Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO: Chapter 161 - Chapter 170

190 Chapters

161. Sarang Papoy

"Ayo, Papa, Mama!" Summer berlari ke pekarangan belakang sambil menarik tangan ayah dan ibunya. "Mumpung Bibi Emily dan yang lain tiba, kita harus sudah memeriksa sarang Papoy! Kalau tidak, nanti mereka curiga!" bisiknya kemudian, tak kalah antusias. Merasakan semangat Summer yang begitu membara, Louis dan Sky bertukar pandang. "Apakah burungnya sudah ada?" tanya Sky tanpa suara. Louis mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu," ia juga hanya menggerakkan mulutnya. "Lalu bagaimana?" Tiba-tiba, Summer menghentikan langkah. Ia berbalik menghadap orang tuanya, berbisik, "Papa, di sebelah mana sarangnya?" Louis berkedip-kedip sambil memasang senyum lebar. Sejujurnya, ia sendiri tidak tahu itu di mana. "Di mana, ya?" Ia melipat tangan di belakang pinggang. Setelah memicingkan mata sesaaat, ia menggeleng samar. "Maaf, Sayang. Papa tidak bisa memberitahumu. Itu rahasia. Kau harus menemukan sendiri sarangnya." Bibir Summer mengerucut. Alisnya berkerut. "Apakah Papa ingin meng
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

162. Mengintai Papoy

Summer terkikik saat Louis menggendongnya. Rumah burung itu ternyata cukup tinggi. Ia masih terlalu pendek untuk mengintai ke dalamnya. "Kurasa aku harus lebih rajin meminum susu supaya cepat tinggi. Aku tidak bisa terus mengandalkan orang lain untuk melihat Papoy," gelengnya lucu. "Tenang, Sayang. Papa bisa menyediakan tangga untukmu nanti. Sekarang diamlah. Kalau kamu berisik, nanti Papoy kabur," bisik Louis. Summer spontan menutup mulut dengan sebelah tangan. Namun kemudian, ia berbisik, "Melangkahlah dengan hati-hati, Papa. Jangan sampai menginjak ranting pohon. Aku pernah melakukannya. Suaranya cukup kencang." Louis mengangguk. Ia mulai berjalan mengendap-endap. Sky yang mengekor, tertawa geli di belakang mereka. Ia tidak menduga bahwa Louis juga pandai berakting di depan sang putri. "Mama, jangan berisik," omel Summer sambil melirik sinis. Sky cepat-cepat menggigit bibir dan mengangkat sebelah tangan. "Oke. Maaf, Sayang." Namun, setibanya di depan rumah burun
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

163. Bertemu Wartawan

"Summer, begitu kita tiba di kantor nanti, kamu harus langsung mengenakan ini, mengerti?" ujar Louis seraya menyerahkan sebuah kacamata hitam ke tangan sang putri. Melihat benda tersebut, alis Summer berkerut. "Untuk apa ini, Papa? Bukankah dunia menjadi lebih gelap kalau kita memakai ini? Apakah karena aku sudah menjadi bagian dari keluarga Harper? Ini adalah ciri khas kalian? Aku sering melihat Bibi Emily memakainya." Louis tersenyum miring. "Nanti kau akan tahu. Sekarang kita sudah mau sampai. Kau sudah boleh memakainya." Di sisi Summer yang lain, Sky telah mengenakan kacamata hitam. Penampilannya berbeda hari ini. Ia tidak lagi mengenakan sweater dan jumpsuit, melainkan blus cantik dan celana panjang. "Ayo, Sayang. Cepat pakai kacamata hitammu," ujar Sky lembut. Melihat kedua orang tuanya telah mengenakan kacamata hitam, Summer pun menurut. Kemudian, sambil berkedip-kedip, ia melihat pemandangan di sekitarnya. Ia merasa berada di dunia yang berbeda. Tak lama kemudia
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

