan." Namun ternyata, Summer menangkap kegembiraannya. Ia terkekeh, "Papa pasti senang dengan keputusanku." "Apa pun keputusanmu, Papa tetap senang, Sayang. Yang terpenting adalah kamu bahagia," Louis mengecup pipi gembul putrinya. "Bagaimana dengan Mama? Apakah Mama juga senang dengan keputusanku?" Summer tersenyum manis kepada sang ibu. Sky ikut terpanggil untuk memb

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   228. Kehebohan di Taman

    Emily hanya bisa mengangguk. Sambil menggenggam tangan Sky, ia menggigit bibir. Summer dan River pun berhenti bercanda. Mereka menghampiri Emily. "Ada apa, Bibi?" tanya mereka kompak. "Dia mengalami kontraksi lagi," sahut Sky pelan. Wajah Summer berubah sendu. Ia berjongkok di dekat kaki Emily. "Apakah ini bisa membuat Bibi lebih baik?" tanyanya seraya memijat. Di sisi Emily yang lain, River melakukan hal yang sama. "Mungkin para bayi merasa gerah akibat senam tadi. Jadi, mereka meronta. Perut Bibi jadi berkontraksi?" "Kalau begitu, Bibi jangan melanjutkan senam lagi," simpul Summer tegas. "Istirahat saja di sini. Anggap kita sedang piknik. Mama, kita membawa bekal, kan? Bagaimana kalau kita membentang karpet dan mulai menata? Begitu Bibi selesai kontraksi, dia bisa menikmati makanan dan minuman yang kita siapkan." Sky mengangguk kecil. "Terima kasih, Sayang. Idemu brilian sekali." "Kalau begitu, River, ayo kita ke mobil!" ajak Summer, penuh semangat. Akan tetapi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   227. Perhatikan Aku

    "Yuck! Itu sangat menjijikkan! Kenapa kalian menginjaknya? Apakah kalian tidak tahu bahwa itu kotoran penguin?" tanya River, tak habis pikir. "Itulah rute yang harus kami lalui kalau mau mengelilingi pulau," Sky mengedikkan bahu. "Kalau kalian berkunjung ke sana nanti, kalian juga akan melewatinya," ujar Louis dengan nada menakut-nakuti. Summer mengerucutkan bibir. "Kalau begini, kita harus menggencarkan kampanye perubahan iklim. Saat kita ke sana nanti, kuharap es dan salju sudah menebal lagi. Dengan begitu, para penguin punya lebih banyak tempat untuk membuang kotoran. Tidak perlu menumpuk di satu pulau!" "Apakah tidak ada rute yang aman dari kotoran? Itu sangat licin dan lengket. Bisa berbahaya kalau kita terpeleset di sana. Aku tidak bisa membayangkan betapa kotor dan bau baju kita," gumam River, was-was. "Tenang, River," Summer memegangi pundaknya lagi. "Kita bisa membeli sepatu roda dan berlatih keseimbangan setelah ini. Jadi, begitu kita ke sana nanti, kita tidak ak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status