164. Itu Namanya Proses

Mendengar pertanyaan seserius itu, senyum Sky menciut. Ia melirik Louis, memeriksa reaksinya. Ternyata, Louis juga meliriknya. Guratan kekhawatiran serupa terukir di wajahnya. Mereka sama-sama sepakat bahwa pertanyaan tersebut terlalu berat untuk Summer. Sky pun meraih pundak sang putri, berbisik, "Sayang, kamu tidak perlu menjawab—" "Kurasa," Summer sudah telanjur buka suara, "terlalu cepat untuk kita membicarakan tentang itu sekarang." Semua orang tersentak. Tidak ada yang menduga bahwa jawaban sang balita akan sangat bijak. "Anak-anak di keluarga Harper bukan cuma aku. Sebentar lagi, Bibi Emily akan melahirkan tiga orang adik bayi. Mama dan Papa juga akan memberiku seorang adik. Paman Russell, Paman Orion, dan Bibi Briony bahkan belum menikah. Kalau mereka sudah punya pasangan, mereka pasti akan memiliki anak-anak. Karena itu ...." Summer menarik napas dalam-dalam, bersiap melanjutkan penjelasan. "Perusahaan Savior belum tentu diwariskan kepadaku. Aku memang anak tertu
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

165. Ruang untuk Summer

"Papa, apakah tadi aku keren?" tanya Summer saat ia dan kedua orang tuanya berjalan menuju lift. Melihat senyum manis sang balita, sudut bibir Louis ikut naik. "Ya, kamu sangat keren, Summer. Caramu menjawab setiap pertanyaan sangat profesional. Papa bahkan sempat berpikir kalau kamu sudah dewasa." "Mama juga," angguk Sky ringan. "Kamu terdengar sangat bijak dan cerdas. Kalau mereka tidak melihatmu, wartawan-wartawan itu pasti tidak akan percaya kalau kamu masih berumur empat tahun." Mendapat pujian sehangat itu, Summer terkekeh. "Kalau begitu, tidak sia-sia aku berlatih kemarin." Alis Sky terangkat sedikit. "Kamu sempat berlatih? Kapan?" "Kemarin sore. Setelah aku bosan mengintai Papoy, aku mencari video tentang bagaimana caranya menjawab pertanyaan dari wartawan di depan publik. Pembicara dalam video itu memberikan beberapa tips, lalu aku mempraktikkannya di depan cermin," ungkap Summer dengan nada bangga. Merasa gemas, Sky menggusap kepala sang balita. "Kamu memang
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

166. Butuh Konsentrasi

Louis mengelus rambut ikal Sky yang terkuncir rapi. Sorot matanya lembut. Meskipun ia belum bicara lagi, kasih sayangnya terungkap begitu nyata. "Kau juga sudah menjadi bagian dari keluarga Harper, Sky. Tentu saja kamu berhak mendapat ruangan," bisiknya mesra. Bibir Sky melengkung tipis. Hatinya dipenuhi keharuan yang menghangatkan. "Pekerjaanku hanya menulis atau menerjemahkan buku, Louis. Itu tidak butuh banyak ruang. Aku bisa bekerja dari ruanganmu atau ruangan Summer." Mata Louis menyipit. "Apakah hanya itu? Kamu tidak berencana melakukan sesuatu yang lain?" Kepala Sky terdesak mundur. Pelupuk matanya ikut turun. "Sesuatu yang lain?" Lengkung bibir Louis berubah kecut. Sambil tertunduk, ia meraih tangan Sky, menggenggamnya lembut. "Aku sadar, kehadiran Summer telah menyita banyak kebebasanmu. Apalagi, kamu mengurusnya seorang diri. Kamu memegang peranan bukan hanya sebagai seorang ibu, tapi ayah juga. Karena itu ...." Louis menghela napas berat. Penyesalan yang tel
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

167. River Young

Selama beberapa detik, Summer dan anak laki-laki itu bertatapan. Summer tidak pernah melihat wajah tampan yang manis itu sebelumnya. Namun, penampilannya yang rapi membuatnya terkesan familiar. Dengan jas biru dan celana panjang, anak laki-laki itu terlihat seperti pebisnis andal. "Kenapa bisa ada anak kecil di sini? Apakah kamu tersesat?" tanya Summer dengan kepala condong ke kiri. Bocah laki-laki itu tersentak. Ia terlihat lebih lucu dengan mata yang bulat. "Apakah aku tidak salah dengar? Kamu menyebutku anak kecil? Apakah kamu tidak sadar kalau kamu juga masih kecil? Kamu bahkan lebih muda dariku." Alis Summer tertaut. Bibirnya menguncup. "Kupikir, hanya aku anak kecil yang ada di kantor ini. Aku tidak pernah dengar ada anak lain di sini. Karena itulah, aku menduga kalau kau tersesat." "Aku tidak tersesat." Anak laki-laki itu melangkah maju. Ia berhenti dua langkah dari Summer. "Bukankah kamu Summer Harper?" tanyanya lantang. Summer terbelalak. "Dari mana kamu tahu n
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

168. Teman Baru

"Papa, Mama, kenapa kalian tertawa?" Summer mengguncang kaki kedua orang tuanya. "Ini sama sekali tidak lucu. Ini masalah serius! Kalian harus menyelamatkan aku. Aku belum mau menikah," rengeknga kemudian. Mendengar kekhawatiran sang balita, Sky mengelus rambutnya. "Sayang, tenanglah. Kamu dan River masih kecil. Mana mungkin kalian menikah dalam waktu dekat?" "Tapi River terdengar yakin sekali. Dia bahkan menyebutku calon istrinya," Summer melirik si bocah laki-laki dengan perasaan sebal. Sambil meredam sisa tawa, Louis menggosok pundak putrinya. "Sayang, Mama benar. Kalian masih terlalu kecil untuk menikah. Apakah kamu juga berpikir begitu, River?" Louis mengalihkan pandangan ke arah sang bocah. "Kamu tidak mungkin menikahi Summer dalam waktu dekat, kan?" Sebelah pipi River menggembung. Matanya menyipit, mengamati Summer. "Setelah kupikir-pikir, ya. Aku dan Summer masih terlalu muda untuk menikah. Kalaupun kami berjodoh, butuh beberapa tahun lagi untuk kami bisa mela
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

169. Rencana Summer dan River

Di ruang eksplorasi, suasana begitu hening. Summer fokus dengan buku jurnalnya, sedangkan River fokus dengan buku cerita yang Summer pinjamkan kepadanya. Sesekali, Summer bersenandung kecil. Sesekali, River terkikik. Meski demikian, tidak ada interaksi yang mereka lakukan hingga akhirnya, River menutup buku yang sudah selesai ia baca. "Summer, apakah kamu sudah selesai?" tanya River sembari memajukan kepala, memeriksa apa yang Summer tulis. Summer menggeleng. "Belum. Aku tinggal menulis beberapa hal lagi. Apakah kau sudah selesai membaca bukuku?" River mengangguk. "Ya, ini buku yang sangat bagus. Aku tidak percaya kalau kau bilang bukumu tidak laku. Menurutku, bukumu layak dipajang di rak best seller. Petualanganmu sangat seru dan lucu. Benarkah bulu domba kesayanganmu itu keriting?" "Semua domba berbulu keriting, River. Hanya saja, domba yang kuceritakan itu punya bulu yang paling keriting dan panjang. Beberapa helainya menjuntai di depan wajah sehingga terlihat seperti ram
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

170. Summer Mau Sekolah

"Rencana apa, Sayang?" selidik Sky sambil merapikan rambut sang balita. Langkah kakinya santai di sisi Louis. "River bilang kalau sekolah itu seru, Mama. Karena itu, dia mengajakku untuk ikut dia bersekolah," terang Summer antusias. "Apakah kamu menerima ajakannya?" Louis berpura-pura tidak tahu. Mata Summer berkilat lebih terang. "Itulah rencana yang kami buat! Aku mau mencoba untuk bersekolah bersamanya selama beberapa hari. Kalau aku betah, mungkin aku akan terus bersekolah. Kalau tidak, aku akan kembali ke rencana awal. Apakah Papa dan Mama mengizinkan?" Louis mengulum senyum. "Tentu saja mengizinkan." Namun ternyata, Summer menangkap kegembiraannya. Ia terkekeh, "Papa pasti senang dengan keputusanku." "Apa pun keputusanmu, Papa tetap senang, Sayang. Yang terpenting adalah kamu bahagia," Louis mengecup pipi gembul putrinya. "Bagaimana dengan Mama? Apakah Mama juga senang dengan keputusanku?" Summer tersenyum manis kepada sang ibu. Sky ikut terpanggil untuk memb
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status